Matsal (perumpamaan) dalam Al Quran merupakan salah satu metode dalam pendidikan Islam. Ciri khas metode ini adalah memvisualisasikan hal yang abstrak dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal serupa atau sebanding agar lebih mudah dipahami. Pentingnya metode perumpamaan dalam pendidikan Islam dapat dicermati dari firman Allah Surat Ibrahim ayat 24-25:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
تُؤْتِيْٓ اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِاِذْنِ رَبِّهَاۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat” (QS. Ibrahim [14]: 24-25)
Baca juga: Tiga Makna Metode Matsal Menurut Para Ulama
Tafsir Surah Ibrahim Ayat 24-25
Kata amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal. Dalam Al Quran disebutkan sebanyak 19 kali dalam berbagai ayat dan surat. Sedangkan bentuk-bentuk lain sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi dalam al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadz al-Qur’an al-Karim berjumlah 146 kali.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menafsirkan redaksi matsalan kalimatan thayyibah yakni syahadat lailahaillah (tidak ada tuhan selain Allah). Sedangkan kasyajaratin thayyibah dimaknai orang mukmin. Adapun ashluha tsabit adalah kalimat “Lailahaillah” tertancap dalam hati orang mukmin. Wa far’uha fis sama’ artinya berkat kalimat tersebut amal orang mukmin dinaikkan ke langit.
Bagi al-Dhahhak, Sa’id bin Jubair, Ikrimah, dan Mujahid, mengatakan bahwa sesungguhnya ayat ini menerangkan perumpamaan tentang amal perbuatan orang mukmin. Yakni, tutur katanya baik, dan amalnya yang shalih. Dan orang mukmin dianalogikan seperti pohon kurma. Hal ini karena amal shalihnya terus merangkak naik, menjulang tinggi ke atas langit baginya di setiap waktu pagi dan petang.
Baca juga:Kunci Kemajuan Pendidikan Islam Terletak pada Learning by Doing
Pada ayat selanjutnya, redaksi tu’ti ukulaha kulla hinin bermakna setiap pagi dan malam. Ada yang berpendapat setiap bulan, setiap dua bulan. Pendapat lain mengatakan setiap tujuh bulan, atau setiap tahun.
Makna lahiriah konteks ayat ini menunjukkan bahwa perumpamaan orang mukmin sama dengan pohon yang selalu mengeluarkan buahnya setiap waktu. Demikian pula keadaan orang mukmin, yang amal shalihnya terus menerus menjulang tinggi kapan pun itu.
Penafsiran serupa juga disampaikan oleh Muhammad ‘Ali al-Shabuny dalam Shafwah al-Tafasir, kata amtsal di sini bermakna dua yakni li kalimatil iman wa kalimatil isyrak. Kalimat iman diibaratkan seperti pohon yang baik, sedangkan kalimat isyrak diandaikan seperti pohon busuk. Ibnu Abbas berkata, kalimat iman yang digunakan sebagai matsal tersebut yakni kalimat thayyibah la ilaha illah.
Urgensi Metode Perumpamaan dalam Pendidikan Islam
Ayat di atas secara gamblang menyatakan bahwa Allah SWT membuat perumpamaan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit. Dia mengumpamakan kalimat yang baik (La ilaha illah) dengan pohon yang baik, dan sebaliknya. Perumpamaan-perumpamaan seperti banyak kita jumpai dalam Al Quran, baik bentuk jamak (amtsal) maupun mufrad-nya (matsal).
Dan tujuan Allah SWT membuat perumpamaan itu adalah agar manusia dapat mengambil hikmah dari perumpamaan itu. Dengan menggunakan amtsal pula, para peserta didik akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan terlihat langsung dan sesuai dengan pengalaman hidupnya.
Metode matsal juga kerap kali digunakan oleh Rasulullah SAW untuk memperjelas sesuatu tatkala memberikan pengajaran kepada para sahabat. Di samping memberikan pengajaran, beliau juga menerapkan metode lain seperti teladan yang baik. Mengutip Yakhsyallah Mansur dalam ash-Shuffah-nya, ia menyebut metode perumpamaan (dharb al-amtsal) digunakan untuk memudahkan menyampaikan materi.
Baca juga: Belajar Metode Demonstrasi Dari Kisah Nabi Khidir Dan Musa
Dikisahkan suatu ketika Rasulullah SAW mendatangi para sahabatnya di emperan masjid. Lantas menanyakan, siapa di antara sahabatnya yang suka pergi ke lembah Batha’ dan al-Aqiq dan membawa pulang dua unta dengan punggung besar.
Para sahabat menjawab, “mereka gemar melakukan itu”
“Mengapa salah seorang dari kalian tidak pergi ke masjid lalu belajar dan membaca dua ayat Kitabullah (Al Quran) yang itu lebih baik ketimbang dua ekor unta.” Ucap Rasulullah (HR. Abu Nu’aim)
Dalam hadis tersebut, Rasulullah mengumpamakan kegiatan belajar dengan unta yang gemuk. Melalui hal itu, Rasul SAW secara implisit mendorong agar para sahabatnya tetap semangat dalam menuntut ilmu.
Karenanya, metode matsal (perumpamaan atau analogi) memiliki peranan sentral dalam dunia pendidikan, sebab ruh pendidikan Islam itu sendiri senada dengan maqashid (tujuan) dikemukakannya matsal Alquran tersebut.Yakni di samping sebagai nasihat dan peringatan bagi manusia, juga dapat membantu mengakselerasi proses pemahaman yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran.
Lebih-lebih, proses dinilai lebih lebih menarik, efektif dan efisien apabila dituangkan dalam cerita dan ungkapan yang indah. Dan, salah satu strateginya ialah dengan menerapkan metode amtsal. Wallahu A’lam.