BerandaTafsir TematikTiga Tipe Istri yang Dijelaskan dalam Surah At-Tahrim Ayat 10-12

Tiga Tipe Istri yang Dijelaskan dalam Surah At-Tahrim Ayat 10-12

Menjadi seorang istri yang baik untuk suaminya adalah suatu kewajiban. Bagi suami, hal itu juga merupakan suatu hadiah yang berharga dalam kehidupan rumah tangga. Sebab istri yang baik dan solehah adalah perhiasan yang menenangkan dan bahkan mengalahkan keindahan bidadari di surga. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua istri dapat bersikap sesuai harapan. Dengan begitu, adakah tipe istri yang dijelaskan dalam surah Al-Quran?

Baca juga: Kunci Ketigabelas Menggapai Kebahagiaan: Bertaubat dari Segala Dosa

Terkait dengan tipe-tipe istri, sejatinya Al-Qur’an menggambarkan beberapa model istri dengan kekhasannya masing-masing. Hal itu sebagaimana diungkapkan dalam QS. A-Tahrim [66]: 10-12 sebagai berikut.

ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱمۡرَأَتَ نُوحٖ وَٱمۡرَأَتَ لُوطٖۖ كَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَيۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَٰلِحَيۡنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمۡ يُغۡنِيَا عَنۡهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيۡ‍ٔٗا وَقِيلَ ٱدۡخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱمۡرَأَتَ فِرۡعَوۡنَ إِذۡ قَالَتۡ رَبِّ ٱبۡنِ لِي عِندَكَ بَيۡتٗا فِي ٱلۡجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِن فِرۡعَوۡنَ وَعَمَلِهِۦ وَنَجِّنِي مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ وَمَرۡيَمَ ٱبۡنَتَ عِمۡرَٰنَ ٱلَّتِيٓ أَحۡصَنَتۡ فَرۡجَهَا فَنَفَخۡنَا فِيهِ مِن رُّوحِنَا وَصَدَّقَتۡ بِكَلِمَٰتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِۦ وَكَانَتۡ مِنَ ٱلۡقَٰنِتِينَ

Terjemah: “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”. Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim [66]: 10-12)

Tafsir Surah At-Tahrim Ayat 10-12

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah Swt. membuat perumpamaan istri Nabi Nuh dan Nabi Luth untuk orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang Nabi dan Rasul yang selalu bersama keduanya siang dan malam, memberi makan kepada keduanya, mencampuri dan menggauli mereka dengan perlakuan yang baik. Namun keduanya berkhianat kepada suami-suami mereka dalam hal keimanan.

Mereka tidak sepakat untuk satu iman dengan mereka serta tidak memercayai risalah yang diemban keduanya. Maka akibat dari perbuatan mereka tersebut, mereka tidak akan dapat menolak petaka yang akan ditimpakan Allah kepada mereka.

Al-Qurthubi menambahkan bahwa pada ayat berikutnya, Allah juga mnjadikan istri Fir’aun (Asiyah binti Muzahim) perumpamaan bagi orang-orang yang beriman. Mengutip pendapat dari Yahya bin Salim berkata, “Allah menjadikan istri Fir’aun dan Maryam putri Imran sebagai perumpamaan untuk Aisyah dan Hafsah menyangkut pertentangan mereka, agar Aisyah dan Hafsah berpegang teguh pada ketaatan dan konsisten dalam agama Islam.

Baca juga: Tafsir Ahkam: Hukum Makruh Berwudhu Dengan Air Musyammas

Wahbah Az-Zuhaili juga menjelaskan bahwa dalam ayat itu Allah Swt. membuat contoh, perumpamaan, dan permisalan bagi kaum Mukminin, yaitu dengan keadaan istri Fir’aun yang bernama Asiyah binti Muzahim a.s. dan sekaligus merupakan ‘ammah (bibi dari jalur bapak, saudara perempuan bapak) Nabi Musa a.s..

Ia beriman kepada Nabi Musa a.s. ketika mendengar kisah tongkat Nabi Musa a.s.. Fir’aun pun menyiksa dirinya dengan siksaan yang keras disebabkan keimanannya, namun siksaan yang diterimanya itu tiada sedikit pun membuat dirinya mundur dari keimanannya.

