BerandaTafsir TahliliTafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11

Tafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11

Setelah pada surat yang lalu berbicara mengenai hari kiamat serta kebingungan yang dialami penghuninya, dalam Tafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11 berbicara mengenai motivasi Allah swt kepada seluruh umat Islam. Khususnya kepada mereka yang sedang dalam jihad fi sabilillah. Konteks ayat dalam ayat ini adalah perlwanan terhadap orang-orang kafir.


Baca juga: Tafsir Surat Az Zalzalah Ayat 1-8


Sebagai awalan dalam Tafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11 ini Allah swt bersumpah menggunakan objek kuda yang sangat berani dan kuat. Tujuan dari sumpah tersebut untuk membangkitkan semangat umat Islam ketika itu. Makna lain dari sumpah ini bahwa manusia juga bisa mempunyai sifat seperti kuda. Misalnya dalam hal keliarannya sehingga perlu untuk ditegur dan diingatkan.

Meski begitu, Tafsir Surat Al ‘Adiyat Ayat 1-11 ini lebih lanjut mengonfirmasi juga bahwa meskipun manusia juga berpotensi liar namun keliaran itu bisa dikendalikan jika mereka bisa mawas diri dan sadar diri sehingga tidak terjerumus dalam kekufuran dan keingkaran. Allah swt mengancam orang-orang yang kufur dan ingkar atas nikmat-nikmat yang telah Ia berikan.

Ayat 1-5

Allah bersumpah dengan kuda perang yang memperdengarkan suaranya yang gemuruh. Kuda-kuda yang memancarkan bunga api dari kuku kakinya karena berlari kencang. Kuda-kuda yang menyerang di waktu subuh untuk menyergap musuh di waktu mereka tidak siap siaga. Karena kencangnya lari kuda itu, debu-debu jadi beterbangan.

Allah menyatakan bahwa kuda yang menyerang itu tiba-tiba berada di tengah-tengah musuh sehingga menyebabkan mereka panik. Allah bersumpah dengan kuda dan sifat-sifatnya dalam suasana perang bertujuan untuk membangkitkan semangat perjuangan di kalangan orang-orang Mukmin.

Sudah selayaknya mereka bersifat demikian dengan membiasakan diri menunggang kuda dengan tangkas untuk menyerbu musuh. Mereka juga diperintahkan agar selalu siap siaga untuk terjun ke medan pertempuran bila genderang perang memanggil mereka untuk menghancurkan musuh yang menyerang, sebagaimana Allah berfirman:

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ

Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu. (al-Anfal/8: 60)

Allah bersumpah dengan kuda perang yang dalam keadaan berlari kencang, hilir-mudik, memancarkan percikan bunga api dari kakinya karena berlari kencang, dan dengan penyergapan di waktu subuh, menunjukkan bahwa kuda-kuda yang dipelihara itu bukan untuk kebanggaan. Hendaknya kuda yang dipuji adalah yang digunakan untuk memadamkan keganasan musuh, melumpuhkan kekuatan mereka, atau menghadang serangan mereka.

Maksudnya, dalam ketangkasan berkuda terkandung faedah yang tidak terkira banyaknya. Di antaranya adalah dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, cepat bergerak untuk suatu keperluan yang mendadak, digunakan untuk menyergap musuh, dan dapat mencapai tempat yang jauh dalam waktu yang singkat.


Baca juga: Tinjauan Tafsir terhadap Jihad, Perang dan Teror dalam Al-Quran


Ayat 6

Dalam ayat ini, Allah menerangkan isi sumpah-Nya, yaitu: watak manusia adalah mengingkari kebenaran dan tidak mengakui hal-hal yang menyebabkan mereka harus bersyukur kepada penciptanya, kecuali orang-orang yang mendapat taufik, membiasakan diri berbuat kebajikan dan menjauhkan diri dari kemungkaran.

Hubungan antara ayat 5 yang menggambarkan persoalan kuda dan ayat 6 yang memberi informasi tentang sifat dasar manusia adalah bahwa manusia itu mempunyai potensi menjadi liar seperti kuda yang tidak terkendali, sehingga menyebabkannya ingkar kepada Allah.

Sifat yang terpendam dalam jiwa manusia ini menyebabkan ia tidak mementingkan apa yang terdapat di sekelilingnya, tidak menghiraukan apa yang akan datang, dan lupa apa yang telah lalu. Bila Allah memberikan kepadanya sesuatu nikmat, dia menjadi bingung, hatinya menjadi bengis, dan sikapnya menjadi kasar terhadap hamba-hamba Allah.

Ayat 7

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa seorang manusia meskipun ingkar, aniaya, dan tetap dalam keingkaran serta kebohongan, bila ia mawas diri, seharusnya ia akan kembali kepada yang benar.

Dia mengaku bahwa dia tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang dianugerahkan kepadanya. Dia juga mengakui bahwa semua tindakannya merupakan  penentangan dan pengingkaran terhadap nikmat tersebut. Ini adalah kesaksian sendiri atas keingkarannya, pengakuan tersebut lebih kuat daripada pengakuan yang timbul dari diri sendiri dengan lisan.

Ayat 8

Allah menyatakan bahwa karena sangat sayang dan cinta kepada harta serta keinginan untuk mengumpulkan dan menyimpannya menyebabkan manusia menjadi sangat kikir, tamak, serta melampaui batas. Allah berfirman:

وَّتُحِبُّوْنَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّاۗ  ٢٠

Dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. (al-Fajr/89: 20)

Ayat 9-11

Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan ancaman-Nya kepada orang-orang yang ingkar terhadap nikmat-nikmat-Nya dengan menyatakan apakah mereka tidak sadar bahwa Allah mengetahui isi hatinya. Allah juga menyatakan bahwa Dia akan membalas keingkaran mereka itu pada hari dikeluarkan apa yang ada di dalam dada dan dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur.


Baca setelahnya: Tafsir Surat Al Qari’ah Ayat 1-11


(Tafsir Kemenag)

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Aksi Demo dalam Tinjauan Alquran

Aksi Demo dalam Tinjauan Alquran

0
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang pemimpin tentu memiliki wewenang untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam mengatur rakyatnya. Di samping itu pemimpin juga dituntut untuk memiliki...