BerandaTafsir TematikTafsir Surat Ali Imran Ayat 140: Up and Down, Dinamika Kehidupan Manusia

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 140: Up and Down, Dinamika Kehidupan Manusia

Kemenangan dan kekalahan, kejayaan dan kemunduran, kesuksesan dan kegagalan, sekarang sehat besok sakit merupakan keadaan silih berganti yang Allah berikan kepada umat manusia agar bisa mengambil pelajaran dalam menjalani kehidupan. Sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari proses up and down. Terkadang kita di atas, namun dalam beberapa waktu kita juga mengalami kepedihan tidak bertepi. Tafsir surat Ali Imran ayat 140 menyinggung dinamika kehidupan manusia ini.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 140,

إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.”

M. Quraish Shihab dalam tafsirnya menyebutkan bahwa tafsir surat Ali Imran ayat 140 di atas memperingatkan kaum Muslimin jika di antara mereka banyak korban yang terbunuh ataupun terluka parah akibat kekalahan pada perang Uhud, kaum Muslimin tidak perlu merasa terhina karena hal yang sama juga pernah menimpa musuh mereka pada perang Badar. Suatu saat kemenangan akan berحihak pada satu kelompok, di kesempatan lain bisa saja di kelompok lain.


Baca Juga: Islam Melarang Berperang di Bulan Haram


Dalam Mausuah al-Ghazawat al-Kubra, dijelaskan bahwa serangkaian peperangan mewarnai perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan panji-panji Islam. Perjuangan umat Islam saat itu tidak selalu berbuah kemenangan, akan tetapi ada beberapa kekalahan yang harus dilewati. Perang Badar, misalnya, merupakan salah satu peperangan besar yang bisa dimenangkan oleh kelompok Islam. Kekalahan di pihak kafir Quraisy meninggalkan kebencian mendalam terhadap kaum Muslimin yang mendorong mereka untuk balas dendam. Pada puncaknya, terjadilah perang Uhud.

Walaupun di perang Badar umat Islam mendapat kemenangan, sayang sekali dalam perang Uhud yang terjadi malah sebaliknya. Umat Islam mengalami kekalahan akibat ketidakpatuhan pasukan pemanah terhadap perintah Nabi –lihat. Kekalahan umat Muslim dalam perang Uhud tersebut diabadikan Allah SWT dalam Al-Quran kemudian dijelaskan oleh para mufasir dalam tafsir surat Ali Imran ayat 140.

Jika kita resapi ayat di atas, bisa kita ambil ibrah bahwa kehidupan manusia dinamis, tidak tetap. Tangis, tawa, sedih, bahagia, merupakan bagian yang tidak akan pernah hilang selama manusia hidup di muka bumi. Sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Quran surat an-Najm [53]: 43 berikut:

وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضۡحَكَ وَأَبۡكَىٰ

“Dan bahwasanya Dia-lah yang membuat orang tertawa dan menangis”


Baca Juga: Ini Dua Potensi yang Dimiliki Manusia dalam Al-Quran


Namun, adanya berbagai proses naik dan turun dalam fase kehidupan manusia tentu mengandung hikmah di dalamnya. Ketika berada dalam fase di atas, tidak lantas membuat kita merasa congkak ataupun paling hebat. Pun ketika berada dalam fase terburuk dalam kehidupan, jangan sampai membuat kita lalai dan merasa Allah SWT berbuat tidak adil terhadap kita. Sebagaimana dalam firman Allah yang lain dalam surat Al-Fajr ayat 15-16

فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ () وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ

Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” (15) Namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.” (16)

Ada pelajaran hidup yang ingin Dia berikan melalui kesedihan yang dihadapi. Umat Muslim pada zaman Nabi saw pun harus mengalami kekalahan pada perang Uhud agar mereka mengambil ibrah. Baik kesenangan ataupun kesedihan keduanya merupakan ujian bagi umat manusia, tergantung bagaimana manusia yang bersangkutan menghadapinya.

Al-Quran surat Ali Imran Ayat 140 tersebut juga mengajarkan kita agar tidak terlalu mengutuk diri sendiri ketika mengalami hal yang tidak diharapkan. Berbagai kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia, misalnya, tentu bukan solusi yang tepat ketika dirundung sebuah masalah kehidupan. Dengan bekal keimanan, manusia harus ingat bahwa dinamika kehidupan dunia seperti roda yang terus berputar. Tugas kita sebagai manusia adalah menjalaninya dengan kemampuan terbaik guna mendapatkan ridha-Nya.

Khairun Nisa
Khairun Nisa
Alumni Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, alumni Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah dan An-Najwah Sleman, Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...