Pada pembahasan lalu telah dijelaskan mengenai orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang munafik yang terusik dengan datangnya Nabi Muhammad sebagai utusan Allah swt, dalam Tafsir Surat Az Zalzalah Ayat 1-8 ini menjelaskan tentang guncangan bumi yang membuat penghuninya kelimpungan.
Baca sebelumnya: Tafsir Surat Al Bayyinah Ayat 5-8
Adapun yang dimaksud dengan guncangan bumi dalam Tafsir Surat Az Zalzalah Ayat 1-8 ini adalah gempa yang dahsyat. Seakan-akan bumi mengeluarkan seluruh bebannya dan melepasnya setelah sekian lama ditahan. Hari itu merupakan hari kiamat. Seluruh manusia dalam kebingungan. Pada hari itu manusia terbagi menjadi dua golongan. Mereka yang beramal baik akan selamat dan yang buruk akan celaka.
Apakah manusia menunggu datangnya hari itu untuk bertaubat? Padahal dalam skala kecil kejadian seperti ini sering terjadi sebagaimana dicontohkan dalam Tafsir Surat Az Zalzalah Ayat 1-8 ini. Terjadi gempa, terjadi tsunami, dan juga bencana lumpur yang terjadi di Sidoarjo yang sampai saat ini belum jelas juntrungannya.
Ayat 1
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa bumi bergeletar dan berguncang sedahsyat-dahsyatnya, sebagaimana diterangkan firman Allah dalam ayat lain:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ ١
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar. (al-Hajj/22: 1)
اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ ٤
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya. (al-Waqi’ah/56: 4)
Keterangan ini menunjukkan tentang dahsyatnya keadaan ketika itu. Hal itu dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang kafir agar memikirkan dan merenungkannya. Seakan-akan dikatakan kepada mereka bahwa apabila bumi sebagai benda padat bisa menggeletar dengan dahsyat pada hari itu, maka mengapa mereka sendiri tidak mau sadar dari kelalaian dengan meninggalkan kekafirannya.
Ayat 2
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa pada hari terjadi kegun-cangan itu, karena dahsyatnya, bumi menghamburkan isi perutnya yang terpendam berupa logam, harta simpanan, dan mayat-mayat dari kubur. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْۙ ٣
وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْۙ ٤
Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (al-Insyiqaq/84: 3-4)
Contohnya, sebagaimana terjadi dengan letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, lumpur panas di Sidoarjo Jawa Timur sejak tahun 2006, dan lain-lain yang begitu dahsyat sehingga mengeluarkan lava dan isi perut bumi. Guncangan pada hari kiamat jauh lebih dahsyat lagi.
Ayat 3
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengalami dan menyaksikan kejadian yang dahsyat dan membuat terperanjat orang-orang yang melihatnya, berkata, “Apa gerangan yang terjadi pada bumi. Ini belum pernah terjadi sebelumnya?” Dalam ayat lain, Allah berfirman:
وَتَرَى النَّاسَ سُكٰرٰى وَمَا هُمْ بِسُكٰرٰى
Dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. (al-Hajj/22: 2)
Baca juga: Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 8-11: Penyesalan Orang yang Ingkar di Hari Kiamat
Ayat 4-5
Dalam ayat ini, Allah menyatakan bahwa ketika terjadinya keguncangan yang dahsyat itu, saat bumi bergetar dan mengalami kehancuran serta kerusakan, seakan-akan ia menjelaskan kepada manusia bahwa kejadian yang belum pernah terjadi ini tidak menurut ketentuan yang berlaku bagi alam semesta dalam keadaan biasa.
Allah menjelaskan bahwa sebab terjadinya keguncangan tersebut adalah atas perintah-Nya semata. Ketika bumi diperintahkan hancur, maka bumi akan hancur luluh.
Pada dasarnya ayat 1-5 di atas berkenaan dengan hari kiamat. Namun dari skala lebih kecil ayat-ayat tersebut dapat ditafsirkan dengan proses geologi terjadinya gempa, yang sudah barang tentu besarannya jauh lebih kecil dibanding kejadian kiamat kelak.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya menurut kajian ilmiah bahwa lempengan-lempengan kulit bumi bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-tempat saling bertemu, pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi.
Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng: Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu, maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus, dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban) tersebut, maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, dan dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi.
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi, merupakan satu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun. Begitu seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi.
Proses geologi atau berita geologi ini dapat direkam baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi (lihat juga an-Naml/27: 88, at-Tµr/52: 6). Telaah tentang gempa bumi dapat dilihat pula pada Surah an-Naba’/78: 17-20.
Ayat 6
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa pada hari terjadinya kerusakan dan kehancuran bagi bumi serta terjadinya alam baru dan hidup baru, muncullah manusia dalam keadaan yang berbeda-beda dan berkelompok.
Orang-orang yang beramal baik tidak sama dengan orang-orang jahat. Orang-orang yang taat tidak sama dengan orang yang berbuat maksiat. Mereka muncul untuk diperlihatkan Allah kepada mereka apa yang telah mereka lakukan dan untuk memetik hasil usaha mereka selama hidup di dunia.
Ayat 7-8
Dalam ayat-ayat ini, Allah merincikan balasan amal masing-masing. Barang siapa beramal baik, walaupun hanya seberat atom niscaya akan diterima balasannya, dan begitu pula yang beramal jahat walaupun hanya seberat atom akan merasakan balasannya. Amal kebajikan orang-orang kafir tidak dapat menolong dan melepaskannya dari siksa karena kekafirannya. Mereka akan tetap sengsara selama-lamanya di dalam neraka.
Baca setelahnya: Tafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11
(Tafsir Kemenag)