Hijrah Nabi Muhammad saw. dan umat Islam dari Makkah ke Madinah menandai mulainya era baru dakwah Islam. Di Madinah, umat Islam seakan menemukan ‘rumah’, dan di ‘rumah’ tersebut peradaban Islam mengalami perkembangan pesat. Oleh karena itu, peristiwa yang sangat ikonik ini menjadi pertimbangan khalifah Umar bin Khattab dalam menentukan awal kalender hijriyah.
Di balik kesuksesan hijrah Nabi Muhammad saw. tersebut, terdapat lika-liku perjuangan beliau dan para sahabatnya. Perjuangan ini didokumentasikan dalam beberapa ayat Alquran. Sebagian dari ayat-ayat tersebut, ada yang menyinggung langsung peristiwa hijrah di redaksinya, namun ada pula yang tidak.
Berdasar catatan M. Quraish Shihab dalam Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Quran dan Hadis-Hadsi Sahih, didapati setidaknya tiga ayat Alquran yang berkaitan erat dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw.
Baca Juga: Asma Putri Abu Bakar, Sahabat dan Mufassir Perempuan yang Berjasa Dalam Hijrah Nabi
Surah Yasin [36]: 9
وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ
“Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat.”
Dijelaskan oleh M. Quraish Shihab bahwa ketika kaum musyrik Quraisy berencana membunuh Nabi Muhammad saw. sebelum berangkat hijrah dengan memata-matai tempat pembaringan Nabi, tanpa mereka sadari, ternyata Nabi Muhammad saw. berhasil keluar dengan selamat. Beliau melemparkan segenggam tanah ke kepala masing-masing kaum Quraisy yang mengintai dengan membaca firman Allah, surah Yasin ayat 9 tersebut.
Keterangan yang berbeda disampaikan oleh at-Tabari dalam tafsirnya. Menurut beliau, ayat ini turun berkaitan dengan Abi Jahal bin Hisyam yang hendak membunuh Nabi dengan melemparkan batu besar ke kepala Nabi saat beliau sujud, namun tiba-tiba penglihatannya tertutup, dan dia tidak bisa melihat Nabi. Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Marah Labid memberi penafsiran yang sama dengan at-Tabari, namun sedikit lebih detail.
Sementara itu, Ibn Katsir dan al-Qurtubi dalam masing-masing penafsirannya, mencantumkan dua versi penjelasan terkait ayat 9 surah Yasin tersebut. Riwayat pertama sama dengan penjelasan at-Tabari dan Nawawi al-Bantani. Riwayat yang kedua, yaitu masih tentang Abu Jahal dan kawan-kawan musyriknya yang sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik terhadap Nabi Muhammad saw. lalu Nabi keluar melewati mereka dengan menggenggam pasir kemudian melemparkannya ke sekitar kepala dan mata mereka sembari membaca ayat tersebut (sebagian riwayat menyatakan Nabi membaca mulai dari awal surah Yasin hingga ayat 9). Abi Jahal dan teman-temannya tidak menyadari bahwa Nabi Muhammad saw. keluar melewati mereka.
Terlepas dari ragam peristiwa di balik ayat tersebut, satu hal yang diketahui dengan jelas yaitu, melalui wasilah ayat tersebut, Nabi Muhammad saw. bisa mengelabui kaum musyrik Quraisy yang berniat mencelakai beliau, dan beliau berhasil melanjutkan dakwahnya.
Baca Juga: Momentum Hijrah di Tahun Baru, Penjelasan Surat An-Nisa Ayat 100
Surah al-Anfal [8]: 30
وَاِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِيُثْبِتُوْكَ اَوْ يَقْتُلُوْكَ اَوْ يُخْرِجُوْكَۗ وَيَمْكُرُوْنَ وَيَمْكُرُ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ
“(Ingatlah) ketika orang-orang yang kufur merencanakan tipu daya terhadapmu (Nabi Muhammad) untuk menahan, membunuh, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Dalam konteks hijrah Nabi Muhammad saw., M. Quraish Shihab melanjutkan penjelasan tentang riwayat kekagetan kaum musyrik Quraisy yang mendapati Ali bin Abi Thalib yang tidur di tempat tidur Nabi Muhammad saw., sementara itu Nabi sudah berhasil keluar dari rumah. Menurut mufasir asal Indonesia itu, kejadian tersebut diabadikan dalam ayat 30 surah al-Anfal.
