Tafsir Surah Yusuf ayat 23-29 mengisahkan Nabi Yusuf dan istrinya al-‘Aziz. Karena ketampanan dan akhlak Yusuf yang terpuji istri al-‘Aziz terhasut godaan setan dan mengajak Yusuf untuk berselingkuh. Selengkapnya baca Tafsir Surah Yusuf ayat 23-29 di bawah ini..
Baca Juga: Belajar dari Sikap Nabi Yusuf As. dalam Menyikapi Hoaks, Perhatikan Surah Yusuf Ayat 26 dan 29
Ayat 23
Istri al-’Aziz adalah seorang perempuan cantik, sangat dimuliakan oleh seluruh penghuni istana, karena di samping dia istri al-’Aziz, dia juga berbudi tinggi, berakhlak mulia, bersih dari sifat-sifat congkak dan sombong, menjauhi segala hal yang akan menjatuhkan derajatnya. Tetapi setelah Yusuf tinggal di istana sebagai salah seorang keluarganya, istri al-’Aziz mulai tertarik kepadanya karena akhlak dan ketampanannya. Suatu ketika, setelah mengunci semua pintu rumah, istri al-’Aziz merayu Yusuf untuk berselingkuh.
Yusuf sebagai seorang yang jujur dan berakhlak mulia sangat terkejut mendengar rayuan dan ajakan itu, apalagi yang mengajaknya itu adalah istri majikannya sendiri yang telah memberinya tempat berteduh dan memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Selain dari itu, bila ia mematuhi ajakan demikian, berarti ia telah melakukan maksiat yang sangat dimurkai Allah. Karena itu dengan spontan ia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar aku jangan terjerumus ke dalam perbuatan keji dan mungkar. Suamimu itu adalah tuanku, majikanku yang telah berbuat baik kepadaku, apakah kebaikannya aku balas dengan kekejian? Ini adalah suatu kezaliman dan aku tidak akan melakukannya karena tidak ada orang yang zalim yang sukses dan bahagia hidupnya.”
Ayat 24
Istri al-’Aziz tidak mau berhenti, karena ia menganggap Yusuf sebagai budak yang harus melaksanakan keinginan dan perintahnya. Bila Yusuf menolak, istri al-’Aziz akan mencelakakannya. Tetapi dari pihak Yusuf, ia telah bertekad pula untuk menolaknya karena perbuatan itu melanggar agama, mengkhianati tuannya yang telah berjasa dan berbuat baik kepadanya dan merusak kehormatannya dan kehormatan tuannya. Yusuf dan istri al-’Aziz masing-masing telah mempunyai tekad yang bertolak belakang antara satu sama lainnya.
Ayat 25
Dalam keadaan yang bertambah gawat itu, yang seorang tetap mendesak dan yang lain tetap menolak, Yusuf memutuskan akan lari dari hadapan istri majikannya dan dengan cepat ia melompat ke pintu tetapi istri al-’Aziz menangkap bajunya dari belakang hingga robek. Dalam keadaan tarik-menarik itu, muncullah al-’Aziz di muka pintu. Dengan serta merta berteriaklah istri al-’Aziz mengatakan bahwa Yusuf mencoba memperkosa-nya dengan kekerasan. Dia meminta kepada suaminya agar Yusuf diberi ganjaran yang setimpal. Balasan yang tepat bagi orang yang melakukan kejahatan terhadap keluarganya ialah penjara atau siksa yang pedih.
Ayat 26
Ayat ini menerangkan tentang bersihnya Yusuf dari berbuat serong, Yusuf adalah seorang pemuda yang takut kepada Tuhannya, yang tidak goyah imannya oleh bujuk rayu seorang wanita. Dengan tegas dia berkata kepada menteri, suami dari perempuan itu, “Dalam peristiwa yang terjadi ini, sebenarnya perempuan itulah yang menggoda saya dan mengajak saya untuk memenuhi kehendak nafsunya, sampai saya melompat lari seperti yang tuan dapati sekarang ini.”
