BerandaTafsir TematikTiga Perbuatan Penghapus Pahala Ramadan

Tiga Perbuatan Penghapus Pahala Ramadan

Ramadan adalah momen spesial untuk menuai pahala sebanyak-banyaknya, karena amal ibadah di dalamnya diganjar dengan berlipat-lipat. Namun, tidak semua orang yang berpuasa mendapatkan keutamaan dan pahala puasa Ramadan. Karena seperti yang diberitakan oleh Nabi Saw., terdapat ciri-ciri orang yang berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan dahaga dari puasanya. Siapakah mereka? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam sebuah riwayat berikut ini:

مَن لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ والعَمَلَ به، فليسَ لِلَّهِ حاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعامَهُ وشَرابَهُ .الراوي: أبو هريرة • البخاري، صحيح البخاري (١٩٠٣) • [صحيح]

Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dosa, maka Allah SWT tidak membutuhkan dia meninggalkan makanan dan minumannya. (H.R. Abu Hurairah dalam Shahih Al-Bukhari (1903).

Baca Juga: Inilah Lima Hakikat Puasa Ramadan menurut Al-Ghazali

Tiga perbuatan menghapus pahala Ramadan

Terjemahan literal dari frasa qoul al-zur adalah perkataan dusta. Namun, jika diteliti lebih dalam akan didapatkan pemahaman bahwa kalimat tersebut mencakup segala ucapan yang merugikan orang lain, menipu dan menyimpang dari kebenaran. Maka dari itu, setidaknya ada tiga perbuatan yang termasuk dalam pengertian qoul al-zur, yaitu:

Gibah

Gibah adalah membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuannya. Alquran mengibaratkan orang yang menggibah bagaikan memakan bangkai saudaranya. Sebagaimana tertulis dalam sebuah ayat, sebagai berikut:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujurat: 12).

Ramadan adalah waktu di mana seluruh amal seorang muslim dilipatgandakan, termasuk amal keburukan. Ketidaktahuan mengenai pesan ini dapat menyebabkan kita merugi karena dua hal; pertama, rugi karena tidak mendapatkan pahala yang akan dibalas berlipat-lipat dan yang kedua, rugi karena kurang mawas diri sehingga sangat mudah melakukan maksiat di siang dan malam hari bulan Ramadan.

Walaupun tidak sampai membatalkan puasa, pahala yang didapat oleh yang bergibah tentu berbeda dengan pahala yang didapat oleh yang tidak bergibah. Padahal kedua orang tersebut sama-sama menahan makan dan minum sejak fajar hingga terbenam matahari. Hanya karena tidak dapat menahan lisan untuk membicarakan keburukan orang lain, pahala puasa yang ia harapkan hilang begitu saja.

Baca Juga: Mengulik Makna Shaum, Istilah Puasa Ramadan dalam Al-Quran

Berkata kotor 

Alquran mewajibkan orang-orang yang beriman untuk berucap yang benar dan baik. Perintah tersebut sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. (Q.S. Al-Ahzab: 70).

Menurut Qatadah dan Al-Kalbi yang dikutip dalam Tafsir al-Thabari, makna dari kalimat qoulan sadida adalah perkataan yang adil dan jujur. Adil maksudnya adalah dalam perkataannya dan perbuatannya. Sedangkan menurut Ikrimah, makna dari kalimat tersebut adalah kalimat tahlil atau la ilaha illa Allah. 

Jujur dalam pendapat di atas dapat dimaknai sebagai ucapan yang lurus, benar dan tidak menyimpang, karena seluruhnya termasuk dalam perkataan yang baik. Orang yang berpuasa harus menjaga lisannya dari ucapan-ucapan kotor. Karena mengucapkan kata-kata kotor menjadi sebab berkurangnya pahala puasa seseorang dan sebuah bentuk pelanggaran dari perintah ayat tersebut.

Orang yang berpuasa Ramadan jika belum mampu untuk menahan dari ucapan kotor, hendaknya untuk membiasakan diam atau mengalihkannya dengan tidur bila itu lebih selamat untuk puasanya. Bukan tanpa sebab, karena dalam sebuah riwayat dhaif diam dan tidurnya orang yang berpuasa Ramadan dinilai sebagai ibadah. Itu artinya menjaga diri untuk tetap memperoleh pahala puasa lebih diutamakan daripada yang lainnya.

Mengadu domba

Mengadu domba biasanya dilakukan atas dasar kedengkian kepada seseorang. Lazimnya orang yang mengadu domba ingin merusak hubungan baik antara dua pihak dengan menyebarkan perkataan dusta di antara mereka. Jika berhasil, maka terjadi permusuhan, saling curiga dan berujung dengan putusnya silaturahmi di antara mereka.

Jika gibah dan berkata kotor dapat merusak pahala puasa saja, maka adu dapat domba merusak pahala puasa dan hubungan baik seseorang. Pahala puasa Ramadan tidak akan diberikan bagi orang yang suka memecah belah dan menyimpan sifat setan dalam dirinya. Ramadan adalah waktu setan-setan terbelenggu, akan tetapi pengadu domba malah menggantikan peran dan tugas mereka untuk berbuat kerusakan.

Baca Juga: Tafsir Ahkam: Syarat, Rukun Puasa Ramadan, dan Alasan Niat di Malam Hari

Penutup

Puasa Ramadan bukan hanya tentang menahan makan dan minum, tetapi ada tujuan lain yang hendak dicapai melalui serangkaian ibadah amaliah pada bulan tersebut. Buktinya adalah Allah tidak berkepentingan kepada hamba yang tidak bisa meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dosa, padahal Allah SWT sendiri mengistimewakan puasa Ramadan dengan menyebutkannya sebagai ibadah untuk-Nya dan hambanya. Apalah arti perut menahan lapar, jika mulut tiada menahan ucap. Wallahu a’lam.

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU