Roda perputaran di dunia bagaikan siklus hidup yang tidak menetap, setiap manusia akan selalu menemui masa-masa suka dan duka, mudah dan sulit, berhasil dan gagal, masa-masa tersebut datang silih berganti dari waktu ke waktu. Sebab itulah dunia tidak pernah tetap keadaannya. Allah swt berfirman,
وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ
Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). (QS. Ali’imran [3]: 140).
Berikut ini petunjuk dalam Alquran apabila sedang menghadapi masa-masa sulit.
Baca juga: Sedang Dirundung Musibah? Bersabarlah! Ini 4 Keutamaan Sabar Menurut Al-Quran
Mengimani Janji Allah
Allah Swt. dalam surah Alinsyirah [94]: 5-6 menggambarkan rumus saat menghadapi masa sulit dengan redaksi: fainna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al ‘usri yusra (maka sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan).
Di balik pengulangan lafaz itu, rupanya mengandung rahasia. Bahwa kesulitan dalam dua ayat tersebut sama (hanya satu), karena menggunakan ma’rifah. Adapun kemudahannya berbeda antara ayat 5 dan 6, karena di kedua ayat tersebut menggunakan nakirah (terdapat dua kemudahan).
Hal ini turut dikuatkan oleh suatu riwayat dari Hasan al-Bashri yang dikutip ath-Thabari, bahwa ketika kedua ayat di atas turun, Rasulullah Saw. bersabda, “Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan. Karena satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”. (Tafsir ath-Thabari, 24/496).
Allah Swt. juga menjanjikan hal yang sama di surah ath-Thalaq [65]: 7,
سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.
Kata Ibnu Katsir, janji Allah di atas itu pasti dan Allah tidak mungkin menyelisihinya (Tafsir Ibnu Katsir, 14/42). Oleh karena itulah, hendaklah setiap muslim mengimani bahwa setiap masa sulit pasti akan menemui kemudahan.
Bahkan berdasarkan janji Allah di atas, setiap satu kesulitan senantiasa diiringi dua kemudahan. Tak hanya itu, Allah menggunakan kata ma’a dalam surah Alinsyirah [94]: 5-6 menunjukkan kemudahan tersebut akan segera datang setelah kesulitan (Tafsir ath-Thabari, 24/496). Yakinilah bahwa jalan keluar itu benar-benar dekat, seberapapun kesulitan yang dihadapi.
Baca juga: Jadikan Sabar Dan Sholat Sebagai Penolongmu! Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 45
Sabar dan Salat
Ketika di masa-masa sulit, Alquran senantiasa memberikan petunjuk dengan cara isti’anah (meminta tolong) kepada Allah dengan sabar dan salat sebagaimana firman Allah Swt., “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Albaqarah [2]: 153). Allah berfirman, “(Maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. Annisa [4]: 19).
Ibnu Hajar mendefinisikan sabar dengan begitu arif. Dalam Fathul Barri disebutkan, makna sabar sebagai berikut.
حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الْمَكْرُوْهِ وَعَقْدُ اللِّسَانِ عَنِ الشَّكْوَى وَالْمُكَابَدَةُ فِي تَحَمُّلِهِ وَانْتِظَارِ الْفَرَجِ
Menahan diri dari hal yang dibenci, mengikat lisan dari mengeluh, siap bersusah payah ketika menanggungnya dan menunggu kelapangan tiba. (Fathul-Barri bab as-shabr ‘an maharimillah).
Takwa dan Tawakal
Allah swt berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)
Pada hakikatnya, segala solusi dari segala masalah adalah dengan bertakwa kepada Allah. Meskipun ayat ini berkaitan dengan cerai, para ulama mengatakan bahwa ayat ini sifatnya umum dan mencakup segala permasalahan (Tafsir al-Qurthubi, 18/160). Takwa juga perlu ditopang dengan tawakal. Bisa jadi jalan keluar itu seketika ada atau bahkan harus tertunda, tergantung kemaslahatan yang Allah telah mengaturnya pada seorang hamba, di sinilah peran penting tawakal.
Baca juga: Tafsir Surat Hud Ayat 3: Raih Kebahagiaan dengan Beristighfar
Istighfar
Ibnu Katsir mengutip riwayat Imam Ahmad, dari Abdullah bin Abbas, ia berkata; Rasulullah Saw. bersabda, ”Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar pada setiap kesulitan, dan kelapangan untuk setiap kesempitan serta memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad no. 2123).
Begitupun dalam Tafsir al-Qurthubi, mengutip dari Ibnu Subaih, bahwasanya dia berkata, ada seorang yang mengadu musim paceklik kepada Hasan al-Bashri , Hasan al-Bashri berkata: “Istighfarlah engkau kepada Allah.’ Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Hasan al-Bashri tetap menjawab: “Mintalah ampun kepada Allah.’ Lalu datang lagi orang yang ketiga, ia berkata: “Doakanlah saya agar dikaruniai anak”. Hasan al-Bashri tetap menjawab: “Istighfarlah engkau kepada Allah.’ Kemudian ada juga yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan al-Bashri tetap menjawab: “Istighfarlah engkau kepada Allah.’
Melihat hal itu, Rabi’ bin Subaih bertanya: “Tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa?”, Hasan al-Bashri menjawab: “Aku tidak menjawab dari diriku pribadi, karena Allah swt berfirman,
“Maka, Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampunan kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (QS. Nuh [71]: 10-12).
Berdoa
Berdoa juga merupakan salah cara tatkala menghadapi masa sulit. Seperti halnya Nabi Ibrahim as. ketika dibakar hidup-hidup, yang beliau ucapkan adalah doa. Dalam suatu hadis disebutkan, kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah, hasbunallahu wa nikmal wakil, (cukuplah Allah bagi kami, karena Dia sebaik-baiknya penolong.) (HR Bukhari).
Begitupun kesulitanyang dialami Nabi Yunus ketika dimakan ikan paus. Menurut ulama, beliau harus menghadapi tiga kegelapan sekaligus, yakni kegelapan lautan, kegelapan perut ikan paus, dan kegelapan malam (Tafsir al-Qurthubi, 11/333). Dalam kondisi yang sedemikian terjepit, beliau tetap menyempatkan berdoa.
Andaikata Nabi Yunus as tidak berdoa kepada Allah, niscaya Allah tidak akan menyelamatkannya, bahkan dia akan berada di dalam perut ikan paus tersebut hingga hari kiamat (QS. ash-Shaffat [37]: 143-144). Akan tetapi, berkat doanya kepada Allah swt, maka Allah pun mengangkat kesulitan yang beliau hadapi. Begitupun umat Islam ketika di masa sulit, sesulit apapun keadaan yang dihadapi, tetaplah memanjatkan doa dan meyakini Allah Maha Mengabulkan doa hambaNya.
Wallahu a’lam.