BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Fussilat Ayat 23

Tafsir Surah Fussilat Ayat 23

Tafsir Surah Fussilat Ayat 23 berbicara mengenai perangka sesat yang anut oleh orang-orang kafir. Mereka menyangka bahwa mereka akan luput dari pantauan Allah SWT. Padahal prasangka itu sama sekali salah dan merugikan  mereka sendiri.


Baca sebelumnya: Tafsir Surah Fussilat Ayat 22


Ayat 23

Dugaan orang-orang kafir bahwa Allah tidak mengetahui dan tidak melihat perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukannya adalah persangkaan yang tidak baik. Persangkaan yang demikian akan menimbulkan keberanian untuk melakukan perbuatan-perbuatan terlarang, sehingga berakibat kerugian pada diri sendiri.

Akibat persangkaan yang demikian itu, mereka akan mendapat kerugian dan kehinaan di dunia dan azab pedih di akhirat nanti.

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa sangkaan yang baik ialah meyakini bahwa Allah mengetahui segala perbuatan hamba-Nya sejak dari yang halus sampai kepada yang besar, sejak dari yang nampak sampai kepada yang tersembunyi, dan Allah mengetahui segala isi hatinya.

Jika seseorang telah memercayai yang demikian, maka ia selalu meneliti segala yang akan diperbuatnya, mana yang diridai Allah dan mana yang tidak diridai-Nya. Ia akan menghentikan serta menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak diridai Allah, karena ia telah yakin bahwa Allah melihat  dan mengetahui semua perbuatannya itu.

Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abµ Dawud, dan Ibnu Majah dari Jabir bin ‘Abdulllah:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَمُوْتُنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ تَعَالَى.

Rasulullah saw bersabda, “Kamu jangan sekali-kali mati kecuali berbaik sangka kepada Allah. (Riwayat Ahmad, Muslim, Abµ Dawud, dan Ibnu Majah)


Baca juga: Mengenal Lima Hukum Taklifi dan Contohnya dalam Al-Quran


Para ulama berpendapat bahwa sangkaan itu ada dua macam: pertama, sangkaan yang baik, yaitu menyangka bahwa Allah mempunyai rahmat, keutamaan, dan kebaikan yang akan dilimpahkan-Nya kepada manusia, sebagaimana tersebut dalam hadis Qudsi:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبِدِيْ بِيْ. (رواه مسلم عن أنس)

Allah berfirman, “Aku menuruti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku.”(Riwayat Muslim dari Anas)

Kedua, sangkaan yang jelek, yaitu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui segala perbuatan hamba-hamba-Nya.

Menurut Qatadah, sangkaan itu ada dua macam, yaitu: pertama, sangkaan yang menyelamatkan seperti yang diterangkan firman Allah:

اِنِّيْ ظَنَنْتُ اَنِّيْ مُلٰقٍ حِسَابِيَهْ

Sesungguhnya aku yakin, bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan terhadap diriku. (al-Haqqah/69: 20)

Dan firman Allah:

الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ

(Yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (al-Baqarah/2: 46)

Kedua, sangkaan yang merusak, seperti yang diterangkan firman Allah ini.

 Umar bin Khattab berkata tentang ayat ini, “Mereka adalah orang-orang yang terus-menerus berbuat maksiat, tidak bertobat dari perbuatan itu, dan mereka berdebat tentang ampunan Tuhan, sehingga mereka meninggalkan dunia tidak membawa apa-apa.” Kemudian Umar membaca ayat ini.

Al-Hasan al-Basri berkata, “Sesungguhnya satu kaum yang diperdaya oleh angan-angannya yang kosong sehingga mereka meninggal dunia, dan tiadalah mereka mempunyai suatu kebaikan pun. Salah seorang dari mereka berkata, ‘Sesungguhnya aku berbaik sangka terhadap Tuhanku.’ Sesungguhnya ia telah berdusta. Jika baik sangkaannya, tentu baik pula amalnya.” Kemudian Al-Hasan al-Basri membaca ayat ini.


Baca setelahnya: Tafsir Surah Fussilat Ayat 24-25


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...