Tafsir Surah Hud Ayat 62-67 berbicara mengenai proses dakwah Nabi Saleh a.s kepada kaum Samud. Sebagaimana Nabi Hud a.s, Nabi Saleh juga diingkari oleh sebagian besar kaumnya. Akibat dari keingkaran itu azab pun menimpa mereka.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Hud Ayat 58-61
Ayat 62
Seruan Nabi Saleh yang demikian baiknya dan disertai dengan alasan-alasan yang dapat diterima serta dikuatkan dengan janji, bahwa mereka akan mendapat ampunan dari Allah Yang Maha Pemurah, ditolak mentah-mentah oleh kaumnya.
Mereka menjawab: “Hai Saleh, engkau adalah tumpuan harapan kami, karena engkau adalah orang yang terpandang, orang yang arif bijaksana, keturunan orang-orang mulia di antara kami dan kami percaya bahwa engkau akan dapat memimpin kami ke jalan yang benar.
Tetapi semua harapan kami itu telah engkau kecewakan dengan seruanmu. Kami merasa heran, mengapa kamu melarang kami menyembah tuhan-tuhan kami yang telah menjadi sembahan kami dan nenek moyang kami sejak dahulu kala?
Ayat 63
Nabi Saleh a.s. menjawab tuduhan dan tantangan kaumnya itu dengan menyatakan bahwa seruannya itu adalah seruan yang benar untuk kebaikan dan kebahagiaan mereka sendiri, jika mereka mau memikirkan dan mempertimbangkannya.
Nabi Saleh meminta mereka mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya, jika ternyata ia yang benar dan dapat mengemuka-kan bukti-bukti dari Tuhan atas kebenaran seruan itu. Apakah mungkin ia mendurhakai-Nya dan enggan menyampaikan seruan ini kepada kaumnya.
Siapakah yang dapat menolong jika Allah membinasakannya karena kedurhakaan itu? Ia harus menyampaikan kebenaran ini dan menjelaskan kepada mereka bahwa sembahan-sembahan dan berhala-berhala itu, tidak dapat menolong mereka sedikit pun.
Oleh karena itu, sembahlah Allah yang menciptakan mereka dan memberi nikmat dan karunia kepada mereka sehingga mereka dapat hidup senang di muka bumi ini.
Ayat 64
Nabi Saleh a.s. mengatakan kepada kaumnya yang ingkar, bahwa kalau mereka tidak percaya akan seruanya ini, maka Allah telah mengirimkan seekor unta yang istimewa sebagai bukti atas kebenaran seruannya.
Unta ini jauh berbeda sifat dan tingkah lakunya dari unta biasa, baik mengenai makan-minumnya, maupun tabiat dan sifatnya. Mereka dilarang mengganggunya dan membiarkan unta itu makan dan minum di tempat yang disukainya. Jika mereka berani mengganggu atau menganiayanya pasti mereka akan ditimpa siksaan dari Allah.
Baca juga: Isyarat Pelestarian Alam Dibalik Kisah Nabi Shalih, Unta dan Kaum Tsamud
Ayat 65
Tetapi kaum Samµd tetap tidak mempercayainya dan tetap menentang serta memperolok-olokkannya bahkan membunuh unta yang dikirimkan Allah sebagai mukjizat itu. Nabi Saleh a.s. sangat bersedih hati atas tindakan kaumnya, sebab dia yakin mereka akan dibinasakan Allah karena perbuatan mereka membunuh unta itu.
Lalu Nabi Saleh berkata, “Kamu diberi kesempatan oleh Allah bersenang-senang hidup di negeri ini selama tiga hari, dan sesudah itu kamu akan dibinasakan karena keingkaran dan kedurhakaan kamu. Ini adalah janji dari Allah, yang pasti terlaksana dan kamu akan melihat sendiri.”
Ayat 66
Tatkala datang malapetaka yang diancamkan Allah kepada kaum Samµd, sebagai siksaan dan balasan atas kedurhakaan mereka, Allah swt menyelamatkan Nabi Saleh a.s. dan orang-orang yang beriman bersamanya, dengan karunia dan rahmat-Nya, dari azab dan siksaan itu.
Pada hari tersebut, mereka yang durhaka dimusnahkan semuanya. Mereka mendapat nama buruk dalam sejarah manusia, yang tentu saja akan dianggap sebagai lembaran hitam yang menodai kemurnian dan ketinggian martabat manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Sungguh amat berat siksaan yang ditimpakan Allah kepada mereka, tetapi tindakan itu adalah adil dan sesuai dengan dosa dan kesalahan yang mereka lakukan. Allah-lah yang berhak melakukannya dan Dia-lah yang dapat melaksanakannya karena Dia adalah Maha Perkasa dan Maha Kuasa.
Ayat 67
Kaum Samµd dibinasakan Allah dengan suara keras yang mengguntur, menggoncangkan hati setiap pendengarnya dan menimbulkan gempa yang amat dahsyat, sehingga orang yang berdosa dan durhaka itu jatuh tersungkur tidak sadarkan diri lalu ditelan oleh bumi yang telah merekah dan pecah-belah. Tidak seorang pun di antara mereka yang dapat menyelamatkan diri dari malapetaka itu.
Baca setelahnya: Tafsir Surah Hud Ayat 68-72
(Tafsir Kemenag)