Meski ada perbedaan riwayat tafsir terkait konteks turun ayat ini, beberapa mufasir seperti Ibnu Katsir dan al-Qurtubi memperjelas bahwa konteks yang mendekati tepat adalah berkenaan dengan peristiwa hijrah, yaitu ketika kaum musyrik Quraisy berembuk merencanakan pembunuhan Nabi Muhammad saw. yang kemudian Allah balas dengan rencanaNya yang paling baik, yakni dengan menyelamatkan Nabi.
Di saat-saat hendak hijrah, Nabi Muhammad saw. memang diberitahu oleh Allah terkait rencana busuk Abu Jahal dan kawan-kawannya. Oleh karena itu, peristiwa segenting itu, Nabi saw. bisa hadapi dengan tenang, sesuai perintah dan rencana Allah.
Ketenangan Nabi Muhammad saw. ini berlanjut hingga persembunyian beliau dan Abu Bakar di Gua Tsur ketika dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Bagian ini yang kemudian disinggung oleh Alquran dalam surah at-Taubah [9] ayat 40.
Baca Juga: Tafsir Surah at-Taubah Ayat 40: Kisah Hijrah Abu Bakar
Surah at-Taubah [9]: 40
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Pada lanjutan cerita tentang hijrah Nabi Muhammad saw. M. Quraish Shihab menarasikan bahwa Abu Bakar cemas, kawatir persembunyiannya bersama Nabi Muhammad saw. di Gua Tsur diketahui oleh Abu Jahal dan gerombolannya. Nabi kemudian menenangkannya. Keadaan ini direkam oleh Alquran dalam ayat ke-40 surah at-Taubah. Mufasir-mufasir yang lain sepertinya juga sepakat dengan riwayat tersebut.
Berdasar pada redaksi ayat, Nabi Muhammad saw. berusaha menenangkan sahabatnya, Abu Bakar, dengan mengingatkan bahwa Allah bersama mereka. Sementara itu, kekawatiran Abu Bakar bukan tanpa sebab, beliau tahu bahwa Nabi Muhammad saw. adalah pemimpin umat, dan betapa besar bahaya bagi masa depan umat Islam jika Nabi Muhammad saw. sampai celaka.
Ekspresi kekawatiran itu ditulis dalam Tafsir Marah Labid,
وكان الصِّدِّيقُ قَدْ حَزَنَ عَلَى رَسُولِ الله صلّى الله عليه وسلّم لَا عَلَى نَفْسِهِ فقال لَهُ: يَا رسول الله إذَا مِتُّ أَنَا فَأنَا رَجُلٌ وَاحِدٌ وَإذا مِتَّ أَنْتَ هَلَكْتَ الْأُمَّةَ وَالدِّيْنَ.
‘Abu Bakar R.A. mengkhawatirkan Rasulullah saw., bukan mengkhawatirkan dirinya. Sahabat Rasul itu berkata, ‘Wahai Rasul, jika saya mati, maka yang mati adalah saya seorang diri, namun jika Anda yang mati, maka yang mati adalah Anda, umat dan juga agama.’
Pada akhirnya, Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar berhasil sampai di Madinah dengan selamat.
Sebenarnya masih banyak ayat lain yang juga mendokumentasikan perjuangan para sahabat dalam berhijrah. Setidaknya tiga ayat yang telah dibahas di awal adalah ayat-ayat yang fokus merekam lika-liku perjuangan Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar ketika berhijrah.
Jika umat Islam tahu tentang keberhasilan dan kesuksesan peristiwa hijrah ke Madinah, maka juga jangan lupa tentang perjuangan di balik kesuksesan tersebut. Oleh karena itu, memperingati hijrah, berarti juga meneladan perjuangannya. Wallah a’lam.
Selamat Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharram 1447 H!