BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al A'raf ayat 120-125

Tafsir Surat Al A’raf ayat 120-125

Pada tafsir sebelumnya perjalanan hidup Nabi Musa hingga pertentangannya dengan Fir’aun. Dalam Tafsir Surat Al A’raf ayat 120-125 ini lebih menceritakan para penyihir yang akhirnya mengimani agama yang di bawa Musa. 

Meskipun Fir’aun mengancam untuk memotong silang tangan dan kaki mereka karena mengikuti Musa. Namun meskipun demikian dalam Tafsir Surat Al A’raf ayat 120-125 menjegaskan bahwa para penyihir tersebut tak gentar dan juga tak takut. Selengkapnya baca Tafsir Surat Al A’raf ayat 120-125 di bawah ini…


Baca Tafsir Sebelumnya: Tafsir Surat Al A’raf ayat 97-100


Ayat 120-122

Dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah melihat kehebatan mukjizat Nabi Musa, maka para pesihir, serta merta bersujud kepada Allah, karena mereka yakin tentang kebenaran seruan Nabi Musa, dan ia bukan pesihir seperti yang mereka duga sebelumnya, sesuai dengan tuduhan Fir’aun dan para pembesarnya.

Selain itu, mereka menyadari bahwa sihir mereka yang dibangga-banggakan selama ini hanyalah kebatilan dan tidak berdaya bila berhadapan dengan kebenaran yang datang dari Allah Yang Maha Kuasa. Mereka sudah tidak mempunyai rasa hormat sedikit pun kepada Fir’aun dan para pembesarnya yang telah berusaha dengan segala daya upaya untuk mengingkari kekuasaan dan kebesaran Allah, Pencipta dan Penguasa alam semesta.

Mengenai bersujudnya para pesihir tersebut, Allah menerangkannya dalam ayat yang lain sebagai berikut:

فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ هٰرُوْنَ وَمُوْسٰى

Lalu para pesihir itu merunduk  bersujud, seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.” (Taha/20:70)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سٰجِدِيْنَ ۙ   ٤٦  قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ   ٤٧

Maka menyungkurlah para pesihir itu, bersujud, mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam”. (asy-Syu’ara’/26:46-47)

Ayat 123

Dalam ayat ini diceritakan bahwa Fir’aun dengan sangat murka berkata kepada pesihir yang telah menyatakan iman kepada Tuhan Nabi Musa, “Mengapa kamu beriman kepadanya sebelum aku izinkan?” Maksudnya mengapa mereka menyatakan iman kepada Musa dan kepada agama yang dibawanya yang berdasarkan kepercayaan tauhid kepada Allah, padahal ia belum memberi izin atau memerintahkan kepada mereka. Mengapa mereka tunduk menjadi pengikut Nabi Musa sebelum meminta izin kepada Fir’aun lebih dahulu.

Ucapan Fir’aun ini menunjukkan bahwa ia masih belum menyadari, bahwa apa yang diperlihatkan Nabi Musa di hadapannya adalah mukjizat pemberian Allah yang tidak akan dikalahkan oleh siapa pun. Dan ia belum menyadari bahwa orang-orang yang menyaksikan kemenangan Nabi Musa itu sudah tidak mempunyai rasa hormat lagi terhadap dirinya, dan bahwa dia tidak lagi merupakan orang yang dipertuan dan dipertuhan.

Di samping itu, ia menuduh ahli-pesihir itu sudah berkomplot dengan Nabi Musa lebih dahulu, sehingga kekalahan mereka ketika berhadapan dengan Nabi Musa telah direncanakan sebelumnya. Sebab itu ia melanjutkan ancamannya terhadap mereka dengan ucapannya sebagai berikut: “Sesungguhnya perbuatan ini adalah suatu tipu muslihat yang telah kamu rencanakan di dalam kota ini, untuk mengusir penduduk aslinya dari Mesir; maka kelak kamu akan mengetahui akibat dari perbuatan ini”.

 Dalam ayat yang lain Allah menyebutkan bahwa Fir’aun menuduh Nabi Musa sebagai guru sihir yang telah mengajarkan sihirnya kepada para pesihir tersebut, untuk bersama-sama memperdayakan Fir’aun untuk dan para pengikutnya untuk mengusirnya dari negeri Mesir, agar mereka kemudian dapat memegang kekuasaan di negeri Mesir, dan Fir’aun pun mengatakan:

اِنَّهٗ لَكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَۚ

Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. (Taha/20: 71)

Ayat 124

Dalam ayat ini diceritakan bahwa Fir’aun melanjutkan ancamannya kepada mereka; Pasti aku akan memotong tangan dan kakimu secara bersilang, kemudian sungguh aku akan menyalib kamu semua.

