Pada pembahasan sebelumnya sudah dijelaskan tentang tafsir ayat 2-4 dimana Allah swt bersumpah dengan Al-Quran atas kerasulan Nabi Muhammad saw. Kali ini penulis akan menyampaikan penafsiran ayat selanjutnya yakni tafsir surat Yasin ayat 5-6 diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai pemberi peringatan.
() تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
() لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
(sebagai wahyu) yang diturunkan oleh (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang, agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. (Q.S. Yasin [36]: 5-6)
Kata tanzil adalah masdar dari nazzala-yunazzilu yang artinya menurunkan. Lalu apa makusd dari diturunkan pada ayat ini?. Setidaknya ada tiga aspek makna yang bisa digunakan. Pertama, menurut al-Shabuni, Quraish Shihab dan mayoritas ulama tafsir, memahami bahwa yang diturunkan adalah Al-Quran, ini merujuk kepada ayat ke-2 yang mana Allah menegaskan kedudukan Al-Quran sebagai kitab suci yang diturunkan kepada nabi yang ummi, yakni Nabi Muhammad saw. dan Al-Quran bukanlah karangan manusia.
Penegasan semacam ini juga bisa dilihat dalam ayat-ayat lain, diantaranya dalam QS. As-Syu’ara: 192, As-Sajdah: 2, Az-Zumar: 1, dan Al-Ghafir: 2. Bahkan Allah menantang mereka yang meragukan dan beranggapan bahwa Al-Quran adalah karangan manusia agar membuat Al-Quran semisalnya, Allah berfirman:
وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (Q.S. AL-Baqarah [2]: 23)
Baca juga: Tafsir Surat Yasin ayat 1: Pengantar Tafsir dan Keutamaan Membacanya
Makna kedua, kata tanzil dimaknai dengan irsal, yakni diutusnya Nabi Muhammad saw merujuk pada ayat ke-3 dalam surah ini. Diantara mufassir yang berpendapat demikian diantaranya adalah at-Thabari dan al-Qurthubi.
Sedangkan makna yang ketiga, adalah semua aspek dalam agama Islam itu sendiri. Merujuk pada kata shirath al-Mustaqim pada ayat 4, adapun mufassir yang berpendapat demikian adalah Ibnu Kathir dan al-Maraghi. Menurut Ibnu Kathir kata ini menunjukkan segala aspek dari agama Islam yang mana hal itu diturunkan oleh Allah kepada hambanya.
Ibnu Katsir menukil ayat Al-Quran untuk menguatkan gagasannya tersebut. Yakni QS. Asy-Syura: 52-53 yang menerangkan tentang diutusnya Muhammad saw untuk membimbing manusia kepada jalan yang lurus, yakni jalan yang telah di syariatkan oleh Allah.
Diakhir ayat ini, Allah menggunakan kata al-‘Aziz dan ar-Rahim. Beberapa muafssir memahami bahwa al-‘Aziz menunjukkan kekuasaan Allah yang menurunkan Al-Quran, dan mengutus Muhammad saw, sedangkan ar-Rahim adalah sifat penyayang Allah kepada ciptaan-Nya, termasuk kepada mereka yang bertaubat dan meminta ampunan dari-Nya.
Sedangkan pada tayat ke-6, Wahbah Zuhaili menerangkan bahwa tujuan diturunkannya Al-Quran dan diutusnya Nabi Muhammad saw adalah untuk litunzira Qaumam ma unzira Abaauhum yakni memberi peringatan kepada bangsa Arab yang mana belum pernah ditemui (pemberi peringatan) sebelumnya kepada nenek moyang mereka (pada zaman fatrah).
Masa fatrah adalah masa dimana tidak ada (kosong) kehadiran nabi, sehingga beberapa ulama seperti Syeikh Nawawi al-Bantani, Syeikh Ibrahim al-Baijuri berpendapat bahwa pada masa ini ahli fatrah jikapun mereka berpindah keyakinan atau melakukan kemusyrikan, maka mereka terbebas dari siksa api neraka.
Baca juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 2-4: Sumpah Allah atas Kerasulan Nabi Muhammad saw
Kaitannya dengan masyarakat Arab dalam ayat ini adalah bahwa kondisi mereka berbeda dengan masa nenek moyang mereka (di zaman fatrah) yang sama sekali tidak ada rasul yang diutus. Sedangkan pada era mereka Allah telah mengutus seorang rasul sebagai pembawa risalah untuk menunjukkan ajaran yang lurus dan benar, yakni Nabi Muhammad saw.
Ash-Shobuni menyebutkan bahwa alasan diutunsya Nabi Muhammad saw sebagai pemberi peringatan kepada masyrakat Arab adalah fahu ghafiulun karena mereka telah lalai (menolak) dari iman, petunjuk, syari’at, lalai dalam menjalankan hukum-hukum yang telah ditetapkan (disampaikan) kepada mereka, terjebak dalam kegelapan dunia, serta menyembah berhala-berhala yang mereka anggap sebagai tuhan. Di ayat lain Allah juga menegaskan peran nabi Muhammad sebagai pemberi peringatan, diantaranya QS. As-Sajdah: 3 Allah berfirman:
اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۚ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَّآ اَتٰىهُمْ مِّنْ نَّذِيْرٍ مِّنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ
Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan, “Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya.” Tidak, Al-Qur’an itu kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah didatangi orang yang memberi peringatan sebelum engkau; agar mereka mendapat petunjuk. (Q.S. As-Sajdah [32]: 3)
Terkahir, mengutip dari pendapat Ibnu Kathir, Quraish Shihab, dan tafsir Kemenag, bahwa meski pada ayat ini konteks yang dituju untuk diberikan peringatan adalah masyarakat Arab, namun secara keseluruhan maksud dari ayat ini ditujukan kepada umat manusia.
Sebab ini didasari dengan beberapa ayat lain yang mendukung bahwa dakwah nabi teruntuk umat manusia, misalnya dalam QS. al-A’raf : 158,
قُلْ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا ۨالَّذِيْ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ النَّبِيِّ الْاُمِّيِّ الَّذِيْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَكَلِمٰتِهٖ وَاتَّبِعُوْهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 158)
Demikian penjelasan singkat tafsir surat Yasin ayat 5-6, nantikan penjelasan tafsir surat Yasin selanjutnya. Wallahu A’lam