BerandaKisah Al QuranKetahui Manfaat Gunung Sebagai Pasak Bumi, Ini Penjelasannya dalam Al Quran

Ketahui Manfaat Gunung Sebagai Pasak Bumi, Ini Penjelasannya dalam Al Quran

Ayat-ayat Allah swt di dalam Al Quran ada yang berupa qauliyah (tersurat) dan kauniyah (tersirat). Salah satu bentuk ayat-ayat kauniyah-Nya ialah gunung. Gunung merupakan salah satu makhluk Allah yang patut untuk kita perhatikan. Dalam Al Quran kita akan menemukan penjelasan langsung mengenai manfaat gunung. Salah satunya sebagai pasak bumi.

Allah swt berfirman,

وَالْجِبَالَ اَوْتَادًا

“dan gunung-gunung sebagai pasak.”(Q.S. An-Naba’[78]:7)

Jalaluddin al-Mahalli dan as-Suyuthi dalam Tafsir Jalaian menjelaskan kata autâdan adalah bentuk jamak dari kata watadun yang artinya pasak seperti halnya pasak untuk mengikat tali kemah. Allah menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk mengokohkan bumi, sehingga tidak bergoyang karena guncangan-guncangan yang ada di bawahnya.

Al Quran menyebutkan gunung dalam dua perkataan, yakni  kata جبل (jabal) dan رواسي (rawasy). Menurut Rosihan dan Fadlulah, istilah جبل (jabal) lebih kepada makna gunung pada umumnya, sedangkan kata رواسي (rawasy) lebih kepada penyebutan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Seperti yang terdapat dalam kutipan ayat berikut.

وَجَعَلْنَا فِيْ الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِهِمْ ۖ وَجَعَلْنَا فِيْهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَّعَلَّهُمْ يَهْتَدُوْنَ

“dan kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh agar ia (tidak) guncang bersama mereka, dan kami jadikan (pula) disana jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk”. ( Q.S. Al-Anbiya [21]: 31)

Kemudian pada ayat yang lain, juga dijelaskan,

وَ اَلْقٰى فِيْ الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ وَاَنْهَارًا وَّسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

“Dan dia menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. “(QS. An-Nahl:15)

Baca juga: Tafsir Surah al-Hadid Ayat 25: Fungsi Besi bagi Kehidupan Manusia

Kata rawasiya pada kedua ayat diatas bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang berguncang menjadi diam. Pada konteks ini yang berguncang adalah bumi, sedang sesuatu yang menjadikan bumi diam dan berhenti berguncang adalah gunung. Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan Allah swt memerintahkan gunung-gunung yang berada di bumi untuk tetap diam agar makhluk hidup yang berada di atasnya khususnya manusia dapat menjalankan hidupnya dengan aman dan tenang.

Mengomentari kedua ayat di atas, Zaghlul An-Najjah, seorang mufasir sains kontemporer mengutip sebuah hadits,

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah menceritakan kepada kami al-Awam bin Khausyab, dari Sulaiman bin Abi Sulaiman, dari Anas bin Malik, dari Nabi Muhammad Saw, beliau bersabda, ‘ Begitu Allah usai menciptakan bumi, bumi ini berguncang (bergoyang), sehingga Allah segera menciptakan gunung-gunung, lalu berfirman kepada gunung-gunung tersebut, ‘jadilah dan menetaplah diatasnya’, lalu bumi pun tenang. Para malaikat takjub dengan kehebatan gunung dan berkata, ‘Ya Allah, apakah ada diantara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada gunung?’, Allah menjawab, ‘ada;api’, malaikat bertanya lagi, ‘Ya Allah, apakah ada diantara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada api?’, Allah menjawab, ‘ada;air’, malaikat bertanya lagi, ‘Ya Allah, apakah ada diantara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada air?’, Allah menjawab, ‘ada;angin’, malaikat bertanya lagi, ‘Ya Allah, apakah ada diantara makhluk-Mu yang lebih hebat daripada angin?’, Allah menjawab, ‘ada; anak keturunan Adam (Manusia) yang memberikan sedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikan dari tangan kirinya” (HR. At-Tirmidzi)

Baca juga: Inilah Keutamaan dan Manfaat Buah dalam Al Quran

Penjelasan dari Al Quran dan hadits seperti yang telah diuraikan sebelumnya, memberikan inspirasi kepada para ilmuwan untuk melakukan suatu riset dan pengkajian tentang gunung, dimana informasi ini tidak terdapat dalam kitab-kitab terdahulu .

Dalam buku Al-Qur’an vs Sains, Ramadhani mengutip salah satu pendapat dari Zakir Naik, yang mengatakan bahwa kerak bumi yang menjadi lapisan terluar bumi menyerupai kulit yang padat. Sementara bagian dalamnya, terdapat cairan yang panas. Nah, dengan struktur seperti ini, akan menimbulkan adanya pergerakan kulit bumi sehingga menghasilkan suatu getaran atau goncangan. Getaran yang dihasilkan itu menyebabkan adanya tumbukan lempeng raksasa yang membentuk kerak bumi.

Ketika dua lempengan itu bertumbukan, lempeng yang paling kuat akan mengarah ke bawah, sedang yang satunya akan terlipat mengarah ke atas dan membentuk dataran tinggi yang kemudian berkembang menjadi gunung. Menurut penelitian Prof. Emeritus Frank Press (seorang geolog dari Amerika Serikat ), lempeng yang mengarah kebawah tersebut menghujam sedalam 35 km dari permukaan tanah. Ukuran ini mengindikasikan bahwa gunung memiliki akar yang mencapai kedalaman melebihi tinggi permukaan yang berada di atasnya. Fenomena yang terjadi di bagian bawah inilah kemudian disebut Al Quran sebagai pasak.

Baca juga: Mensyukuri Eksistensi Laut Bagi Umat Manusia

Al Quran menyebut gunung sebagai pasak bukan berarti gunung itu membentuk seperti pasak yang biasa kita kenal, karena sejatinya yang menjadi objek perhatian Al Quran adalah bahwa gunung sebagaimana halnya pasak-pasak yang dapat mencegah robohnya bagian-bagian yang bersambung. Singkatnya peran gunung sebagai pasak yang dibuktikan oleh temuan para ilmuwan geologi modern sebenarnya telah dinyatakan dalam Al Quran jauh sebelumnya.

Hal ini merupakan suatu bukti hikmah dari penciptaan Allah swt yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Namun, kembali lagi kepada pribadi manusia itu sendiri, apakah dia mau memperhatikan apa yang Allah swt ciptakan atau hanya menganggapnya sebagai ketetapan alam yang tidak bermakna sama sekali. Wallahu A’lam

Harfin
Harfin
Mahasiswa Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto, aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...