BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al An’am Ayat 111-113

Tafsir Surat Al An’am Ayat 111-113

Tafsir Surat Al An’am Ayat 111-113 ini pun masih berbicara mengenai hal tersebut, yaitu bila pun permintaan mereka dikabulkan mereka tetap tidak akan beriman, sebagaimana pembahasan yang lalu berbicara mengenai permintaan orang-orang kafir atas mukjizat Nabi Muhammad SAW.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al An’am Ayat 108-110


Dalam Tafsir Surat Al An’am Ayat 111-113 dinyatakan alasan keingkaran mereka, yaitu permintaan itu tidak didasari rasa yang tulus untuk mencari kebenaran. Sebaliknya mereka memintanya untuk tujuan permusuhan.

Selanjutnya Tafsir Tafsir Surat Al An’am Ayat 111-113 menerangkan tentang musuh-musuh manusia berupa setan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa setan bisa berasal dari jin dan juga berasal dari manusia.

Ayat 111

Dalam ayat ini diterangkan kepada kaum Muslimin, jika sekiranya Allah berkenan menurunkan malaikat-malaikat kepada kaum musyrik sehingga mereka dapat melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri dan dapat mendengar perkataannya dengan telinga mereka sendiri tentang kesaksian para malaikat bahwa Muhammad itu betul-betul utusan Allah.

Dan sekiranya orang-orang yang telah mati dihidupkan kembali lalu berbicara dengan mereka tentang kebenaran Nabi Muhammad, dan juga sekiranya segala sesuatu baik berupa keterangan Alquran tentang kebenaran Nabi dan mukjizatnya itu dikumpulkan dan ditampakkan kepada mereka, niscaya mereka tidak beriman, sebagaimana mereka nyatakan dalam sumpah mereka.

Mereka meminta tanda-tanda itu bukan untuk mencari petunjuk ke arah iman, melainkan untuk tujuan permusuhan, sehingga apapun yang mereka saksikan selalu mereka anggap sebagai sihir. Jika Allah menghendaki mereka beriman, tentu hati mereka terbuka untuk beriman dengan cara yang sungguh-sungguh.

Mereka tidak mengetahui bahwa iman tidak perlu disangkutpautkan dengan melihat tanda-tanda kebenaran, sebab telah menjadi kebenaran umum bahwa keimanan adalah semata-mata anugerah dari Allah Ta’ala.

Walaupun kepada orang-orang musyrik telah diperlihatkan tanda-tanda kebenaran Nabi Muhammad, namun hal itu tidak menjadi jaminan mereka benar-benar akan beriman, sebab datangnya keimanan bukanlah dengan paksaan, melainkan karena keikhlasan hati, karunia, taufik dan hidayah dari Allah swt.

Selanjutnya Allah menerangkan bahwa watak orang musyrik itu tidak diketahui oleh kebanyakan kaum Muslimin sehingga mereka meminta  kepada Nabi Muhammad untuk memperlihatkan mukjizatnya, dengan harapan agar orang-orang kafir itu beriman. (Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kebanyakan orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang kafir).

Ayat 112

Menurut Mujahid, Qatadah dan Hasan al-Basri, di antara jin dan manusia itu ada yang menjadi setan. Pendapat ini diperkuat oleh Abu Zar yang ditanya oleh Nabi Muhammad, “Wahai Abu Zar apakah kamu telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan-kejahatan setan yang berasal dari jin dan manusia?”

Lalu Abu Zar bertanya, “Ya Rasulullah adakah setan-setan dari manusia?” Nabi Muhammad menjawab, “Ya benar-benar ada”. Yang dimaksud di sini adalah manusia yang berperilaku seperti setan, selalu mengajak kepada kejahatan dan permusuhan.

Ayat ini menjelaskan, bahwa kaum Muslimin menghadapi sikap permusuhan orang-orang musyrik. Demikian pulalah Allah menjadikan bagi tiap-tiap Nabi musuh-musuh yang terdiri dari setan-setan baik dari jenis manusia maupun dari jenis jin.

