BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al Maidah Ayat 75-79

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 75-79

Ada lima pembahasan dalam Tafsir Surat Al Maidah Ayat 75-79 ini. Pertama tentang keistimewaan Nabi Isa dan Siti Maryam serta hakikat kepribadian mereka berdua. Pada ayat selanjutnya berbicara tentang betapa sesatnya orang-orang yang menjadikan Nabi Isa as sebagai Tuhan selain Allah swt. Berbeda dengan sebelumnya yang membahas tentang status keagamaan orang Yahudi.


Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 72-74


Pada pembahasan Tafsir Surat Al Maidah Ayat 75-79 yang ketiga berbicara kelakuan orang-orang Yahudi yang bertindak sangat keterlaluan kepada Nabi Muhammad saw. disusul dengan keadaan nenek moyang mereka yang mendapatkan siksaan ketika masa Nabi Daud as dan Nabi Isa as.

Pembahasan Tafsir Surat Al Maidah Ayat 75-79 ini ditutup dengan pembicaraan tentang kebiasaan orang-orang Yahudi yang tidak mengamalkan konsep nahi mungkar. Malah mereka membiarkan kemungkaran merajalela.

Ayat 75

Ayat ini menerangkan keistimewaan kedudukan Almasih (Isa) dan keistimewaan kedudukan ibunya (Maryam) kemudian ayat ini menerangkan pula tentang hakikat kepribadian mereka berdua. Keistimewaan Almasih ialah dia adalah utusan Allah, tidak ada perbedaannya dengan rasul-rasul yang datang pada masa sebelumnya, karena masing-masing membawa tanda kerasulan dari Allah.

Jika Allah memberi kepada Nabi Isa kemampuan menyembuhkan sakit sopak dan menghidupkan orang mati sebagai mukjizat bagi Almasih, maka Allah menjadikan tongkatnya berupa seekor ular (al-A’raf/7:107) dan membelah laut (al-Baqarah/2:50) sebagai mukjizat bagi Nabi Musa. Jika Almasih dijadikan tanpa bapak, maka Nabi Adam dijadikan tanpa ibu dan bapak. Ibu Almasih adalah orang yang sangat mulia dan bertakwa kepada Allah.

Ayat ini menegaskan bahwa Almasih adalah seperti rasul-rasul yang lain, manusia biasa yang mempunyai kebutuhan jasmani, antara lain makan-makanan untuk menghindari lapar dan menjaga kesehatan untuk kelanjutan hidup. Tiap-tiap orang memerlukan sesuatu, dia adalah makhluk biasa yang karenanya tidak dapat dikatakan sebagai Tuhan pencipta dan tidak wajar disembah.

Jadi yang wajar dan yang berhak disembah hanyalah Allah Yang Mahakuasa karena Allah diperlukan pertolongan-Nya. Tiap-tiap yang diperlukan, tentulah dipandang mulia oleh yang memerlukan. Tegasnya penyembah adalah orang yang memandang dirinya sendiri rendah dan hina dari yang disembah.

Almasih sangat terkenal kuat ibadahnya kepada Allah, jadi Almasih menyembah Allah, ini menunjukkan bahwa Almasih itu “bukan Allah” karena Allah adalah yang disembah. Adalah suatu kebodohan apabila seseorang menyembah kepada orang yang sederajat dengannya baik dalam hakikat kejadian maupun dalam memerlukan pertolongan.

Selanjutnya pada akhir ayat ini, Allah menerangkan kepada Muhammad saw, bagaimana cara-cara Allah menjelaskan kepada Ahli Kitab tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya yang menunjukkan kesesatan pendirian mereka tentang Almasih.

Kemudian Allah meminta perhatian Nabi Muhammad bagaimana cara-cara Ahli Kitab menolak penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan Allah itu, yang menunjukkan bahwa mereka memang tidak mempergunakan akal pikiran yang sehat karena mereka terbelenggu oleh taklid buta.

Ayat 76

Ayat ini menerangkan betapa sesatnya orang Nasrani yang menyembah Almasih. Muhammad mendapat perintah dari Allah supaya menanyakan kepada orang Nasrani, mengapa mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi mudarat dan tidak memberi manfaat.

Tidakkah mereka mengetahui bahwa orang Yahudi itu memusuhi Almasih dan mereka hendak membinasakannya, sedang Almasih sendiri ternyata tidak sanggup memberi mudarat kepada orang Yahudi  dan sahabat Almasih tidak dapat menolongnya. Wajarkah orang yang tidak mempunyai kesanggupan itu dipandang sebagai Tuhan.

Tidakkah mereka sendiri bercerita bahwa Yesus ketika dianiaya di atas tiang salib, dia meminta air karena haus dan orang Yahudi hanya memberikannya air cuka yang dituangkan ke lubang hidungnya.

