BerandaTafsir TematikZanjabil dan Kafur: Dua Minuman Surga yang Disebutkan dalam Al-Qur'an

Zanjabil dan Kafur: Dua Minuman Surga yang Disebutkan dalam Al-Qur’an

Kenikmatan bagi penghuni surga sudah bukan rahasia lagi. Kenikmatan yang diperuntukkan bagi orang-orang yang percaya (iman) dan berbuat baik (amal saleh). Salah satu kenikmatan surga adalah disediakannya minuman yang bermacam-macam rasanya. Jika di dunia kita mengenal minuman dingin dan juga minuman hangat, di surga pun juga ada yang demikian, yaitu zanjabil dan kafur.

Tafsir Kata Kafur

Zanjabil dan kafur adalah dua di antara minuman surga yang disebutkan dalam al-Qur’an. Kata zanjabil dan kafur disebutkan dalam al-Qur’an masing-masing satu kali dalam surah Al-Insan. Kata kafur berada di ayat 5 dan kata zanjabil berada pada ayat 17.

إِنَّ الأَبْرَارَ يَشْرَبُوْنَ مِنْ كَأْسٍ كَانَ مِزَاجُهَا كَافُوْرًا

“Sungguh orang-orang yang berbuat kebajikan (ahli surga) akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (Q.S. Al-Insan [76]: 5).

Menurut kamus Lisanul ‘Arab, kafur berasal dari kata dasar ك – ف – ر. Walaupun seakar dengan kata kafir, tapi yang dikehendaki dalam hal ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan nikmat yang Allah Swt berikan kepada ahli surga. Setiap kata dalam al-Qur’an disesuaikan dengan struktur kata, konteks dan kesepadanan ayat.

Kata كَافُوْرُ merupakan isim ghairu munsharif (kata benda yang tidak bisa menerima tanwin) karena berupa isim muannats ma’rifah yang hurufnya lebih dari tiga. Sehingga bentuk jama’ dari kata كَافُوْرُ adalah kata كَوَافِيْرُ. Berbeda dengan kata كَافِرُ yang memiliki makna orang yang ingkar terhadap Allah Swt yang merupakan kata tunggal dari kata كَوَافِرُ.

Kata kafur hanya disebutkan sekali dalam al-Qur’an, namun menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam penentuan makna asli kata tersebut. Pertama, ia merupakan nama sebuah tumbuhan. Ibnu Manzhur, Ibnu Sidah dan Ibnu Faris berpendapat bahwa كَافُوْرُ merupakan sarung kelopak yang menutupi anggur dan bekas mayang kurma.

al-Laith juga berpendapat bahwa كَافُوْرُ merupakan nama sebuah tumbuhan. Beliau mencirikan bahwa كَافُوْرُ adalah tumbuhan yang memiliki bunga berwarna putih seperti warna kristal. Beliau merujuk pada tumbuhan kapur barus dengan nama latin cinnamomum camphora. Tumbuhan ini tumbuh di kawasan India dan Cina. Batang pohonnya besar, berwarna putih dan lembut. Bagian dalam pohonnya dikenali sebagai kafur.

Kedua, ia merupakan sifat dari sebuah tumbuhan. Ibnu Sidah dan al-Laith sependapat dengan pendapat ini dengan merujuk pohon oleander yang berbau harum. Dan ketiga, ia merupakan nama mata air di surga. al-Laith juga mendukung pendapat ini dan menambahi bahwa كَافُوْرُ adalah mata air surga yang memiliki bau harum dan rasa yang sejuk (GEMA Online Journal of Language Studies).

Perbedaan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa para ulama cenderung memaknai kata كَافُوْرُ dengan kapur barus. Kapur barus sendiri adalah tumbuhan yang digunakan sebagai wangi-wangian dalam produk minyak wangi. Ia memiliki sifat kering dan sejuk yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan juga digunakan untuk mengawetkan mayat pada masa Mesir Kuno yang sampai sekarang masih digunakan untuk campuran memandikan mayat.

