Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 16-17 berbicara mengenai dua hal. Pertama mengenai usaha keras orang-orang yang ingkar yang mengalami jalan buntu. Kedua mengenai kebenaran kitab-kitab yang telah diturunkan kepada para rasul.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 15
Ayat 16
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang masih membantah kebenaran agama Allah, sekalipun agama itu telah diterima baik oleh masyarakat, akan sia-sia usaha dan bantahan mereka.
Mereka itu dimurkai Allah karena keberanian mereka mengingkari kebenaran agama Islam, mereka akan diazab di hari kemudian karena keangkuhan mereka meninggalkan agama yang hak yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi berkata kepada orang-orang mukmin, “Wahai orang-orang mukmin! Kamu sekalian telah mengatakan bahwa mengambil dan menerima yang sudah disepakati, lebih baik daripada mengambil dan menerima yang sudah diperselisihkan.
Kenabian Musa dan kitab Taurat-nya telah diterima dan disepakati kebenarannya sedangkan kenabian Muhammad masih diperselisihkan dan dipersengketakan. Jadi agama Yahudilah yang pantas dan layak diambil dan diterima.”
Untuk melumpuhkan alasan mereka itu, Allah mengemukakan hujjah bahwa kewajiban beriman dan mempercayai kebenaran Musa adalah karena adanya mukjizat yang diberikan Allah kepadanya yang menunjukkan dan membuktikan kebenarannya.
Beberapa mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw bisa disaksikan sendiri oleh orang-orang Yahudi. Maka wajiblah atas kita semua mengakui dan mempercayai kenabian Muhammad saw itu.
Baca juga: Arti Lafaz Insya Allah dan Pemaknaannya dalam Al-Quran
Ayat 17
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para nabi-Nya, yang memuat kebenaran yang tak diragukan, jauh dari kebatilan, dan semuanya mengandung kebaikan.
Dia memberikan perintah untuk berbuat adil dan menjadi acuan menentukan hukuman dalam mengadili orang-orang yang dituduh bersalah dan menghukum mereka dengan hukuman yang telah ditetapkan di dalam Kitab-Nya. Firman Allah:
لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. (al-Hadid/57: 25)
Penutup ayat ini mendorong kita berbuat baik dan adil untuk kebahagiaan ukhrawi dan menjauhi godaan duniawi.
Karena tidak diketahui kapan dunia ini kiamat, tentunya kita harus patuh dan taat mengikuti petunjuk Al-Qur’an, selalu berbuat adil di antara sesama manusia, mengamalkan apa-apa yang diperintahkan, selalu waspada terhadap kemungkinan panggilan Allah yang datang dengan tiba-tiba, dan tidak ada lagi kesempatan untuk berbuat baik.
Jika hal itu terjadi, merugilah dia, dan di hari Kiamat nanti dia akan menyesal karena menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk beramal baik. Sabda Nabi saw:
;قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُوْتُ اِلاََّ نَدِمَ قَالُوْا وَمَا نَدَا مَتُهُ يَارَسُوْلَ اللهِ قَالَ اِنْ كَانَ مُحْسِنًا نَدِمَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ ازْدَادَ وَاِنْ كَانَ مُسِيْئاً نَدِمَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ نَزَعَ. (رواه الترمذي)
Rasulullah saw bersabda,“Tidak seorang pun yang meninggal dunia melainkan ia menyesal.”Para sahabat bertanya, “Apakah penyesalan mereka wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Jika ia seorang yang berbuat baik maka ia menyesal karena kebaikannya tidak bertambah lagi. Jika ia seorang yang tidak baik maka ia menyesal karena tidak sempat melepaskan dirinya dari kejahatan itu.” (Riwayat at-Tirmizi)
Baca setelahnya: Tafsir Surah Asy-Syura Ayat 18
(Tafsir Kemenag)