BerandaTafsir TematikTafsir IsyariTafsir Isyari Surah ar-Rum Ayat 41

Tafsir Isyari Surah ar-Rum Ayat 41

Tafsir isyari surah ar-Rum ayat 41 sekilas tampak sangat berbeda dengan kebanyakan tafsir yang populer atas ayat tersebut. Sebagaimana diketahui oleh khalayak umum, surah ar-Rum ayat 41 kerap dijadikan dalil tentang penyebab kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan yang tidak lain adalah ulah manusia. Kerusakan yang dimaksud adalah bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan sebagainya. Bencana semacam ini terjadi tidak semata-mata karena takdir, tetapi juga melibatkan campur tangan manusia.

Penafsiran tersebut terlihat jelas melalui redaksi ayatnya, yaitu

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah Tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Tulisan ini tidak akan mengulang penafsiran di atas. Sebab, penafsiran semacam itu sudah lumrah dalam kitab-kitab tafsir dan dikutip oleh banyak penulis lain. Sebaliknya, tulisan ini menawarkan penafsiran yang berbeda, berdasarkan riwayat dari Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Penafsiran beliau kemudian dikenal dengan tafsir isyari surah ar-Rum ayat 41 karena penjelasannya sama sekali seperti tidak berkaitan dengan redaksi ayatnya.

Baca Juga: Konsep Awal Tafsir ‘Isyari’ Kiai Sholeh Darat

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Munabbihat, yang kemudian disyarahi oleh syekh Nawawi al-Bantani dengan judul Nashaih al-Ibad, menampilkan sebuah riwayat dari Abu Bakar tentang ayat di atas. Redaksinya begini:

عن أبي بكر الصديق في قوله تعالى ” ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ” قال: البر هو اللسان والبحر هو القلب. فإذا فسد اللسان بَكَتْ عليه النفوس وإذا فسد القلب بكت الملائكة

“Makna al-barr (darat) adalah lisan, sedangkan makna al-bahr (laut) adalah hati. Apabila lisan telah rusak (fasad), maka manusia menangis, dan apabila hati telah rusak, maka malaikat pun menangis.”

Sebagai pensyarah, syekh Nawawi menjelaskan, ketika lisan mengucapkan hal-hal yang mungkar, seperti cacian, makian, ghibah, dst, maka lisan tersebut menjadi fasad (rusak), sehingga jiwa anak Adam merasa sedih bahkan menangis. Demikian pula ketika hati berbisik hal-hal yang mungkar, seperti riya’, iri, dengki, dst, maka hati menjadi fasad (rusak), hingga menyebabkan para malaikat menangis.

Kemudian syekh Nawawi menjelaskan tentang alasan penyerupaan hati dengan lautan. Hal ini karena hati begitu luas dan dalam layaknya lautan. Saking dalam dan luasnya, hati mampu menampung berbagai macam perasaan; bahagia, sedih, trauma, semangat, riya’, dengki, zuhud, dan masih banyak lainnya.

Baca Juga: Mengenal Lataif Al-Isyarat, Tafsir Bernuansa Isyari (Sufi) Karya al-Qusyairi

Dengan demikian, sebelum seseorang merasa prihatin terhadap bencana alam, barangkali seseorang perlu terlebih dahulu prihatin terhadap bencana yang terjadi dalam dirinya. Lisan dan hati yang mengucapkan dan membisikkan hal-hal yang mungkar, itulah bencana yang sesungguhnya. Jauh sebelum bencana alam terjadi, bencana dalam diri seseorang telah lebih dulu muncul dan berdampak terhadap kerusakan sekitar (bencana alam).

Berdasar penjelasan tersebut, meski terlihat jauh dari redaksional ayat, tafsir isyari surah ar-Rum ayat 41 pada akhirnya tetap berkaitan dengan sumber atau penyebab dari bencana atau kerusakan alam yang terjadi. Oleh karena hal tersebut, manusia dan lingkungan memang merupakan satu kesatuan harmoni dari alam yang tidak bisa dipisahkan perannya.

Semoga Allah Swt. senantiasa menyelamatkan kita dari segala bencana, baik yang menimpa alam maupun dalam diri kita. Aamiin.

Ahmad Darwis
Ahmad Darwis
Santri di Ma’had Aly Situbondo dengan takhassus fikih dan usul fikih.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Rahasia di Balik Bacaan Penutup Setiap Doa

Rahasia di Balik Bacaan Penutup Setiap Doa

0
Dalam setiap akhir doa setelah salat, kita sering membaca atau mendengar imam menutup doanya dengan bacaan berikut. سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَۚ ١٨٠ وَسَلٰمٌ...