BerandaTafsir TematikKunci Kelima dan Keenam Menggapai Kebahagiaan: Ikhlas dan Menjaga Hubungan

Kunci Kelima dan Keenam Menggapai Kebahagiaan: Ikhlas dan Menjaga Hubungan

Kunci kelima dalam menggapai kebahagiaan adalah ikhlas. Ikhlas artinya menyucikan hati atau melepaskannya dari sifat-sifat pamer (riya’) dan sum’ah. Setiap orang yang melakukan amal, sekecil apa pun amal yang dilakukannya, harus disertai dengan hati yang ikhlas (tulus). Sebab, hanya amal yang dilakukan dengan tulus yang diterima oleh Allah swt. Amal yang dilakukan dengan riya dan sum’ah (pamer) tidak akan diterima oleh Allah swt.

Dengan ikhlas, seseorang dapat melakukan amal dengan sempurna. Ikhlas yang ada di dalam hatinya akan menyebabkan seseorang melakukan amal dengan sangat baik, tanpa ada pengawasan dari orang lain, dan tanpa paksaan dari orang lain. Ikhlas akan mewujudkan hasil amal yang optimal untuk dunia dan akhirat. Rasulullah menyatakan di dalam hadisnya: “Sesungguhnya amal harus dilakukan dengan niat yang ikhlas.”

Allah memerintahkan hamba-hamba untuk beribadah dan beramal dengan hatinya yang tulus dan ikhlas. Hal ini antara lain dinyatakan di dalam QS. al-Bayyinah [98]: 5:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus [jauh dari syirik dan kesesatan], dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”

Baca Juga: Kunci Kedua Menggapai Kebahagiaan: Memiliki Ilmu yang Luas

Rasulullah telah menyatakan dalam beberapa hadisnya tentang perlunya ikhlas dalam melakukan amal. Hal ini antara lain dapat dilihat di dalam hadis riwayat al-Nasa’i dari Abu Umamah al-Bahili: “Dari Abu Umamah, ia berkata: Seseorang telah datang kepada Rasulullah, lalu dia bertanya: Bagaimana pendapat Rasulullah tentang seseorang yang berperang yang menuntut pahala dan menyebut apa yang ada pada dirinya. Rasulullah menjawab: Tidak ada bagian (pahala) baginya sedikit pun, lalu Rasulullah mengulangi hal itu sebanyak tiga kali. Lalu Rasulullah berkata kepadanya: Tidak ada sedikit pun bagian baginya. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal, kecuali amal itu dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan rida Allah swt. HR al-Nasa’i.”

Kunci keenam untuk menggapai kebahagiaan dalam hidup adalah menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia. Memang, manusia diciptakan oleh Allah untuk hidup bersama dengan orang lain. Fitrah manusia dalam kehidupannya adalah hidup bersama-sama dengan orang lain.

Karena hidup bersama dengan orang lain adalah sebuah fitrah, maka siapa yang dapat menjalani kehidupan dengan orang lain maka dia telah menjalani kehidupannya sesuai dengan fitrahnya. Orang seperti ini akan selalu damai dan tenteram dalam kehidupannya. Sebaliknya orang yang tidak mau hidup bersama orang lain, dia hidup dalam suasana yang bertentangan dengan fitrahnya.

Orang yang hidup dalam suasana yang bertentangan dengan fitrahnya, pastilah kehidupannya tidak tenang dan tidak menyenangkan. Itulah sebabnya, maka Allah dan Rasul-Nya selalu menganjurkan untuk senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

Ada tiga hal yang dilakukan oleh setiap orang untuk menjaga hubungan yang baik itu, yaitu 1) Menyayanginya (rahmatun lil ghair), 2) Memuliakannya (takrimun lil ghair), 3) Berbaik sangka kepadanya (husnuzh zhanni lil ghair), dan 4) tidak iri kepadanya. Jika 4 hal ini dapat terus dilakukan dan dijaga oleh seseorang, maka hubungan baiknya dengan orang pasti akan terjaga terus.

Ada beberapa ayat yang menerangkan tentang hal ini di dalam Al-Qur’an. Di antaranya adalah QS. Ali Imran [3]: 103: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Baca Juga: Kunci Ketiga dan Keempat Menggapai Kebahagiaan: Beribadah dan Jujur

Rasulullah dalam banyak hadisnya memerintahkan senantiasa menjaga hubungan yang baik itu dengan cara silaturahim. Hal ini antara lain dikatakan oleh Rasulullah dalam hadisnya sebagai berikut: “Dari Abdullah ibn Umar, ia berkata. Rasulullah saw telah bersabda: Orang-orang yang penyayang/pengasih disayangi /dikasihi Allah Swt. Sayangilah mereka yang ada di bumi agar engkau disayangi oleh yang ada di langit. Rahim (hubungan persaudaraan itu) merupakan salah satu cabang yang bersumber dari Allah. Siapa yang menyambungnya, maka Allah akan menyambungnya, siapa yang memutuskannya maka Allah akan memutuskannya pula. HR al-Tirmidzi.”

Demikianlah penjelasan mengenai kunci kelima dan keenam untuk menggapai kebahagiaan dalam hidup. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...