Kedudukan Alquran dalam ajaran Islam tidak hanya sebagai pedoman yang mesti diyakini kebenarannya. Akan tetapi, Alquran juga merupa ke dalam berbagai ilmu pengetahuan yang berfungsi dijadikan bekal bagi manusia untuk hidup di bumi dan setelahnya. Sekian persoalan dibabar, termasuk halnya kebenaran tentang kerusakan alam semesta di ujung kehidupan umat manusia. Umat muslim akrab mengenalnya sebagai hari akhir atau kiamat.
Pembabaran ihwal fenomena kiamat ini selain memasuki wilayah akidah yang termaktub dalam rukun iman seorang muslim, juga menjadi bagian penting dari agama Islam. Hal ini lantaran Alquran kerap merunut-urut kualitas tauhid dengan tingkat keimanan seorang muslim pada hari akhir. Ini bisa ditemukan pada beberapa ayat semisal Q.S. Al-Baqarah (2): 177, Q.S. At-Tur (52): 21, Q.S. Ghafir (23): 17, dan Q.S. Maryam (19): 95.
Bahkan menurut Abdurrazaq Naufal dalam bukunya, Hari Kiamat (1995), Alquran menyebut peristiwa hari akhir yang dahsyat itu sebanyak 70 kali. Tentu saja penyebutan itu mewujud dalam berbagai bentuknya.
Titik Temu Wahyu dan Akal
Sementara itu, Efa Ida Amalia dalam artikelnya, Kehancuran Alam Semesta dalam Alquran: Perspektif Kosmologi (2009), berupaya mencari titik temu antara wahyu dengan akal ihwal peristiwa hari akhir. Wahyu di sini diwakili oleh ayat-ayat di kitab suci Alquran, sedangkan akal berpijak pada potensi manusia dalam memahami sekian kejadian di semesta melalui pengetahuannya.
Adapun beberapa tahapan terjadinya fenomena kiamat menurut sekian ahli di bidang sains menyebutkan, pertama-tama akan terjadi tabrakan yang dahsyat antara bumi dengan meteor berukuran raksasa. Tabrakan ini membuat bumi tidak lagi berada pada garis orbitnya, tetapi lamat-lamat malah mendekati matahari. Dari sini keseimbangan tata surya menjadi tidak beraturan dan saling berbenturan.
Baca juga: Tafsir Surah Al-Waqiah Ayat 1-6: Hari Kiamat itu Pasti, Inilah Visualisasinya
Menurut Efa, penjelasan sains itu memiliki titik temu dengan beberapa ayat di Alquran. Misalnya di Q.S. Infitar (82): 1-3 yang artinya: “1) Apabila langit terbelah; 2) Apabila bintang-bintang jatuh berserakan; 3) dan apabila lautan dijadikan meluap.” Ayat ini menurut Efa menandai tahap awal dari rangkaian fenomena kiamat yang pada saatnya nanti, akan dialami umat manusia.
Selanjutnya bumi akan mengalami kontraksi yang cukup dahsyat. Bagian inti bumi yang sejatinya panas, lambat laun akan berkurang daya panasnya. Pun penyusutan di bumi sampai titik tertentu akan memicu ledakan pada gunung berapi dan gempa bumi.
Penjelasan saintifik semacam ini di dalam Alquran telah tertulis di Q.S. Ar-Ra’d (13): 41 yang artinya: “Apakah mereka tidak melihat bahwa Kami menyusutkan bumi secara bertahap dari segala arah, dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya dan Dialah Yang Maha cepat hisab-Nya.”
Baca juga: Mencari Titik Temu Sains dan Alquran
Setelah peristiwa tersebut, tata surya akan mengalami kehancuran. Setidaknya ada dua asumsi yang diajukan oleh para saintis ihwal kehancuran tata surya ini. Pertama, matahari bisa meledak seperti halnya bintang-bintang atau benda angkasa lainnya. Kedua, matahari akan mendingin, lantas mengeluarkan cahaya kemerahan dan akhirnya mati.
Dari dua asumsi itu, ayat-ayat di Alquran mengafirmasi asumsi yang pertama. Ayat-ayat tersebut antara lain Q.S. Al-Qiyamah (75): 6-9, Q.S. Al-Anfal (8): 6, Q.S. Al-Infitar (82): 1-2, dan Q.S. Al-Insyiqaq (84): 1.
Tidak berhenti di situ saja, puncaknya akan terjadi kerusakan dalam jumlah besar dengan melibatkan sekian tata surya yang ada. Efa mengutip pendapat dari saintis terkemuka, Pedro Gonzalez-Diaz tentang Big Rip atau Big Crunch. Teori kehancuran alam semesta yang akan terjadi dalam kurun waktu 22 miliar tahun mendatang.
Baca juga: Zaghlul al-Najjar, Geolog Asal Mesir Pakar Tafsir Sains Alquran
Saat itu, semua benda langit akan meledak. Hal ini lantaran adanya phantom energy atau materi liar yang jumlahnya semakin banyak dan memicu gerakan yang tidak lagi konstan. Dari situ keseimbangan benda langit, termasuk bumi, matahari, dan lainnya menjadi terganggu. Pembabaran semacam ini menurut Efa terdapat kesesuainnya pada Alquran di surah Al-Anbiya’ (21): 104 dan surah Al-Fatir (35): 41.
Sebagai muslim, adanya hari akhir memang harus dipercayai. Akan tetapi, artikel semacam ini saya rasa berbicara lebih jauh lagi. Tidak hanya menjelaskan kesesuaian Alquran dengan pengetahuan mutakhir tentang kondisi alam yang perlahan-lahan akan bersua dengan kehancuran. Melainkan, artikel ini menjadi bukti yang bisa diakumulasikan dengan artikel atau literatur serupa bahwa, Alquran tidak hanya memuat nasihat tapi juga integrasi pengetahuan antara hukum positif saintifik dan epistemologi intuitif yang qurani. Begitu.