Dalam peristiwa Yusuf ini, banyak sekali tindakan yang bisa diambil oleh menteri untuk mencari bukti-bukti yang membenar-kan bahwa Yusuf adalah seorang yang bersih, karena Yusuf adalah budak yang biasanya tidak berani berbuat serong terhadap istri majikannya. Yusuf didapati oleh al-’Aziz sedang melompat hendak keluar dari dalam rumah. Ini menunjukkan bahwa al-’Aziz melihat istrinya dalam keadaan bersalah dengan mengenakan pakaian yang bagus sekali, dengan bedak dan wangi-wangian yang semerbak baunya, sedang tidak terdapat di muka Yusuf bekas-bekasnya. Sebagai bukti yang lain yang kuat sekali, bahwa suaminya tidak pernah melihat akhlak Yusuf yang buruk, semenjak Yusuf tinggal di rumahnya.
Ayat 27
Dengan pengetahuan dan pengalamannya terhadap Yusuf, sebenar-nya al-’Aziz telah mempercayai bahwa Yusuf tidak bersalah. Kemudian keyakinannya ini dikuatkan lagi oleh saksi yang lain, yang menyatakan, bahwa Yusuf tidak bersalah. Saksi itu ialah anak paman isteri al-’Aziz, menurut sebagian mufassir namanya adalah Zulaikha, seorang cerdik cendekiawan lagi bijaksana.
Saksi itu berkata, “Kami mendengar suatu keributan, tarik-tarikan dalam rumah, sampai kami mendengar bunyi kain sobek. Kalau baju Yusuf yang sobek di muka, maka perempuan itulah yang benar dan Yusuf pendusta. Kalau bajunya sobek di bagian belakang, benarlah Yusuf dan perempuan itu pendusta.” Menurut sebagian riwayat, yang menjadi saksi peristiwa ini, ialah seorang bayi yang ditakdirkan Allah dapat berbicara untuk sekedar menjadi saksi. Tetapi riwayat ini adalah lemah. Pendapat yang kuat yang menyatakan bahwa saksi dalam peristiwa ini, ialah anak paman istri al-’Aziz itu sendiri.
Ayat 28
Setelah diadakan penyelidikan dan pertukaran pikiran antara menteri dengan keluarga istrinya tentang peristiwa yang terjadi ini, maka diperiksalah baju Yusuf yang sobek itu. Ternyata baju Yusuf bagian belakang yang robek. Jelaslah dalam peristiwa ini, Yusuf yang benar tidak dapat dibantah dan diragukan lagi. Maka tuduhan perempuan itu terhadap Yusuf adalah palsu.
Tapi bagaimanapun pandainya orang bersalah mengemukakan alasan-alasannya, namun yang bersalah akan diketahui juga, sesuai dengan pepatah: “Sepandai-pandainya membungkus yang busuk, akhirnya akan berbau juga.” Setelah jelas duduk perkara peristiwa ini, maka menteri berkata kepada istrinya, “Sekarang jelas, engkau telah membujuk dan merayu Yusuf. Ketahuilah, bujuk rayu yang seperti itu besar bahayanya. Untung Yusuf seorang pemuda yang kuat imannya, tidak terpengaruh oleh godaan seperti yang engkau lakukan itu.”
Ayat 29
Selanjutnya dalam ayat ini, menteri itu berkata, “Wahai Yusuf, peliharalah dirimu, tutup mulutmu, jangan sampai kejadian ini engkau ceritakan kepada orang lain. Kejadian ini adalah rahasia kami, kalau diketahui orang, kami akan mendapat malu. Engkau jangan merasa takut dalam persoalan ini, percayalah bahwa kami tetap menjaga namamu, sebab engkau benar-benar orang yang berakhlak mulia dan beriman kuat. Engkau hai istriku, bertakwalah kepada Tuhanmu, minta ampunlah atas dosamu, karena engkau termasuk orang yang bersalah dan berdosa. Kesalahanmu sangat besar yaitu mengkhianati suamimu, dan kesalahan menuduh orang lain yang bersih dan suci.”
(Tafsir Kemenag)
Baca Selanjutnya: Tafsir Surah Yusuf ayat 30