Setan-setan adalah musuh bagi para nabi dan para ulama yang menjadi pewaris para nabi; juga bagi setiap mubalig yang menyiarkan agama Allah, Setiap kali timbul hal yang bertentangan, pastilah yang satu akan mengalahkan yang lain, yang kuat tentu menghancurkan yang lemah, dan menjadi sunatullah, bahwa kesudahan yang baik dan kemenangan terakhir tentu berada di pihak golongan yang benar.


Baca juga: Mengenal Tafsir al-Mahalli, Tafsir Al-Quran Beraksara Arab Pegon Karya Kiai Mujab Mahalli


Apabila turun hujan deras akan timbul banjir, dan ia akan menimbulkan buih yang banyak sekali di atas permukaan air. Buih itu, jika ditiup angin, segera lenyap menghilang sehingga hanya airnya yang tetap di bumi.

Demikian pula kehidupan ini penuh dengan perjuangan; dan seorang pejuang tidak dapat memelihara kedudukannya kecuali dengan kegigihan dan kesabaran. Demikian pula amal-amal yang diterima Allah hanyalah amal-amal yang dikerjakan dengan baik dan ikhlas. Hal ini ditegaskan oleh Allah sebagai berikut:

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ

Artinya:

Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ”Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (al-Baqarah/2: 214)

Setan-setan yang menjadi musuh para nabi berusaha membisikkan kepada orang yang digodanya bujukan yang indah-indah untuk menipu mereka, dan mengelabui penglihatan mereka sehingga dengan tidak disadari mereka tergelincir dari jalan yang benar.

Telah terbukti dengan nyata tipu muslihat setan itu pada peristiwa yang dialami oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Setan bersumpah dengan halus dan menggambarkan kepada Adam bahwa bila Adam dan isterinya mau makan buah khuldi (buah keabadian), maka ia akan tetap tinggal di surga selama-lamanya.

Demikian pula, setan membisikkan kepada orang-orang yang terjerumus melakukan kemaksiatan. Setan tersebut membisikkan agar mereka menggunakan kesempatan untuk hidup bebas merdeka di dunia ini menikmati segala kelezatan hidup, karena mereka tidak perlu takut pada siksaan Allah, karena Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Sekiranya Allah menghendaki agar setan-setan itu tidak menipu manusia, tentulah setan-setan itu tidak dapat berbuat apapun. Tetapi Allah memberi keleluasaan kepada manusia untuk memilih apa yang akan mereka kerjakan menurut petunjuk akalnya yang sehat dan memilih jalan yang akan ditempuhnya, jalan yang benar atau jalan yang salah.

Karena itu, Nabi diperintah untuk tidak menghiraukan mereka, sebab nanti di akhirat mereka harus mempertanggungjawabkan segala tingkah laku mereka selama di dunia. Sedangkan Nabi hanya bertugas menyampaikan.

Ayat 113

Setan membisikkan kata-kata yang penuh tipu daya kepada orang-orang yang akan disesatkannya agar mereka tidak percaya adanya kehidupan akhirat dan agar mereka cenderung pada bisikan-bisikan itu, lalu mereka tertarik untuk mengikuti apa yang dibisikkan.

Adapun orang-orang yang menyadari bahwa setiap perbuatannya pasti harus dipertanggungjawabkan, dia tidak akan tertipu oleh bisikan-bisikan setan, walaupun setan-setan itu berusaha keras untuk mempengaruhi mereka agar mengerjakan apa yang dibisikan.


Baca setelahnya:  Tafsir Surat Al An’am Ayat 114-117


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penafsiran Esoterik Peristiwa Eksodus Nabi Musa as. dalam Tafsir al-Alusi

0
Peristiwa eksodus adalah peristiwa meninggalkan tempat asal; kampung halaman, kota, atau negara. Dalam kisah Nabi Musa, ayat yang menjelaskan tentang peristiwa ini salah satunya...