Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 39-42 berbicara mengenai maksud dari pemaparan kisah-kisah terdahulu. Selain itu juga membahas mengenai cobaan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad ketika berdakwah.
Baca sebelumnya: Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 36-38
Ayat 39
Pada ayat ini, Allah menerangkan agar kisah umat dahulu itu diceritakan nabi kepada kaum musyrikin sebagai tamsil atau ibarat, dan menjelaskan kepada mereka dalil-dalil keesaan Allah.
Akan tetapi, ternyata mereka terus-menerus mendustakan dan mengingkarinya sehingga Allah membinasakan mereka sampai hancur-lebur.
Allah lalu memerintahkan kepada Muhammad agar mengingatkan orang-orang musyrik Mekah agar mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa itu. Tempat-tempat kaum yang telah dibinasakan itu selalu mereka lalui ketika dalam perjalanan dagangnya, yaitu bekas-bekas kawasan kaum Lut dan Samud ketika mereka pergi ke Syam, dan bekas kawasan kaum ‘ad (Ahqaf) yang mereka lewati ketika pergi menuju Yaman.
Ayat 40
Sesungguhnya kaum musyrikin Mekah sering melewati negeri Sodom yang dahulu pernah dihujani dengan batu dan bekas kediaman kaum Nabi Lut yang terkenal dengan perbuatan homoseksual.
Apakah mereka tidak menyaksikan bekas reruntuhan itu sebagai azab akibat mendustakan seorang utusan Allah.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa sebab utama yang menutup mata hati mereka terhadap sebab-sebab turunnya azab itu bukan karena mereka tidak melihat, tetapi karena mereka tidak percaya akan adanya hari kebangkitan pada hari Kiamat, sesudah mereka mati.
Ayat 41
Pada ayat ini, Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa orang kafir selalu mengejeknya dengan mengatakan, “Apakah ini orang yang diutus sebagai rasul?” Itulah ejekan kaum kafir setiap kali mereka melihat Nabi Muhammad saw.
Baca juga: Nasaruddin Umar: Al-Qur’an Bedakan antara Gender dan Jenis Kelamin
Ayat 42
Ucapan orang-orang musyrik bahwa Muhammad hampir saja me-nyesatkan mereka dari sembahan-sembahannya, seandainya mereka tidak tekun dan sabar menyembahnya, menunjukkan bahwa Nabi Muhammad telah menyampaikan dakwahnya dengan sungguh-sungguh disertai dengan hujah-hujah yang nyata.
Nabi saw juga memperlihatkan berbagai mukjizat sehingga mereka hampir-hampir meninggalkan agama nenek moyangnya dan memasuki agama Islam.
Ucapan mereka itu menunjukkan pula adanya pertentangan yang hebat dalam hati sanubari mereka, dari satu sisi mereka mencemoohkan Nabi saw, dan dari sisi lain mereka merasa khawatir akan terpengaruh oleh dakwah Nabi saw yang sangat kuat dan logis itu.
Selanjutnya, ayat ini menerangkan bahwa mereka akan mengetahui tentang siapa yang sesat jalannya pada saat mereka melihat azab.
Menurut riwayat, ayat ini terkait dengan ulah yang dilakukan Abu Jahal pada setiap kali ia bertemu dengan Rasulullah. Cara serupa itu dilakukan oleh umat terdahulu kepada para rasul Allah seperti tersebut dalam firman Allah:
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِيْنَ سَخِرُوْا مِنْهُمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ ࣖ;
Dan sungguh, beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) telah diperolok-olokkan, sehingga turunlah azab kepada orang-orang yang mencemoohkan itu sebagai balasan olok-olokan mereka. (al-An’am/6: 10)
Baca setelahnya: Tafsir Surah Al-Furqan Ayat 43-45
(Tafsir Kemenag)