BerandaTafsir TematikTafsir Surat Al-Mulk Ayat 3-4: Prinsip Keseimbangan Hidup dalam Melihat Kuasa Allah

Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 3-4: Prinsip Keseimbangan Hidup dalam Melihat Kuasa Allah

Allah yang Maha perkasa dan Maha bijaksana, Dialah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Demikian sepenggal bunyi Surat Al-Mulk ayat 3. Surat yang menjelaskan tanda kekuasaan Allah SWT yang sulit dijangkau dengan akal dan penglihatan hambaNya.  Sungguh, pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang harus hambaNya percayai. Dan Allah SWT dalam setiap menciptakan sesuatu pasti ada tujuan dan fungsi yang ditujukan kepada hamba-hambaNya.

Berikut Firman Allah Surat al-Mulk ayat 3-4:

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ

“Dialah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat”

“Kemudian ulangi pandangan (mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih” (Q.S. al-Mulk [67]: 3-4)

Baca juga: Sering Membaca Surat Al-Mulk? Berikut ini Lima Keutamaannya

Pada Tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab, Surah ini merupakan surah ke-76 dari segi pengurutan turunnya surat-surat Al-Quran. Jumlah ayatnya 30, dan ada juga yang menghitungnya sebanyak 31 ayat. Surat ini disepakati oleh ulama sebagai Surah Makkiyah, yakni turun sebelum Nabi berhijrah ke Madinah. Kemudian pakar hadis, at-Tirmizi meriwayatkan melalui Abu Hurairah bahwa Nabi saw menamainya Surah Tabarakallazi biyadihi al-Mulk, demikian dalam bentuk satu kalimat yang diangkat dari ayatnya yang pertama.

Dalam riwayat at-Tirmizi yang lain melalui Ibn ‘Abbas ditemukan juga nama Tabaraka al-Mulk. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa ia dinamai Nabi saw. menyifatinya dengan al-Munjiyah yang bermakna penyelamat, dan al-Mani’ah yang artinya penghalang. Akan tetapi namanya yang paling populer adalah Tabarak dan al-Mulk.

Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 3-4

Surat ini, menurut Sayyid Qutb sebagaimana yang dikutip oleh M. Quraish Shihab bertujuan untuk menciptakan pandangan baru bagi masyarakat muslim tentang wujud dan hubungan-Nya dengan Allah sang Maha pencipta wujud. Gambaran menyeluruh melampaui alam bumi yang sempit dan ruang dunia yang terbatas menuju alam langit, bahkan menuju kepada kehidupan akhirat.

Kemudian pada ayat di atas dijelaskan (Dialah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis). Jika menurut Maurice Bucaille pada karya al-Qur’an et ia Science yang sudah diterjemahkan oleh Rasjidi dengan judul Qur’an dan Sains, angka tujuh dijelaskan dalam Al-Quran sebanyak 24 kali. Tentu saja dengan maksud bermacam-macam. Seringkali angka tujuh itu berarti banyak (tidak bisa terhitung) dan kita tidak tahu dengan pasti sebabnya angka tersebut dipakai.

Bagi orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi, angka 7 juga mempunyai arti banyak yang tidak ditentukan. Dalam Al-Qurtan, angka 7 dipakai tujuh kali untuk memberikan bilangan kepada langit, angka 7 dipakai satu kali untuk menunjukkan langit-langit yang tidak disebutkan.

Baca juga: Tafsir Surat Yasin ayat 1: Pengantar Tafsir dan Keutamaan Membacanya

Dari sini dapat diambil hikmah, bahwa memang bentuk kekuasaan Allah SWT ada juga yang tidak bisa terlihat oleh pandangan mata manusia biasa. Akan tetapi, Maha besar Allah, kita sebagai hambaNya harus mampu mengimani bentuk kekuasaan Allah SWT.

Selanjutnya, pada kitab Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad ibn Mustafa Al-Maraghi. (1365H), ayat tersebut dimaknai bahwa sesungguhnya Allah  SWT menyebutkan sedikit dari bukti-bukti ilmu pengetahuanNya, yang tidak akan pernah habis walaupun tertelan oleh masa. Kita sebagai hambaNya tidak akan melihat kekacauan dan ketidakseimbangan dalam setiap kekusaan Allah SWT. Hal ini karena tidak ada satupun dari ciptaannya yang melampaui batas yang telah ditentukanNya baik dengan menambah ataupun mengurangi. Jadi, semua yang ada pada Allah SWT itu sudah kehendakNya dan berjalan sesuai dengan ketentuan.

Prinsip keseimbangan hidup dalam memandang kekuasaan Allah

Pada Tafsir Jalalain karangan Jalaluddin As-Suyuti dan Al-Mahalli disebutkan, Allah telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Yakni, sebagian di antaranya berada di atas sebagian yang lain tanpa bersentuhan. Maka, kita sebagai hambaNya yang biasa, ketika sekali tidak melihat pada ciptaan Allah SWT pada tujuh langit yang berlapis-lapis itu atau pada makhluk yang lain, menganggap itu sesuatu yang tidak seimbang. Karena itu, Allah meminta untuk “lihatlah berulang-ulang!”. Artinya, “lihatlah kembali ke langit (adakah kamu lihat) padanya (keretakan?)”, Maksudnya retak dan berbelah-belah.

Baca juga: Keseimbangan Hidup Manusia Menurut Al-Quran: Tafsir QS. Al-Qasas Ayat 77

Inti pelajaran yang bisa kita petik pada ayat ini, yang tampaknya tidak bisa dilihat langit ketujuh tersebut, namun keberadaanya memang ada. Alam ini dan ilmu pengetahuan Allah SWT begitu luas. Jauh lebih banyak yang kita tidak ketahui dari pada yang kita ketahui. Jauh lebih banyak yang kita tidak pernah alami dari pada yang kita alami. Oleh karena itu, dalam memandang ciptaan Allah SWT, kita disuruh oleh Allah untuk memandang berkali-kali sebelum menilai atau menyimpulkan. Karena, kadang pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan tidaklah cukup atau belum cukup untuk menyimpulkan sesuatu secara benar.

Dalam kehidupan pun begitu, kadang ada orang-orang yang sedang dilanda kesempitan yang bahkan menyalahkan Allah SWT dengan menuduh Allah tidak adil. Padahal, yang terjadi sebenarnya hanyalah akal fikiran mereka yang belum sampai mengerti dan memahami betapa sangat adilnya Allah.

Diantara cara kita untuk mengenal Allah adalah dengan melihat dan merenungi ciptaanNya. Dan ketika kesempurnaan itu telah kita ketahui, maka Allah memerintahkan kita untuk melihat kedua kalinya. Karena sesungguhnya, seorang hamba yang berusaha  mencari aib dan celanya, ia tidak akan melihat aib dan kekurangan dari segala yang diciptakan oleh Allah SWT. Wallahu a’lam[]

Norma Azmi Farida
Norma Azmi Farida
aktif di Cris Foundation (Center For Research of Islamic Studies) Redaktur Tafsiralquran.id
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...