BerandaTafsir TematikTafsir Tematik SurahTafsir Surah Yasin ayat 45-46: al-Quran Mengajarkan Manusia Untuk Introspeksi Diri

Tafsir Surah Yasin ayat 45-46: al-Quran Mengajarkan Manusia Untuk Introspeksi Diri

Beberapa pembahasan sebelumnya telah menjelaskan banyak tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditujukan kepada kaum yang inkar, namun mereka berpaling. Pembahasan tafsir surah Yasin ayat 45-46 kali ini akan membicarakan tentang bagaimana al-Quran mengajarkan manusia untuk selalu introspeksi diri melalui dua hal, sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini. Allah berfirman:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّقُوْا مَا بَيْنَ اَيْدِيْكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

وَمَا تَأْتِيْهِمْ مِّنْ اٰيَةٍ مِّنْ اٰيٰتِ رَبِّهِمْ اِلَّا كَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَ

  1. Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu (di dunia) dan azab yang akan datang (akhirat) agar kamu mendapat rahmat.”
  2. Dan setiap kali suatu tanda dari tanda-tanda (kebesaran) Tuhan datang kepada mereka, mereka selalu berpaling darinya.

Menurut Ar-Razi ayat ini masih berkaitan erat dengan ayat-ayat sebelumnya tentang bumi, bulan, matahari, malam, siang, sampai pembahasan samudera. Kesemuanya  bertujuan untuk meyakinkan akan adanya Allah Swt pada suatu kaum, namun mereka mengindahkankannya.

Baca Juga: Fakhruddin Ar-Razi: Sosok di Balik Lahirnya Tafsir Mafatih Al-Ghayb

Begitupula kasus dalam ayat ini, mereka diancam dengan siksaan dunia dan akhirat, tapi masih saja berpaling. Ini menunjukkan kalau kebodohan mereka tak berujung, dan kelalaian mereka tak bertepi.

Padahal Allah sudah menujukkan Maha Rahmat-Nya kepada mereka, kata لَعَلَّ  dalam redaksi la’allakum turhamun merupakan huruf tamanni yang berarti harapan, yakni harapan jikalau mereka bisa merasakan keberadaan Allah Swt, melalui tanda-tanda yang sudah ditunjukkan kepada mereka.

Adapun tafsir yasin ayat 46 merupakan jawaban sekaligus penegasan kembali akan bengal-nya mereka yang masih berpaling setelah mendapat peringatan dari para utusan, atau dikisahkan tentang kaum-kaum sebelum mereka, sampai ditunjukkan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.

Yang menarik dari dua ayat diatas adalah pola kalimat ma baina aidkum dan ma khalfakum yang secara tidak lansung merupakan metode al-Quran mengajar manusia agar selalu introspeksi diri. Setidaknya ada dua hal yang mencakup ini.

Pertama, menurut Sufyan At-Tsauri, pola tersebut sebagai isyarat tentang tanda-tanda yang tampak (yakni dunia) dan tanda-tanda yang tersembunyi (yakni akhirat), melalui keduanya al-Qur’an mengajak ber-tadabbur untuk lebih mengenal Allah Swt.

Kedua, seperti dimaknai oleh Quraish dengan introspeksi diri sebelum melangkah kedepan (ma baina aidikum), memperbaiki planning, serta dampak apa yang akan terjadi. Disamping juga harus belajar dari pengalaman masa lalu (ma khalfakum), agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali.

Kalimat tersebut juga mengingatkan hal yang sama kepada kita, baik sebagai individu ataupun entitas masyarakat. Supaya selalu introspeksi melalui pengalaman lampau agar langkah yang diambil kedepan bisa lebih baik.

Dua metode ini tampak sederhana namun berimplikasi besar untuk sebuah perubahan. Contohnya, Nabi Muhammad ketika hijrah dan telah menetap di Madinah, juga menerapkan metode ini untuk membangun karakter individu yang salih juga revolusioner.

Baca Juga: Para Tabi’in Utama Jebolan Madrasah Tafsir Ubay Ibn Ka’ab di Kota Madinah

Nabi selalu mengingatkan perkara akhirat sebagai urgensi utama, dan hal ihwal dunia yang sifatnya sementara. Tujuannya adalah untuk membangun karakter kuat sebagai hamba Tuhan, sehingga segala sesuatu yang akan dikerjakan orientasinya adalah Tuhan.

Disaat yang sama, Nabi juga selalu mengingatkan perjalanan kelam masa lalu, yang konteks kedepannya adalah perubahan, tujuannya adalah progresifitas, perubahan, dan kemajuan yang tentunya dibangun dengan hablum minnan nas (hubungan sesama manusia) agar bisa memberi manfaat pada sesama.

Jadi, dua metode ini bukanlah sesuatu yang terpisah, namun saling berkaitan, sama seperti siang dan malam, matahari dan bulan, serta masa lalu dan masa mendatang.

Demikianlah kiranya penjelasan ringkas tafsir yasin ayat 45-46. Semoga bermanfaat, dan tunggu series tafsir surat Yasin selanjutnya. Wallahu a’lam bis Showab

Fahmi Azhar
Fahmi Azhar
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga dan aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...