BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat 41-50

Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat 41-50

Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat 41-50 ini menceritakan ganjaran yang akan diterima oleh golongan orang-orang yang selama ini mendustakan perintah Allah swt, serta mengingkari tentang hari kebangkitan. Pada Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat 41-50 ini dijelaskan secara detail bagaiamana siksaan yang akan diterimanya.


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat 25-40


Ayat 41-44

Pada ayat-ayat ini Allah menyebut ashabusy-syimal, kemudian diulang kata-kata itu dalam bentuk pertanyaan dengan maksud mencela. Kemudian diterangkan azab yang akan menimpa mereka yaitu:

  1. Angin panas yang bertiup dengan membawa udara yang sangat panas dan menyengat seluruh tubuh. Mereka lari mencari naungan dari asap jahanam.
  2. Air yang disediakan untuk minuman mereka bukan air yang sejuk, tetapi air mendidih yang panasnya tidak terhingga.
  3. Awan yang ada di atas mereka berupa gumpalan awan, dari asap api neraka yang sangat hitam yang tidak menyejukkan dan tidak menyenangkan. Hal itu sesuai dengan firman Allah:

اِنْطَلِقُوْٓا اِلٰى مَا كُنْتُمْ بِهٖ تُكَذِّبُوْنَۚ  ٢٩  اِنْطَلِقُوْٓا اِلٰى ظِلٍّ ذِيْ ثَلٰثِ شُعَبٍ   ٣٠  لَا ظَلِيْلٍ وَّلَا يُغْنِيْ مِنَ اللَّهَبِۗ  ٣١  اِنَّهَا تَرْمِيْ بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِۚ  ٣٢  كَاَنَّهٗ جِمٰلَتٌ صُفْرٌۗ  ٣٣  وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ   ٣٤

(Akan dikatakan), “Pergilah kamu mendapatkan apa (azab) yang dahulu kamu dustakan. Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” Sungguh, (neraka) itu menyemburkan bunga api (sebesar dan setinggi) istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran). (al-Mursalat/77: 29-34)

Angin samum yang panas luar biasa dan awan hitam yang juga menambah suasana panas yang sangat luar biasa itulah yang menyebabkan mereka merasa haus dan dahaga yang tidak ada bandingannya dan yang sudah tidak tertahankan lagi, yang memaksa mereka untuk minum sebanyak-banyaknya walaupun air yang diminum itu adalah air yang panas dan mendidih bagaikan lumeran timah dan tembaga. Dengan demikian, semakin bertubi-tubilah penderitaan siksa dan azab yang mereka rasakan.

Ayat 45-48

Dalam ayat-ayat ini, Allah swt menjelaskan apa sebabnya mereka golongan kiri itu menerima siksa yang sedemikian pedihnya. Dahulu, sewaktu mereka hidup di dunia semestinya mereka wajib beriman kepada Allah dengan menjalankan pelbagai amal saleh serta menjauhkan larangan Tuhannya, tetapi yang mereka jalankan adalah sebaliknya, yaitu:

  1. Mereka hidup bermewah-mewah.
  2. Mereka tidak berhenti-hentinya mengerjakan dosa besar.
  3. Mereka mengingkari adanya hari kebangkitan.

Ayat 49-50

Berhubungan dengan ejekan dan cemoohan mereka itu, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya supaya memberikan jawaban yang tegas dan tandas, bahwa sesungguhnya nenek-moyang mereka yang mereka anggap mustahil dapat dibangkitkan dan anak cucu mereka kemudian yang mereka anggap tidak akan dibangkitkan, pasti benar semuanya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar pada hari yang sudah ditentukan.


Baca Juga: Tafsir Surah Yasin ayat 51-52: Penyesalan di Hari Kebangkitan


Tidak ragu lagi bahwa berkumpulnya umat yang tidak terkira banyak-nya itu, lebih menakjubkan lagi daripada kebangkitan itu sendiri.

Dalam ayat yang lain yang sama maksudnya, Allah berfirman:

فَاِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَّاحِدَةٌۙ  ١٣  فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِۗ  ١٤

Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja. Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru). (an-Nazi’at/79: 13-14)

(Tafsir Kemenag)


Baca Setelahnya: Tafsir Surah Al-Waqi’ah Ayat 51-61


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...