BerandaTafsir TematikMomentum Hijrah di Tahun Baru, Penjelasan Surat An-Nisa Ayat 100

Momentum Hijrah di Tahun Baru, Penjelasan Surat An-Nisa Ayat 100

Hari ini adalah hari pertama tahun baru 2021. Sebagai permulaan, ada baiknya kita memulai hijrah dari kebiasaan buruk ke kebiasaan yang baik. artikel ini akan menguraikan soal hijrah terutama dalam Surat An-Nisa ayat 100. Allah Swt berfirman:

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di ‎muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang ‎siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan ‎Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke ‎tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. ‎Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-‎Nisa’: 100)‎

Alhamdulillah, atas perkenan Allah hari ini kita memasuki tahun baru ‎‎2021. Ibarat sebuah buku berisi 365 halaman, inilah halaman pertama yang ‎kita buka. Apakah mau kita isi dengan catatan hitam, ataukah akan kita hiasi ‎dengan tinta emas? Itu semua terserah kita. Selanjutnya, masih tersisia 364 ‎halaman lainnya yang masih bersih tanpa ada catatan apa pun.‎

Hemat penulis, momen tahun baru adalah momen terbaik untuk ‎menyusun mimpi-mimpi baru, langkah-langkah baru, yang jauh lebih baik dan ‎bermakna dari tahun lalu. Inilah momentum untuk memperbaiki diri, setelah ‎sebelumnya melakukan refleski, koreksi serta introspeksi diri. Inilah saat yang ‎tepat untuk melakukan apa yang dalam bahasa agama disebut “Hijrah”. ‎

Ditinjau dari segi bahasa kata “Hijrah” berasal dari bahasa Arab, yang ‎mempunyai arti berpindah dari satu tempat ke tempat lain, meninggalkan ‎suatu perbuatan, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang buruk. ‎

Adapun secara istilah, hijrah mengandung beberapa makna: Pertama, ‎hijrah (meninggalkan) semua perbuatan yang dilarang Allah Swt, ‎sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadis Nabi Saw: “Orang yang ‎berhijrah adalah orang yang mampu menjauhi serta menghindari apa yang ‎dilarang Allah untuk melakukannya.”‎

Kedua, hijrah (menjauhkan diri) dari lingkungan yang tidak ‎mendukung aktivitas ibadah yang kita lakukan. Jika kita tinggal di suatu ‎tempat yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas ibadah, karena ‎ada gangguan dan cobaan orang-orang yang membenci ajaran agama kita, ‎maka kita wajib berhijrah dari tempat itu ke tempat lain yang lebih aman, ‎untuk dapat melaksanakan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Inilah ‎hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya.‎

Selain itu, kita juga dianjurkan berhijrah dari daerah yang tidak aman ‎ke daerah yang aman, seperti adanya bencana alam, kebanjiran, gunung ‎meletus, tsunami dan lain-lain.‎

Menurut Mahmud Syaltout, hijrah dibagi menjadi dua bagian, yakni ‎hijrah “Badaniah”, dan hijrah “Qalbiyah”. Hijrah badaniah yaitu hijrah ‎menggunakan kekuatan fisik, dengan berpindah dari satu daerah atau tempat ‎yang tidak nyaman, menuju daerah yang memberikan harapan hidup lebih ‎baik di masa yang akan datang. Sedangkan hijrah “Qalbiyah” adalah hijrah ‎yang didasari oleh keyakinan dan hati nurani. Hijrah ini dilakukan tanpa ‎pindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi pindah dari kondisi batin yang ‎tidak sehat berupa kemaksiatan, kejahatan dan kemunkaran, kepada sikap ‎batin yang baik yang diridloi Allah Swt.‎

Pandangan yang dikemukakan Mahmud Syaltout ini sejalan dengan ‎apa yang dipahami oleh para sufi ketika menafsirkan ayat wa man yakhruj ‎min baitihi muhajiran ila Allahi wa rasulihi… ‎

Dalam beberapa kitab tafsir sufi dijelaskan bahwa makna bait (rumah) ‎dalam ayat tersebut, selain secara zahir diartikan sebagai rumah tempat ‎tinggal, makna hakiki (substansi)-nya adalah rumah di dalam diri setiap ‎manusia. Maka, tafsir ayat tersebut adalah bahwa “…dan barangsiapa yang ‎keluar dari (ego) dirinya menuju Allah dan rasul-Nya…”‎

Hijrah secara hakiki adalah keluar dari ego, menuju keridlaan Allah ‎Swt., sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw. dalam hadis di atas. ‎

Orang yang berhijrah secara hakiki adalah orang yang meninggalkan ‎segala bentuk kejahatan, kemungkaran dan kemaksiatan yang bersumber dari ‎dirinya. Dia tinggalkan kesombongan, prasangaka buruk (su’uzhan), ‎kedengkian, kemarahan, kebakhilan, keputusasaan. Dia hiasi dirinya dengan ‎kerendahhatian (tawaduk), kesabaran, rasa syukur, berbaik sangka, istiqamah ‎dalam kebaikan serta tawakkal kepada Allah. Inilah hijrah yang ‎sesungguhnya, keluar dari ego.‎

So, tahun baru 2021 yang baru saja kita buka halaman pertamanya ini, ‎adalah momentum yang sangat tepat untuk kita melakukan hijrah qalbiyah, ‎yaitu keluar dari segala perangai dan perilaku buruk kita selama ini. Kita ‎hijrahkan diri, keluar dari ego menuju keridaan Allah Swt.‎

Semoga di tahun baru ini, kehidupan kita jauh lebih baik dan berkah daripada tahun lalu. Amin.

Didi Junaedi
Didi Junaedi
Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...