BerandaTafsir TematikImplementasi Mental Heroik dalam Al-Quran; Refleksi Peringatan Hari Pahlawan

Implementasi Mental Heroik dalam Al-Quran; Refleksi Peringatan Hari Pahlawan

Al-Quran menanamkan mental heroik yang luar biasa kepada umat Islam. Mental ini kemudian diimplementasikan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam perjuangannya mendakwahkan Islam, baik itu dalam bentuk perundingan atau kesepakatan perjanjian maupun perang.

Para ulama di Indonesia juga demikian, mereka membangun mental heroik masyarakat Indonesia, terutama pada masa-masa memperjuangkan kemerdekaan maupun era mempertahankan kemerdekaan dengan ikut menyeru untuk melawan penjajah, juga mengobarkan semangat juang kepada rakyat Indonesia. Salah satu perjuangan bersejarah yang tidak bisa kita lupakan yaitu pertempuran 10 November yang sekarang diperingati sebagai hari pahlawan.

Pertempuran 10 November merupakan peristiwa penting yang melibatkan seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai status sosial, termasuk para ulama, masyarakat awam, kaum muda dan seluruh masyarakat Indonesia. Para ulama menanamkan mental heroik kepada seluruh masyarakat Indonesia yang didasarkan pada Al-Quran surat al-Taubah ayat 20:

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya menurut Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.”

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 154: Merenungi dan Meneladani Spirit Hari Pahlawan

Ayat ini menjadi spirit bagi kaum muslimin untuk berjuang dengan harta dan jiwa mereka. Al-Quran menekankan betapa pentingnya berkontribusi dengan harta dan jiwa untuk bangsa dan agama. Kontribusi kecil maupun besar sangat penting, khususnya dalam konteks memperjuangkan kedaulatan bangsa.

Al-Quran membangun sejak dini, betapa pentingnya berkontribusi dalam membangun sebuah peradaban. Ayat ini turun untuk menentang pendapat orang kafir bahwa menjaga Masjidil haram lebih utama dibandingkan berjuang bersama Nabi. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa derajat orang yang berkontribusi untuk agama lebih besar derajatnya menurut Allah. (Al-Tsa’labi, Al-Kashfu wa al-Bayan)

Seseorang yang telah berkontribusi kepada agama dan bangsa, pada hakikatnya ia telah mendapatkan kemenangan, yaitu kemenangannya secara pribadi>. Ia berarti telah berkontribusi, ikut berpartisipasi aktif, di saat yang sama ia tidak berharap pada pemberian negara atau orang lain terhadap dirinya. Itulah mental yang ditanamkan Al-Quran kepada umat muslim dalam menghadapi perang.

Sekecil apapun kontribusi yang diberikan, Al-Quran sangat mengapresiasi hal tersebut, seperti pembelaan Al-Quran terhadap Abu Aqil yang hanya menyumbang satu sha’ kurma dalam persiapan perang Tabuk dari celaan orang-orang munafik. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat al-Taubah ayat 79:

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Orang-orang munafik itu mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh untuk disedekahkan selain sekedar kesanggupannya. Maka orang-orang munafik itu menghina mereka, Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka Azab yang pedih.”

Baca Juga: Jangan Ragu Untuk Bersedekah! Inilah 4 keutamaan Sedekah Menurut Al-Quran

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun merespon peristiwa sebelum berangkat perang Tabuk. Pada saat itu Rasulullah meminta seluruh umatnya agar bersedekah seraya bersabda “kumpulkan sedekah kalian menjadi satu”

Kemudian Abdurrahman bin Awf datang membawa 4000 dirham. Melihat ini Rasulullah kemudian menangapi ‘banyak sekali, apakah kau meninggalkan sesuatu untu keluargamu?’ Abdurrahman pun menjawab “ya Rasulullah, aku memiliki delapan ribu dirham, yang empat ribu untuk kebutuhan keluargaku dan empat ribu untuk kepentingan agamaku dan Rabbku”

Kemudian Rasullulah mendoakannya “semoga Allah memberkahimu dengan sesuatu yang telah engkau simpan dan dengan sesuatu yang telah engkau sedekahkan.” Setelah itu sahabat Umar RA datang dengan memberikan sedekahnya, Usman pun sama.

Selain ketiga sahabat itu, ada pula Ashin bin ‘Addi al-Anshari datang dengan membawa tujuh puluh karung kurma dan Abu ‘Aqil dengan satu sha’ kurma sambil berkata “wahai Rasulullah, semalam aku mendapat upah dari menyutera hingga dua sha’ kurma. Satu sha’ kurma aku simpan untuk kebutuhan keluargaku, dan sisanya aku kontribusikan untuk agamaku.” Rasulullah menunjukkan kekagumannya terhadap sahabatnya ini.

orang-orang munafik yang melihat hal tersebut mencela mereka dengan menyatakan: demi Allah Sedekah mereka pasti karena riya’ dan sum’ah, dan mereka mencela Abu ‘Aqil “dia datang dengan hanya membawa satu sha’ kurma, sesungguhnya Allah lebih kaya dari satu sha’nya Abu ‘Aqil.” Kemudian turunlah ayat 79 surat At-Taubah ini sebagai respon penghinaan orang munafik terhadap orang muslim. (Imam Thabrani, Tafsir al-Kabir)

Baca Juga: Tafsir Surat An-Naml Ayat 34: Penjajahan Menyalahi Fitrah Kemerdekaan Manusia

Al-Quran tidak menuntut seberapa besar seseorang untuk berkontribusi, namun sebesar apa tekad dan keikhlasannya untuk berkontribusi. Masyarakat Indonesia di era kolonial didominasi oleh masyarakat miskin yang berpendidikan rendah. Berkat penanaman mental heroik yang dilakukan oleh para ulama, mereka dengan sukacita berkontribusi sesuai kadar kesanggupan mereka.

Makanan-makanan pokok yang mereka miliki seperti ketela, gaplek, jagung, beras dan lainnya disumbangkan untuk pertempuran memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berkat kerjasama dan sikap gotong royong seluruh bangsa Indonesia, kita sekarang dapat hidup dengan aman dan dengan leluasa dapat mengembangkan potensi yang telah kita miliki.

Dengan demikian, kita dapat melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan berkontribusi sesuai kesanggupan kita, dengan mental heroik yang ingin selalu memberi untuk bangsa dan negara, bukan sebaliknya. Karena pada dasarnya, kontribusi adalah bentuk wujud kita melanjutkan perjuangan para pahlawan kita untuk menjaga eksistensi negara, bangsa dan agama.

Wallahu A’lam

Shofia elmizan
Shofia elmizan
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di CRIS (Center for Research and Islamic Studies) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...