(Markus xv. 36: “Maka datanglah seorang dengan bunga karang yang mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum dan berkata: “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.” Terdapat juga dalam Matius xxvii. 48, Yohanes xix. 29-30). Tidakkah cerita mereka ini menunjukkan bahwa Yesus itu sangat lemah. Pantaskah orang yang lemah seperti ini dipandang sebagai Tuhan.

Selanjutnya akhir ayat ini memperingatkan orang Nasrani bahwa Allah Maha Mendengar terutama ucapan kekafiran mereka dan Maha Mengetahui kepalsuan yang ada dalam hati mereka.


Baca juga: Tafsir Surah Maryam Ayat 33: Tiga Bentuk Keselamatan Yang Diminta oleh Nabi Isa


Ayat 77

Pada ayat ini Allah melarang Ahli Kitab yang pada masa Nabi Muhammad bertindak keterlaluan di dalam agama sebagaimana nenek moyang mereka dahulu dan melarang mereka mengikuti sebab-sebab yang membawa nenek moyang mereka kepada kesesatan sehingga rnenyesatkan pula orang lain dari jalan kebenaran (ajaran Islam).

Mereka meninggalkan hukum syariat dan mengikuti hawa nafsu yang buruk. Jadi dengan ayat ini dapatlah disimpulkan bahwa Ahli Kitab itu adalah:

  1. Orang-orang yang sesat sejak dahulu karena mereka mengikuti hawa nafsu dalam urusan agama, membuat bid’ah, menghalalkan yang haram dan meninggalkan sunah Rasul.
  2. Orang lain menjadi sesat, karena mereka setelah sesat berusaha menyesatkan orang lain, memperluas bid’ah yang diada-adakan oleh para pendeta mereka.
  3. Orang yang berpaling dari agama Islam, terus-menerus berada dalam kesesatan, berarti mereka telah berbuat melampaui batas, berbuat bid’ah dan menyimpang dari itikad yang benar.

Ayat 78

Ayat ini menerangkan bahwa orang kafir dari kalangan Yahudi mendapat kemurkaan dan kutukan Allah melalui ucapan Nabi Daud dan Isa putra Maryam. Ketika orang-orang Yahudi membuat kedurhakaan pada hari Sabat (hari larangan terhadap orang Yahudi menangkap ikan), Nabi Daud mengutuk mereka pada khususnya, karena melanggar kehormatan hari Sabat dan pada umumnya terhadap mereka yang membuat kedurhakaan biasa. (Mazmur cix. 17-18,/xxviii. 21-22, 31-33,/xiv. 22-28, dan pasim).

Nabi Isa pun pernah mengutuk mereka sebagai “keturunan pembunuh nabi-nabi” dan “kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak.” (Matius xxiii. 31-35). Pada akhir ayat ini dijelaskan, bahwa kutukan itu disebabkan mereka membuat maksiat dan melanggar hukum-hukum Allah dengan cara melampaui batas.

Ayat 79

Ayat ini menerangkan bahwa kebiasan Yahudi ialah membiarkan kemungkaran terjadi di hadapan mereka disebabkan mereka tidak melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar. Demikianlah buruknya perbuatan mereka itu, sehingga hal itu menjadi sebab adanya kutukan Allah pada mereka. Dalam hubungan ayat ini Nabi Muhammad bersabda,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لمَاَّ وَقَعَتْ بَنُو ِاسْرَائِيْلَ ِفى الْمَعَاِصى نَهَتْهُمْ عُلَمَاؤُهُمْ فَلَمْ يَنْتَهُوْا فَجَالَسُوْهُمْ فِى مَجَالِسِهِمْ وَوَاكَلُوْهُمْ وَشَارَبُوْهُمْ فَضَرَبَ اللهُ قُلُوْبَ بَعْضِهِمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَعَنَهُمْ عَلَى ِلسَانِ دَاوُدَ وَعِيْسَ بْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ قَالَ فَجَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ حَتىَّ تَأْطُرُوْهُمْ عَلَى الْحَقِّ أَطْرًا

(رواه ابو داود والترمذى وابن ماجه وقال الترمذي حديث حسن)

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. katanya, Rasulullah SAW bersabda : “Ketika orang-orang Bani Israil terjerumus di lembah maksiat, kemudian mereka dilarang oleh ulama mereka dan mereka tidak mau berhenti, maka para ulama itu mengakrabi mereka, duduk-duduk, makan-makan dan minum-minum bersama.

Allah SWT kemudian membikin hati-hati mereka saling akrab dan melaknat mereka semua melalui lisan Dawud dan Isa bin Maryam. Hal itu karena  mereka bermaksiat dan melampaui batas.” Kata Abdullah bin Mas’ud selanjutnya : Nabi SAW kemudian duduk, sebelumnya dia bersandar, lalu bersabda:

“Tidak demi Dzat yang menguasai diriku, sampai kamu benar-benar menundukkan mereka kepada kebenaran.” (Riwayat Abu Dāwud, at-Tirmizi dan Ibnu Majah. Menurut at-Tirmizi, hadis ini hasan)

Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Maidah Ayat 80-85

(Tafsir kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...