BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Shad Ayat 21-24

Tafsir Surah Shad Ayat 21-24

Tafsir Surah Shad Ayat 21-24 berbicara tentang kisah Daud dalam menyelesaikan suatu masalah, namun kasus dalam tafsir ini sedikit unik, dimana Allah sedikit menguji Nabi Daud dengan suatu permasalahan yang bertujuan supaya Daud bisa lebih bijak lagi dalam menyelesaikan masalah yang menghampirinya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Shad Ayat 18-20


Ayat 21-22

Allah menyebutkan salah satu peristiwa yang menarik di antara kisah Nabi Daud. Kisah ini dimulai dengan pertanyaan yang ditujukan kepada Rasulullah dan pengikut-pengikutnya, untuk menunjukkan bahwa kisah dimaksud benar-benar menarik perhatian dan patut diteladani.

Kisah yang menarik itu ialah kisah orang-orang yang berperkara yang datang kepada Nabi Daud. Daud pada waktu itu berada di tempat peribadatannya. Nabi Daud pun terperanjat karena beliau menyangka mereka itu datang untuk memperdayainya. Nabi Daud menduga demikian, karena mereka datang dengan cara dan dalam waktu yang tak biasa.

Pada saat itulah, mereka meminta kepada Daud agar tidak merasa takut. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa mereka mempunyai perkara yang harus diputuskan, dan meminta agar perkaranya diputuskan dengan keputusan yang adil, lagi tidak menyimpang dari kebenaran.

Ayat 23

Pada ayat ini Allah menjelaskan apa yang mereka jadikan perkara itu. Salah satu pihak dari mereka menerangkan bahwa saudaranya mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing. Sedang ia sendiri mempunyai seekor kambing saja. Saudaranya menuntut agar menyerahkan kambing yang ia miliki.

Karena saudaranya itu pandai memutarbalikkan fakta, sedang ia sendiri tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat untuk menangkis, ia merasa dikalahkan dan harus menyerahkan kambing yang seekor itu kepada saudaranya. Itulah perkara yang mereka ajukan kepada Nabi Daud dengan maksud agar mendapat keputusan yang adil.


Baca Juga : Bukti Perkembangan Al-Qur’an yang Fleksibel dan Tidak Sepi dari Perdebatan


Ayat 24

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Nabi Daud memutuskan perkara tersebut dengan mengatakan bahwa tergugat telah berbuat aniaya kepada penggugat, karena yang digugat itu telah mengambil kambing penggugat untuk dimiliki, sehingga kambingnya menjadi bertambah banyak.

Pada ayat ini tidak dijelaskan lebih lanjut apakah Nabi Daud sesudah mendapat keterangan dari penggugat, meminta keterangan juga kepada tergugat. Juga tidak diterangkan apakah jawaban Nabi Daud itu didasarkan atas bukti-bukti yang memberi keyakinan.

Menurut pengertian yang tampak dalam ayat, Nabi Daud hanyalah memberi jawaban sesudah mendapat keterangan dari pihak penggugat saja. Padahal mungkin saja pihak penggugat mengemukakan keterangan yang berlawanan dengan kenyataan, atau karena cara mengemukakan kata diatur demikian rupa, hingga timbullah kesan seolah-olah si penggugat itu orang jujur.

Seharusnya Nabi Daud tidak memberi jawaban secara tergesa-gesa, atau ditunda saja jawabannya hingga mendapat keyakinan yang sebenar-benarnya.

Ditinjau dari cara mereka masuk menemui Daud dengan memanjat pagar, dan waktunya yang tidak tepat, dan persoalan yang diajukan, sebenarnya mereka tidak bermaksud untuk meminta keputusan kepada Daud, tetapi mereka mempunyai maksud yang lain.

Hanya karena kewaspadaan Nabi Daud, maka rencana mereka itu tidak dapat mereka laksanakan. Di dalam sejarah dapat diketahui bahwa orang-orang Bani Israil sering kali berusaha untuk membunuh nabinya, misalnya mereka telah membunuh Ilyasa’ dan Zakaria.

Patut diduga kedua orang itu (penggugat dan tergugat) sebenarnya ingin menganiaya Nabi Daud, hanya saja mereka tidak sampai melaksanakan niat jahatnya karena niat mereka diketahui terlebih dahulu.

Kemudian Allah menjelaskan jawaban Daud lebih terperinci. Daud mengatakan kepada orang yang berperkara itu bahwa sebagian besar orang yang mengadakan perserikatan, menganiaya anggotanya yang lain.

Hal ini terjadi karena sifat Hasad, dengki, dan memperturutkan hawa nafsu sehingga hak anggota yang satu terambil oleh anggota yang lain.

Terkecuali orang-orang yang dalam hatinya penuh dengan iman dan mencintai amal saleh yang terhindar dari perbuatan yang jahat itu.

Di akhir ayat, Allah menjelaskan bahwa Nabi Daud sadar bahwa ia sedang mendapat cobaan dari Allah. Lalu ia meminta ampun kepada Allah atas kesalahan, seraya sujud bertobat kepada-Nya karena merasakan kekurangan dan kesalahan yang ada pada dirinya.

Kesalahan dan kekurangan yang menimpa dirinya ialah ketergesa-gesaannya memberikan jawaban kepada orang yang berperkara, padahal ia belum memperoleh keyakinan dan bukti-bukti yang seharusnya ia peroleh.

Ia memutuskan hanya berdasar prasangkanya bahwa kedatangan orang yang ingin memperdayainya itu adalah cobaan dari Allah, padahal apa yang ia duga tidak terjadi.

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya : Tafsir Surah Shad 25-26


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...