BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Asy-Syura Ayat 15

Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 15

Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 15 berbicara mengenai perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyeru kepada kaumnya agar mereka tidak terpecah-pecah seperti kaum Ahli Kitab.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 14


Ayat 15

Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar menyeru kaumnya untuk tidak berpecah-belah seperti Ahli Kitab, agar bersatu memeluk agama tauhid yang telah dirintis oleh para nabi, yaitu agama Islam yang dibawanya dan agar beliau tetap tabah menghadapi mereka, dan tidak sekali-kali terpengaruh oleh keraguan mereka terhadap agama yang benar yang telah disyariatkan kepadanya.

Ia harus selalu menandaskan pendiriannya bahwa dia tetap percaya kepada semua yang telah diturunkan Allah dari langit seperti Kitab Taurat, Injil dan Zabur, dan tidak didustakannya sedikit pun.

Nabi Muhammad juga diperintahkan berlaku adil di antara mereka di dalam menetapkan hukum dan sebagainya, dengan tidak akan mengurangi dan menambah apa yang telah disyariatkan Allah kepadanya, serta akan menyampaikan apa yang telah diperintahkan kepadanya untuk disampaikan.

Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan kamu dan Tuhan kami sekalian. Dia-lah satu-satunya yang wajib disembah, yang wajib dipercaya dengan penuh pengertian. Tiada Tuhan selain Allah.

Bagi kami amalan kami, baik buruknya adalah tanggung jawab kami, diberi pahala atau diazab, dan bagi kamu sekalian amalan kamu. Kami tidak akan berbahagia karena amal baikmu dan tidak akan celaka karena amalan burukmu. Masing-masing bertanggung jawab atas amal perbuatannya. Sejalan dengan ayat ini Allah berfirman:

وَاِنْ كَذَّبُوْكَ فَقُلْ لِّيْ عَمَلِيْ وَلَكُمْ عَمَلُكُمْۚ اَنْتُمْ بَرِيْۤـُٔوْنَ مِمَّآ اَعْمَلُ وَاَنَا۠ بَرِيْۤءٌ مِّمَّا تَعْمَلُوْنَ   ٤١

Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Yµnus/10: 41)

Dengan demikian tidak boleh lagi ada pertengkaran di antara kaum Muslimin dan orang-orang musyrik, yang hak dan yang benar telah nyata. Barang siapa yang masih saja membangkang dan tidak mau percaya berarti dia ingkar.


Baca juga: Arti Lafaz Insya Allah dan Pemaknaannya dalam Al-Quran


Pada waktunya nanti akan jelas dan tampak siapa yang benar di antara pemeluk agama, karena Allah akan mengumpulkan seluruh manusia nanti di hari kemudian, dan di sanalah Dia akan menjatuhkan keputusan yang seadil-adilnya atas apa yang dipersengketakan, sebagaimana firman Allah:

قُلْ يَجْمَعُ بَيْنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفْتَحُ بَيْنَنَا بِالْحَقِّۗ وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيْمُ   ٢٦

Katakanlah, “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha Mengetahui.” (Saba’/34: 26)

Kepada-Nyalah semua manusia akan kembali sesudah mati dan mempertanggungjawabkan semua perbuatan di dunia. Semua manusia akan menerima balasan sesuai dengan perbuatan masing-masing, sebagaimana firman Allah:

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ  ٧  وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ  ٨

Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (az-Zalzalah/99: 7-8)

Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya al-Munir menyimpulkan sepuluh perintah Allah dan larangan-Nya bukan hanya bagi Rasulullah, tetapi juga bagi seluruh umat Islam. Sepuluh perintah dan larangan tersebut adalah:

  1. Perintah kepada Nabi untuk terus berdakwah menyampaikan risalah-Nya.
  2. Istiqamah dalam penyampaiannya.
  3. Larangan bagi rasul untuk mengikuti keinginan orang-orang musyrik Mekah atau Ahli Kitab mengikuti ibadah mereka.
  4. Perintah untuk beriman dan menyatakan iman kepada kitab-kitab samawi yang diturunkan Allah.
  5. Perintah untuk berlaku adil di antara muhajirin dan ketika menghadapi perselisihan yang terjadi di antara mereka.
  6. Perintah berikrar bahwa hanya Allah yang pantas disembah, tidak ada Tuhan selain-Nya.
  7. Perintah untuk menyatakan kepada Ahli Kitab bahwa masing-masing bertanggung jawab terhadap amal perbuatannya dan balasan baik dan buruk dari amalan tersebut.
  8. Perintah untuk menyatakan bahwa tidak ada permusuhan di antara nabi dan Ahli Kitab, karena kebenaran Allah tampak dengan jelas.
  9. Perintah untuk menyatakan bahwa Allah kelak akan mengumpulkan umat Islam dan Ahli Kitab di Padang Masyhar untuk menghadapi pengadilan Allah.
  10. Hanya kepada Allah semua makhluk akan kembali

Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 16-17


(Tafsir Kemenag).

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...