Demikianlah Fir’aun memandang para pesihir itu bersalah, akibat mereka beriman kepada Allah tanpa meminta izinnya lebih dahulu. Oleh sebab itu, ia merasa berhak dan berkuasa untuk menjatuhkan hukuman yang berat kepada mereka, dengan memotong tangan kanan dan kaki kiri atau sebaliknya. Sesudah itu masing-masing mereka akan disalibnya. Hukuman tersebut dimaksudkan juga untuk menakut-nakuti orang-orang lain yang berniat pula untuk melakukan tipu daya semacam itu terhadapnya atau bermaksud untuk memberontak dan membebaskan diri dari kekuasaannya.

Fir’aun sangat khawatir kalau rakyatnya, bangsa Mesir mengikuti pula jejak para pesihir itu untuk beriman kepada Musa a.s, karena hal itu akan mengakibatkan keruntuhan bagi kerajaan dan kekuasaannya sebagai tuhan bagi rakyatnya yang selama ini telah dipaksa untuk menyembahnya sebagai Tuhan. Di samping itu, ia mencoba pula untuk berbuat seolah-olah ia membela kepentingan rakyatnya yaitu memelihara kemerdekaan mereka serta melindungi agama mereka. Oleh sebab itu ia mengatakan bahwa para pesihir telah berkomplot dengan Musa untuk merebut kekuasaan Mesir dari negeri mereka sendiri.

Demikianlah umumnya sikap penguasa yang zalim dan angkara murka. Ia sangat khawatir apabila rakyatnya memalingkan muka kepada pemimpin yang lain. Namun bangsa yang punya harga diri dan ingin memelihara hak-hak azasinya, pasti akan bersatu padu menentang kekuasaan yang zalim itu, betapa pun hebatnya sang penguasa.

Ayat 125

Dalam ayat ini Allah menceritakan bahwa para pesihir sedikit pun tidak merasa gentar menghadapi ancaman Fir’aun kepada mereka. Bahkan dengan mantap dan penuh keyakinan, mereka berkata kepada Fir’aun, sesungguhnya hanya kepada Tuhan kami akan kembali.

Ucapan mereka ini menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak peduli terhadap ancaman Fir’aun kepada mereka. Meskipun Fir’aun akan membunuh mereka, maka hal itu akan memberikan kemungkinan bagi mereka untuk segera bertemu dengan Tuhan, serta mendapatkan  ampunan dan rahmat-Nya yang sangat mereka dambakan. Mereka yakin, Fir’aun dan mereka semua akan kembali kepada Tuhan. Andaikan Fir’aun membunuh mereka, Fir’aun tidak akan hidup selama-lamanya di dunia ini. Dia akhirnya akan kembali kepada Tuhan Semesta alam, sehingga Tuhan akan mengadili mereka dan Fir’aun.

Dengan pengertian yang terakhir ini, dapat dipahami, bahwa ucapan mereka mengandung sindiran yang tajam, bahwa Fir’aun bukan Tuhan seperti yang diakuinya selama ini; bahkan dibalik kekuasaannya, ada kekuasaan yang lebih tinggi. Dan mereka lebih mengutamakan rahmat dan rida Allah dari pada memuaskan hawa nafsu keduniawian di samping Fir’aun dan para pembesarnya.

Di dalam kisah yang terdapat dalam Surah asy-Syu’ara, Allah menyebutkan ucapan para pesihir tersebut sebagai berikut :

قَالُوْا لَا ضَيْرَ ۖاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا مُنْقَلِبُوْنَ ۚ٥٠اِنَّا نَطْمَعُ اَنْ يَّغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطٰيٰنَآ اَنْ كُنَّآ اَوَّلَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ ࣖ  ٥١ 

Mereka berkata, “Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami. Sesungguhnya kami sangat menginginkan sekiranya Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami menjadi orang-orang yang pertama-tama beriman.” (asy-Syu’ara/26: 50-51)

(Tafsir Kemenag)


Baca Juga: Surat Ar-Rum [30] Ayat 30: Mengesakan Allah SWT adalah Fitrah Manusia


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...