Pemaknaan kapur barus ini juga didukung oleh hadits dari Ummu ‘Athiyyah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 1253 tentang pemandian jenazah putri Rasulullah saw. Beliau memerintahkan untuk menggunakan air campuran kapur barus atau sesuatu lain yang berbau harum untuk bilasan terakhir. Redaksi hadits tersebut berbunyi:

 وَاجْعَلْنَ فِيْ الْاَخِرَةِ كَافُوْرًا اَوْ شَيئًا مِنْ كَافُوْرٍ.

Meskipun kapur barus tidak berasal dari Arab namun masyarakat arab sudah mengetahui maksud dari kata كَافُوْرُ yang merujuk pada kebiasaan orang Arab yang mencampurkan arak dengan sesuatu yang memiliki sifat sama dengan kapur barus.

Baca juga: Tafsir Ahkam: Fase-Fase Diharamkannya Khamar, Manfaat dan Mudarat Khamar

Tafsir Kata Zanjabil 

Jika كَافُوْرُ memiliki sifat yang dingin dan sejuk, maka زَنْبَيْل akan menjadi penyeimbang yang sempurna. Dalam al-Qur’an kata زَنْبَيْل disebut setelah kata كَافُوْرُ pada surah yang sama.

وَيُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيْلًا

“Dan di sana (surga) mereka diberi minuman yang bercampur dengan jahe.” (Q.S. Al-Insan [76]: 17).

Kata yang sering diartikan sebagai jahe ini menurut Ibnu Mandzur dalam Lisanul ‘Arab adalah nama dari sebuah tumbuhan yang tumbuh di daerah datar, sejenis umbi-umbian (menyimpan cadangan makanan di akar), tidak berbentuk biji-bijian atau berkayu. Tanaman ini digunakan ketika sudah mengering dan banyak ditemukan di daerah Ethiopia dan Cina. Banyak orang Arab yang menyukai tumbuhan ini. al-A’sya memberikan perumpamaan bagi gadis penari dengan sifat tumbuhan itu.

Pendapat lain mengatakan bahwa زَنْبَيْل adalah minuman sejenis khamr atau khamr yang dicampuri tumbuhan ini. Khamr ini ialah yang paling digemari oleh orang Arab karena sifatnya yang memiliki aroma harum, lezat dan juga pedas serta hangat bagi tubuh.

Hamka dalam Tafsir al-Azhar-nya berpendapat bahwa kata زَنْبَيْل dimaknai dengan tumbuhan pedas atau dimaksudkan sebagai jahe. Orang Arab menyukai minuman yang dicampurkan dengan jahe yang telah dimasak terlebih dahulu dan meminumnya selagi masih dalam keadaan panas. Minuman ini disukai ketika musim dingin. Biasanya orang Arab menaminya dengan syarbat atau serbat dalam bahasa Indonesia.

Menurut al-Qurthubi, زَنْبَيْل dalam ayat ini merupakan tumbuhan jahe sebagai campuran arak bagi penghuni surga. Jika melihat pada ayat sebelum dan sesudahnya, hal ini membahas mengenai nikmat bagi penghuni surga. Al-Qurthubi juga menjelaskan bahwa para penghuni surga bebas memilih untuk meminum arak yang bagaimana. Jika menginginkan arak yang dingin dan sejuk bisa memilih كَافُوْرُ, sedangkan jika ingin arak yang hangat bisa memilih زَنْبَيْل.

Melihat beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa كَافُوْرُ dan زَنْبَيْل merupakan nama minuman di surga. Namun perlu diingat bahwa hal-hal yang berada di surga tidak akan sama dengan apa yang ada di dunia. Kedua kata tersebut dan kata-kata yang lain menunjukkan bahwa adanya keseimbangan. Menurut Quraish Shihab, jika dilihat lebih dalam lagi, kata زَنْبَيْل dan كَافُوْرُ  berkaitan dengan jalan hidup manusia. Jika manusia ingkar maka akan mendapat dinginnya siksa di dalam neraka yang panas. Dan jika manusia taat, akan diberi ganjaran kenikmatan surga, termasuk minuman yang menyejukkan dan menghangatkan tubuh.

Baca juga: Ragam Istilah dan Gambaran Surga dalam Al-Qur’an

Fariha Nuril Hajar Al Adlha
Fariha Nuril Hajar Al Adlha
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...