Secara etimologi kata sabar berasal dari bahasa Arab shabara-yashbiru-shabran yang bermakna bersabar, tabah hati, dan berani. Dalam Bahasa Indonesia, sabar berarti “tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu.” Dengan demikian, sikap sabar berarti ketabahan dan ketenangan hati dalam menghadapi sesuatu.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, sikap sabar adalah menahan jiwa untuk tidak berkeluh kesah mengenai masalah yang dihadapi, menahan lisan untuk tidak meratap dan menahan diri untuk tidak menampar pipi, merobek baju dan sebagainya. Pengertian ini merupakan kritik al-Qayyim terhadap budaya masyarakat Arab yang sering meratap dan menyakiti diri ketika ditimpa musibah.
Sedangkan menurut sebagian ulama – sebagaimana dikutip Syofrianisda dalam bukunya Tafsir Maudhu’iy – sikap sabar merupakan sikap mental dan jiwa yang terlatih dalam menghadapi segala bentuk cobaan, yang terlahir dan tumbuh atas dorongan agama, serta ketabahan dan menerima dengan ikhlas cobaan tersebut, menahan diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan senantiasa berusaha taat kepada Allah demi memperoleh ridha-Nya.
Baca Juga: Jadikan Sabar Dan Sholat Sebagai Penolongmu! Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 45
Sikap sabar adalah salah satu sikap paling penting yang harus dimiliki manusia guna menjalani kehidupan dunia. Sebab, manusia tak mungkin lepas dari berbagai cobaan, halangan, dan rintangan. Untuk melalui itu semua dengan baik, seseorang membutuhkan sikap sabar dan tawakal kepada Allah swt. Tanpanya, seseorang mungkin akan berputus asa menghadapi cobaan atau bahkan menyerah untuk bertahan hidup.
Bentuk-Bentuk Sabar Dalam Al-Qur’an
Jika kita telusuri berbagai ayat Al-Qur’an maupun hadis, maka akan kita dapati bahwa kata ‘sabar’ sering kali disebutkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Dalam Al-Qur’an misalnya, sikap sabar disebutkan pada 91 ayat dalam konteks yang berbeda-beda. Dari ayat-ayat tersebut, penulis menemukan setidaknya 3 bentuk sabar dalam Al-Qur’an yang semuanya bermuara pada satu tujuan, yakni kesuksesan dan kemenangan.
1. Sikap sabar dalam melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan.
Bentuk sabar dalam Al-Qur’an yang pertama adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Mengerjakan semua yang diperintah Allah dan menghindari larangan-Nya secara hakikat merupakan kewajiban manusia. Karena itu, tidak heran bila seseorang merasa berat sehingga memerlukan usaha yang gigih agar bisa melaksanakannya.
Allah swt berfirman:
رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهٖۗ هَلْ تَعْلَمُ لَهٗ سَمِيًّا ࣖ ٦٥
“(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?” (QS. Maryam [19]: 65).
Pada ayat tersebut, Allah swt memerintahkan manusia untuk bersabar dalam beribadah kepada-Nya. Fashthabir terambil dari kata shabara dengan penambahan tha’. Dengan penambahan itu maka ia mengandung makna kesungguhan, yakni bersabarlah secara bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah swt. Sebab kesabaran dan keteguhan hati ini adalah martabat tertinggi dalam ibadah seorang hamba (Tafsir Al-Misbah [8]: 222).
2. Sikap sabar terhadap musibah
Bentuk sabar dalam Al-Qur’an yang kedua adalah sikap sabar terhadap musibah, yakni dengan menahan diri dan tidak mengeluh ketika mendapat musibah. Ini adalah bentuk sabar yang paling sulit menurut sebagian manusia. Sebab banyak diantara kita yang sulit untuk bersabar dan tabah hati ketika tertimpa berbagai musibah serta cobaan hidup.
Bentuk sabar ini disebutkan oleh Allah swt dalam surat al-Baqarah [2] ayat 155-156 yang berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ١٥٦
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS. al-Baqarah [2] ayat 155-156).
Ayat ini menginformasikan kepada kita (manusia) bahwasanya hidup mungkin saja dipenuhi dengan berbagai ancaman bencana atau musibah yang menimpa jiwa, harta, keluarga maupun ketenangan dan kenyamanan jiwa. Melalui ayat ini Allah ingin menegaskan bahwa itu semua merupakan ujian yang Dia berikan kepada manusia. Karena itu, hendaklah mereka bersabar dan berteguh hati.
3. Sikap sabar terhadap perlakukan yang tidak baik dari orang lain
Bentuk sabar dalam Al-Qur’an yang ketiga adalah sikap sabar terhadap perlakuan yang tidak baik atau tidak menyenangkan dari orang lain. Sebab dalam hidupnya, seseorang berbaur dengan berbagai jenis manusia dengan akhlak dan tabiat yang beragam. Dari latar belakang tersebut, ada kemungkinan (cukup besar) bahwa ia akan mendapatkan tindakan yang tidak baik atau tidak menyenangkan dari orang lain.
Jika seseorang merasa risau atau merasa terganggu secara berlebihan terhadap perbuatan tidak menyenangkan, maka ia akan selalu menuai kekecewaan dan kerugian. Sebaliknya, jika ia mampu menahan diri, bersabar, memaafkan, dan lapang dada, maka ia akan beruntung dan hidup dengan penuh kebahagiaan serta sarat dengan nuansa cinta kasih. Dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman:
وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ١٠٩
“Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Surat al-Baqarah [2] ayat 109).
Baca Juga: Surat Ali ‘Imran [3] Ayat 134: Anjuran Menahan Marah dan Bersabar
Pada ayat ini – melalaui kalimat maka maafkanlah dan berlapangdadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya – Allah swt secara eksplisit ingin memerintahkan manusia untuk bersabar dan berteguh hati terhadap tindakan yang tidak baik atau tidak menyenangkan dari orang lain hingga Dia mendatangkan perintah-Nya, yakni ganjaran yang sesuai bagi orang-orang yang mampu bersabar dan berlapangdada.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk sabar dalam Al-Qur’an ada tiga, yakni: sabar dalam melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan; sikap sabar terhadap musibah; dan sikap sabar terhadap perlakuan yang tidak baik atau tidak menyenangkan dari orang lain. Tiga bentuk sabar ini merupakan contoh utama sikap sabar menurut Al-Qur’an, sedangkan praktiknya mungkin akan beragam dan bermacam-macam. Wallahu a’lam.