BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Ghafir Ayat 30-33

Tafsir Surah Ghafir Ayat 30-33

Tafsir Surah Ghafir Ayat 30-33 merangkan bahwa pemuda yang beriman itu juga turut andil dalam menebarkan dakwah Musa kepada kaumnya. Ia memperingati akan adanya azab jika mereka tidak beriman kepada Allah, sebagaimana yang pernah dialami umat-umat terdahulu.

Tafsir Surah Ghafir Ayat 30-33 juga sedikit menerangkan tentang yaum at-tanad, beberapa mufassir pun berbeda dalam menafsirkan maknanya. Simak penjelasan berikut.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah GhafirAyat 27-29


Ayat 30-31

Laki-laki beriman dari keluarga Fir’aun itu menyampaikan kepada kaumnya bahwa ia khawatir sekali bila mereka tidak mau beriman dan sebaliknya mengikuti perintah Fir’aun.

Mereka akan mengalami nasib yang sama seperti yang telah menimpa umat-umat terdahulu. Umat-umat itu menentang dan mendustakan para rasul yang diutus Allah, seperti umat Nabi Nuh, Kaum ‘Ad, Samud, dan umat-umat setelahnya.

Mereka semua telah dimusnahkan Allah dengan berbagai bencana sebagai azab, dan tidak ada seorang pun yang dapat menangkis atau menyelamatkan diri. Itulah yang dimaksud yaumul ahzab dalam ayat ini.

Demikianlah hukuman Allah bagi mereka yang kafir di dunia. Allah tidak bertindak aniaya dengan pemusnahan itu, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan murka-Nya.

Allah baru menjatuhkan hukuman bila rasul telah menyampaikan dakwahnya dengan sempurna, dan mereka tidak dapat diperbaiki lagi setelah dinasihati berkali-kali. Peristiwa itu hendaknya dijadikan pelajaran oleh rakyatnya.

Orang itu berharap nasihatnya diterima oleh kaumnya dan mereka beriman kepada Nabi Musa, tidak membangkang apalagi membunuhnya


Baca Juga : Ibrah Kisah Nabi Adam Memakan Buah dan Bencana dari Kerusakan Alam


Ayat 32-33

Setelah laki-laki beriman itu memperingatkan kaumnya mengenai siksaan di dunia, ia melanjutkan peringatannya tentang dahsyatnya peristiwa hari Kiamat dan siksaan di akhirat.

Pada waktu kiamat terjadi, bumi ini bergoncang hebat sehingga manusia berlarian ke sana ke mari sambil berteriak-teriak meminta tolong. Akan tetapi, siapakah yang akan menolong pada waktu itu karena setiap manusia mengalami peristiwa yang sama dan dirisaukan oleh nasib masing-masing.

Mengenai yaum at-tanad itu (hari panggil-memanggil), terdapat beberapa pendapat ulama:

  1. Hari Kiamat, dinamakan demikian karena manusia pada waktu itu berteriak meminta bantuan orang lain sambil berlarian ke sana ke mari menyaksikan bumi bergoncang dan terbelah-belah dengan dahsyatnya.
  2. Hari ketika orang-orang kafir di akhirat dihadapkan kepada neraka Jahanam, lalu mereka gempar berlarian ke sana sini untuk menghindarkan diri, tetapi malaikat mencegat dan menghalau mereka kembali ke Padang Mahsyar itu untuk dijebloskan ke dalam neraka.
  3. Hari ketika malaikat menimbang amal manusia. Bila seseorang ternyata berat timbangan amal kebaikannya, orang itu dan orang-orang yang menyaksikannya bersorak-sorak kegirangan menyatakan dengan suara keras bahwa si Fulan bernasib baik, dan sebagainya.

Begitu pula ketika seseorang menerima timbangan kebaikannya lebih ringan dari dosanya, ia pun meratap dengan sedihnya, diikuti oleh orang-orang lainnya.

  1. Panggil-memangggil antara penghuni surga dan penghuni neraka tentang apa yang diperoleh masing-masing. Penghuni surga ketika ditanya penghuni neraka apakah sudah memperoleh apa yang dijanjikan Allah kepada mereka, mereka menjawab dengan mantap bahwa apa yang dijanjikan itu telah mereka nikmati.

Di sisi lain, penghuni neraka ketika ditanya hal serupa oleh penghuni surga juga menjawab dengan ucapan yang sama, tetapi dengan suara yang getir, yang menunjukkan bahwa yang mereka peroleh adalah kesengsaraan.;Pada hari Mahsyar, yaitu hari pengadilan Allah, orang-orang kafir telah melihat adanya neraka Jahanam.

Oleh karena itu, mereka berlarian ingin menghindar, tetapi para malaikat mencegat dan mengembalikan mereka lagi ke Padang Mahsyar. Pada waktu itu, tidak ada yang bisa menolong orang lain. Jangankan menolong orang lain, menolong dirinya sendiri saja belum tentu mampu.

Laki-laki beriman itu memperingatkan kaumnya bahwa ia khawatir sekali peristiwa itu akan menimpa mereka. Bila Fir’aun yang mereka harapkan, maka ia akan diazab di dalam neraka, tidak akan bisa menolong dirinya, apalagi menolong orang lain pengikut-pengikutnya itu.

Laki-laki beriman itu meminta rakyatnya beriman. Ia khawatir sekali bahwa hati mereka akan tertutup bila mereka tidak mau juga menerima kebenaran. Bila hati sudah tertutup, siapa pun tidak akan mampu membukanya selain Allah.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Ghafir 34-36


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Mengenal Aquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar: Metode dan Perkembangannya

0
Kini, penerjemahan Alquran tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Muslim secara nasional, melainkan juga secara lokal salah satunya yakni Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Banjar....