Tafsir Surah Shad Ayat 5-6 berbicara tentang kekhawatiran pemuka Quraish dengan keteguhan Nabi Muhammad dalam menyampaikan ketauhidan Allah Swt. Terlebih lagi, Muhammad adalah sosok yag cerdas dan berbudi luhur, tidak heran jika pengaruhnya pun cukup pesat di Makkah.
Salah satu upaya untuk menghentikan pergerakan dakwah Muhammad adalah dengan memanfaatkan peran Abu Thalib sebagai paman yang di segani oleh Nabi, supaya ia membujuk kepokannya itu agar tidak melanjutkan syiarnya.
Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Shad Ayat 1-4
Ayat 5
Sebab nuzul ayat ini sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari dari Ibnu ‘Abbas yang menyatakan bahwa setelah Abu Thalib sakit, masuklah serombongan orang-orang Quraisy, di antara mereka terdapat Abu Jahal.
Mereka berkata, “Sesungguhnya kemenakanmu mencaci-maki tuhan-tuhan kami. Ia betul-betul berbuat dan mengatakannya. Alangkah baiknya kalau engkau mengutus seseorang untuk melarangnya.” Maka Abu Thalib pun mengutus utusan kepadanya.
Lalu Nabi pun datang dan masuk ke rumahnya, sedangkan jarak antara orang-orang Quraisy dengan Abu Thalib dekat sekali sekadar tempat duduk yang cukup untuk seorang. Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa Abu Jahal khawatir kalau-kalau Nabi duduk di samping Abu Thalib.
Lalu ia menjadi bersikap lunak. Ia lalu melompat dan duduk di tempat yang belum diduduki di sisi Abu Thalib. Dengan demikian Rasulullah tidak mendapatkan tempat duduk di dekat pamannya.
Beliau duduk di dekat pintu. Lalu Abu Thalib berkata kepada beliau, “Hai kemenakanku, mengapa kaummu mengadukan engkau. Mereka menuduh engkau memaki tuhan-tuhan mereka dan engkau pun mengatakan begini-begitu.” Ibnu ‘Abbas melanjutkan bahwa orang-orang Quraisy banyak sekali berbicara dengan Abu Thalib.
Kemudian Rasulullah berkata, “Hai Pamanku. Sesungguhnya saya ingin agar mereka itu menyatakan kalimat yang satu saja, yang dengan kalimat itu orang-orang Arab tunduk kepada mereka, dan orang-orang ‘Ajam (selain Arab) membayar jizyah (pajak kepala) kepada mereka.”
Maka mereka pun senang akan kalimat (yang diusulkan itu) dan senang pula akan perkataan Rasul. Lalu kaum Quraisy itu bertanya, “Apakah kalimat itu? Demi Ayahmu, tentu kami memberi balasan kepadamu sepuluh kali lipat.”
Rasulullah pun bersabda, “Lailaha Illallah.” Maka mereka pun bangkit dengan gemetar, sambil menyingsingkan lengan bajunya dan berkata, “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang mengherankan.” Maka turunlah ayat ini.
Baca Juga : Siapa Saja Mufasir di Era Sahabat? Edisi Ali Ibn Abi Thalib
Allah menjelaskan keheranan kaum musyrik akan seruan rasul. Mereka heran mengapa Muhammad menjadikan Tuhan hanya satu saja, ini bertentangan dengan kepercayaan nenek moyang mereka.
Ketika Rasulullah mengajak mereka agar meninggalkan sembahan-sembahan mereka yang banyak itu dan menggantinya dengan menyembah Allah Yang Maha Esa, maka mereka menganggap bahwa seruan Muhammad itu bukan masalah yang remeh, akan tetapi benar-benar suatu yang mengherankan.
Mereka mengingkari seruan itu karena yakin bahwa tidak mungkin nenek moyang mereka menganut keyakinan yang salah, tetapi Muhammad adalah seorang pendusta yang mengaku dirinya benar.
Ayat 6
Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa pemimpin-pemimpin Quraisy itu pergi dari rumah Abu Thalib setelah terbungkam oleh jawaban Rasul, sebagaimana dijelaskan dalam sebab nuzul di atas.
Mereka mengetahui Muhammad berkeras hati membela agama. Itulah sebabnya mereka tidak mempunyai harapan lagi untuk melunakkan hati Muhammad dengan perantaraan pamannya. Mereka berunding apa yang seharusnya dilakukan, dan memeras otak untuk mendapatkan penyelesaian.
Akhirnya mereka memutuskan untuk memperkokoh keyakinan pengikut-pengikutnya untuk tetap dengan keyakinan mereka dan tetap menyembah tuhan-tuhan mereka.
Di akhir ayat, Allah mengungkapkan perkataan para pemimpin Quraisy itu kepada pengikut-pengikutnya, bahwa menyembah berhala-berhala itulah yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah.
(Tafsir Kemenag)
Baca Setelahnya : Tafsir Surah Shad 7-9