BerandaTafsir TematikHikmah Bagi Seorang Pendidik: Tafsir Surat al-Qalam Ayat 3

Hikmah Bagi Seorang Pendidik: Tafsir Surat al-Qalam Ayat 3

Hikmah bagi seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik dan manusia biasa, tentu Rasul SAW risau dan gundah gulana mendapatkan ujian dan cobaan, namun Allah swt menghiburnya sekaligus memberikan ganjaran yang begitu besar sebagaimana firman-Nya surat al-Qalam ayat 3

وَاِنَّ لَكَ لَاَجْرًا غَيْرَ مَمْنُوْنٍۚ

Dan sesungguhnya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. (Q.S. al-Qalam [68]: 3)


Baca juga: Viral Slogan Kembali Kepada Al Quran dan As Sunnah, Benarkah?


Tafsir Surat al-Qalam Ayat 3

Ayat ini berisi penjelasan bahwa dibalik upaya kebaikan seseorang yang dilakukan sepenuh hati, pasti mendapatkan pahala yang teramat besar di sisi-Nya. Ayat ini pula berisi motivasi sekaligus pelipur lara bagi siapa saja yang tengah melakoni setiap pekerjaan kebaikan, khususnya dalam konteks ini adalah pendidik.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bagi Rasul saw adalah pahala yang berlimpah tiada putusnya, dan tidak akan lenyap karena Rasul saw telah menyampaikan risalah mulia, risalah ilahiah kepada makhluk. Kesabaran-Nya atas gangguan mereka (orang kafir Quraisy) yang menyakitkan menjadi sebab atas dikaruniakannya pahala ini. Seperti firman-Nya dalam Q.S. Hud [11]: 108, ‘Atha’an ghairu majdzudz (sebagai karunia yang tiada putus-putusnya).

Mujahid mengatakan bahwa ghairu mamnun bermakna tiada terhitung. Sedangkan al-Qurthuby memaknainya dengan ghairu maqtu’ wa la manqush (tiada terputus apalagi berkurang). Al-Dhahhak berkata, ajrun bighairi ‘amalin (pahala tanpa harus beramal).

Senada dengan di atas, al-Thanthawy dalam Tafsir al-Wasith mengatakan pahala yang besar bagi Rasul saw di mana kisaran bilangan pahala itu tidak ada yang mengetahui kecuali Kami (Allah). Pahala ini merupakan pahala yang tiada terputus namun ia tetap mengalir terus bersambung hingga ke Allah swt. Sungguh balasan yang mulia nan agung.

Muhammad ‘Ali al-Shabuny misalnya, dalam Shafwah at-Tafasir ia mengartikan kata mamnun berasal dari manna, yang berarti putus. Artinya jika digabung kata ghairu, maknanya adalah Allah swt menganugerahkan pahala kepada Nabi saw terus menerus, tidak terputus.


Baca juga: Doa Al-Quran: Doa Agar Diringankan Dari Beban Kehidupan


Siapa yang mengajarkan suatu kebaikan, maka ia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang dia ajar itu hingga hari kiamat nanti, tanpa berkurang sedikitpun pahala orang yang diajarnya. Kita dapat membayangkan betapa banyak orang yang sudah diajar oleh Nabi saw, dan seterusnya hingga masa kini.

Al-Jaza’iri dalam Aisaru at-Tafasir li Kalami ‘Aliyyi al-Kabir berpendapat pahala Nabi Muhammad saw adalah pahala yang tiada putus selamanya. Dalam artian pahala itu terus mengalir hingga hari kiamat dan bersambung (muttashil) kepada Allah swt. Dikarenakan beliau telah mewariskan amal dan umat yang shaleh, sehingga barang siapa yang melakukan perbuatan baik, maka baginya pahala, demikian pula halnya pahala dari orang-orang yang melaksanakan semua hal itu.

Hikmah Bagi Seorang Pendidik

Rasulullah saw di samping berperan menjadi nabi, rasul dan pemimpin umat, beliau juga mendeklarasikan dirinya sebagai pendidik. Tatkala mendengar kata “kesejahteraan”, kita sering kali mengasosiasikannya dengan gaji dalam bentuk uang atau bisyarah. Memang tak dapat dipungkiri, di zaman serba modern semuanya membutuhkan uang, tapi hidup tak serta merta melulu dengan uang.


Baca juga: Mengapa Al-Quran Memperhatikan Perempuan? Inilah Alasannya


Kesejahteraan atau rezeki yang kita terima dalam bentuk uang persentasenya kecil sekali. Selebihnya, rezeki kesehatan, kebahagiaan bersama keluarga, ilmu yang bermanfaat, anak-anak yang shalih shalihah, orang tua yang masih sehat, diberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala hal. Tidak terkena bencana, dan sebagainya itulah yang kita terima sehari-hari. Hal-hal semacam itulah justru persentasenya lebih besar daripada rezeki berwujud uang.

Karenanya, bagi seorang pendidik tak perlu merisaukan akan kesejahteraannya sebab Allah pasti menganugerahkan pahala yang terus menerus, tidak terputus. Hikmah sebagai seorang pendidik memang tiada tara. Kita dapat membayangkan betapa banyak peserta didik, murid, santri bahkan mahasiswa yang sudah kita ajar, dan demikian seterusnya, sungguh pahala yang teramat fantastis.

Hal ini merupakan kabar gembira bagi para pendidik agar senantiasa meningkatkan kompetensinya terutama etos kerja, kreatif dan rasa tanggung jawab terhadap profesi yang diembannya. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...