Melalui ayat itu, Allah menggambarkan keteguhan hati Asiyah yang tetap beriman kepada Allah melalui ajaran Nabi Musa meskipun ia hidup bersama musuh Allah yaitu Fir’aun suaminya sendiri. Hingga ia diketahui beriman kepada Allah dan Fir’aun menyiksanya, ia tetap sabar dalam menjalani siksaan tersebut.

Allah Swt. juga membuat contoh, perumpamaan, dan permisalan bagi orang-orang yang beriman, dengan Maryam binti ‘lmran a.s. Ibunda Nabi Isa a.s.. Allah Swt. memberinya kombinasi antara kemuliaan dunia dan akhirat, serta menjadikannya sebagai perempuan pilihan melebihi seluruh kaum perempuan dunia pada masanya kala itu.

Padahal ia hidup di tengah-tengah kaum pendurhaka. Ia memelihara kemaluannya dari kaum laki-laki dan dari perbuatan-perbuatan keji sehingga ia menjadi contoh dan teladan dalam hal ke’iffihan (menjaga kehormatan) dan kesucian. Meski ia tidak memiliki suami, tetapi hal itu adalah teladan yang semestinya dilakukan oleh para istri untuk senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan mereka dari lelaki lain yang bukan suaminya.

Baca juga: Tiga Karakter Pemuda Ideal Menurut Al-Qur’an

Tiga Tipe Istri yang Dijelaskan dalam Al-Qur’an

Melalui ayat di atas, setidaknya terdapat tiga tipe istri yang digambarkan Allah di dalam Al-Qur’an. Pertama, istri yang durhaka dan tidak taat terhadap suaminya, padahal suaminya telah memperlakukannya dengan sangat baik. Namun karena keingkarannya terhadap Allah menjadikan ia berubah dan tidak mau mengikuti suaminya.

Tipe yang pertama ini nampaknya juga banyak terjadi di masyarakat. Ada istri-istri yang rela bercerai dan meninggalkan suaminya karena hal-hal yang membuatnya tidak leluasa. Misalnya dilarang melakukan hal-hal yang disukainya sebab itu melangar perintah agama.

Kedua, tipe istri yang senantiasa taat pada perintah Allah. Tipe istri ini menunjukkan keteguhan iman yang sangat kuat sebagaimana Asiyah istri Fir’aun yang menjaga keimanannya kepada Allah, walaupun suaminya menentang hal tersebut. Istri seperti inilah yang seharusnya dijadikan figur bagi para istri dalam keluarga.

Seorang istri semestinya tetap berada pada jalan Allah, meski suaminya tidak demikian. Artinya seorang istri harus dapat memfilter hal-hal yang diperintahkan suaminya. Jika bertentangan dengan perintah Allah, maka tidak usah dilakukan bahkan istri harus memperingatkan suaminya jika ada perbuatan salah yang dilakukan.

Ketiga, tipe istri yang senantiasa menjaga kehormatannya sebagaimana Siti Maryam yang menjaga kesucian dan kehormatan meski saat itu ia hidup ditengah para pendurhaka. Teladan ini menjadi contoh bagi para istri untuk tetap menjaga muru’ah dan kesucian dirinya untuk para suami. Jika Siti Maryam yang tidak bersuami saja dapat menjaga, maka semestinya para istri yang mempunyai suami justru mempunyai kewajiban yang lebih besar.

Baca juga: Ini 2 Cara Ulama Memahami Kata-Kata Ambigu dalam Al-Qur’an

Demikian Al-Qur’an dalam surah At-Tahrim ayat 10-12 di atas menggambarkan tipe-tipe istri yang patut tidak diikuti dan yang patut diikuti. Tipe yang tidak patut diikuti adalah istri Nabi Nuh dan Nabi Luth yang durhaka, sedangkan tipe yang patut diikuti adalah istri Fir’aun yang senantiasa taat kepada Allah dan percontohan Siti Maryam dalam menjaga kesucian yang harus diikuti oleh para istri. Wallahu A’lam.

Saibatul Hamdi
Saibatul Hamdi
Minat Kajian Studi Islam dan Pendidikan Islam
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...