BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al Quraisy Ayat 1-4

Tafsir Surah Al Quraisy Ayat 1-4

Pada pembahasan surat sebelumnya berbicara mengenai sejarah terjadinya penyerangan yang gagal untuk menghancurkan Ka’bah oleh tentara bergajah, Tafsir Surah Al Quraisy Ayat 1-4 berbicara mengenai keamanan yang dirasakan oleh orang-orang Quraisy ketika sedang berniaga.

Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al Fil Ayat 1-5

Kegiatan berniaga yang dijelaskan dalam Tafsir Surah Al Quraisy Ayat 1-4 ini dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Ketika musim dingin mereka pergi ke Yaman untuk membeli rempah. Sedangkan ketika musim panas mereka pergi ke Syam untuk membeli hasil pertanian.

Dalam Tafsir Surah Al Quraisy Ayat 1-4 ini dijelaskan pula keadaan mereka ketika sedang melakukan pernjalanan tersebut. Mereka dengan aman tanpa rasa khawatir ada perampokan karena seluruh Badui menghormati. Suku Quraisy ini lazim disebut jiran, yaitu orang  berkhidmad kepada Ka’bah. Rasa aman tersebut tentunya tidak terlepas dari rahmat Allah swt kepada mereka berkat pengabdian mereka.

Ayat 1-2

Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan profesi suku Quraisy sebagai kaum pedagang di negara yang tandus dan mempunyai dua jurusan perdagangan.

Pada musim dingin ke arah Yaman untuk membeli rempah-rempah yang datang dari Timur Jauh melalui Teluk Persia dan yang kedua ke arah Syam pada musim panas untuk membeli hasil pertanian yang akan dibawa pulang ke negeri mereka yang tandus lagi kering itu.

Orang-orang penghuni padang pasir (Badui) menghormati suku Quraisy karena mereka dipandang sebagai jiran (tetangga) Baitullah, penduduk tanah suci dan berkhidmat untuk memelihara Ka’bah, dan penjaga-penjaga Ka’bah. Oleh karena itu, suku Quraisy berada dalam aman dan sentosa, baik ketika mereka pergi maupun ketika mereka pulang walaupun banyak terjadi perampokan dalam perjalanan.

Karena rasa hormat kepada Baitullah itu merupakan suatu kekuatan jiwa dan berwibawa untuk memelihara keselamatan mereka dalam misi-misi perdagangannya ke utara atau ke selatan; sehingga timbullah suatu kebiasaan dan kegemaran untuk berniaga yang menghasilkan banyak rezeki.

Rasa hormat terhadap Baitullah yang memenuhi jiwa orang Arab itu adalah kehendak Allah semata, lebih-lebih lagi ketika mereka melihat bagaimana Allah menghancurkan tentara gajah yang ingin meruntuhkan Ka’bah, sebelum mereka sampai mendekatinya.

Sekiranya penghormatan terhadap Baitullah kurang mempengaruhi jiwa orang-orang Arab atau tidak ada sama sekali pengaruhnya niscaya orang-orang Quraisy tentu tidak mau mengadakan perjalanan-perjalanan perdagangan tersebut. Maka dengan demikian akan berkuranglah sumber-sumber rezeki mereka sebab negeri mereka bukanlah tanah yang subur.

Baca juga: Isyarat Larangan Rasisme Dalam Al-Qur’an, Tafsir Surat Ar-Rum Ayat 22

Ayat 3

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan orang-orang Quraisy agar mereka menyembah Tuhan Pemilik Ka’bah yang telah menyelamatkan mereka dari serangan orang Ethiopia yang bergabung dalam tentara gajah. Seyogyanya mereka hanya menyembah Allah dan mengagungkan-Nya.

Ayat 4

Kemudian Allah menjelaskan sifat Tuhan Pemilik Ka’bah yang disuruh untuk disembah itu, yaitu Tuhan yang membuka pintu rezeki yang luas bagi mereka dan memudahkan jalan untuk mencari rezeki itu. Jika tidak demikian, tentu mereka berada dalam kesempitan dan kesengsaraan.

Dia mengamankan jalan yang mereka tempuh dalam rangka mereka mencari rezeki, serta menjadikan orang-orang yang mereka jumpai dalam perjalanan senang dengan mereka. Mereka tidak menemui kesulitan. Kalau tidak, tentu mereka selalu berada dalam ketakutan yang mengakibatkan hidup sengsara.

Baca setelahnya: Tafsir Surah Al Ma’un ayat 1-7

(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...