Di antara ayat-ayat Alquran yang menurut pendapat paling kuat berjumlah 6.236. Ada ayat-ayat spesial, berada di awal beberapa surat dan sangat berbeda dari ayat yang lain. Mulai dari bentuknya yang berupa kumpulan huruf-huruf, cara membacanya yang unik, hingga maknanya yang masih menjadi perdebatan. Di sini, kita akan mengenal lebih dekat ayat Alquran yang paling misterius tersebut yang dikenal dengan huruf muqattaah.
Huruf muqattaah atau al-ahruf al-muqatta’ah dalam bahasa Indonesia berarti huruf-huruf yang terputus-putus. Dinamai demikian karena ia terdiri dari beberapa huruf dalam ejaan bahasa Arab yang dibaca secara terpisah-pisah, meski disambung layaknya satu kata. Selain itu, ia juga dinamai fawatih al-suwar, yakni bacaan pembuka surat.
Kata الم misalnya, tidak dibaca “alama” dan sebagainya. Akan tetapi masing-masing huruf dibaca secara terpisah berdasarkan ejaan huruf hijaiyyahnya. Dalam bahasa Arab, “ا” dibaca اَلِفْ (Alif), “ل” dibaca لَامْ (Laam) dan م dibaca مِيْمْ (Miim). Apabila disambung akan terjadi idgham pada huruf mim dan mad lazim di huruf lam dan mim, sehingga menjadi “Aliflaaammiiim”.
Terdapat 29 surat dalam Alquran yang diawali dengan huruf muqattaah, di antaranya surat Al-Baqarah [2], surat Ali ‘Imran [3], surat Al-‘Ankabut [29], Surat Al-A’raf [7] dan surat Luqman [31] dan 24 surat lainnya.
Sementara huruf muqatta’ah sendiri berjumlah sebanyak 14 huruf. Supaya mudah dihafalkan, ulama mengumpulkannya dalam ungkapan shahhi thariqaka bi al-sunnah (benarkanlah jalanmu dengan sunnah) atau shirat ‘Ali haq (jalan Ali itu benar)
Dari 14 huruf tersebut membentuk 14 pola kata pula yang dapat dikategorikan berdasarkan jumlah hurufnya menjadi lima macam. Pertama, kata yang terdiri dari satu huruf; ص ,ق dan ن. Kedua, kata yang terdiri dari dua huruf; حم ,يس ,طه dan طس. Ketiga, kata yang terdiri dari tiga huruf; الم ,الر dan طسم. Keempat, kata yang terdiri dari empat huruf; المص dan المر. Dan kelima, kata yang terdiri dari lima huruf; حم عسق dan كهيعص.
Terkait status huruf muqattaah, sebenarnya terdapat perbedaan di kalangan ulama, apakah ia termasuk ayat Alquran atau bukan. Az-Zarkasyi dalam kitabnya, al-Burhan fi Ulum al-Qur’an menjelaskan bahwa ada dua pendapat mengenai hal ini.
Yang pertama, ulama Basrah yang menganggap semua huruf muqattaah bukan termasuk ayat Alquran. Sementara pendapat yang kedua, ulama Kufah yang berpandangan bahwa sebagian huruf muqattaah adalah ayat dan sebagian lainnya bukan. Namun demikian, az-Zarkasyi tidak memaparkan argumentasi kedua pendapat ini.
Adapun terkait pemaknaannya, ulama terpecah pula ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama menganggapnya sebagai bagian dari ayat mutasyabihat (ayat yang masih samar, mebutuhkan penjelasan yang lebih) maka mereka memasrahkan maknanya hanya kepada Allah. Bagi mereka, tidak seorangpun yang mengetahui makna huruf muqattaah kecuali Allah semata. Ini berdasarkan pada firman Allah dalam QS. Ali Imran: 7 berikut.
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (baca tafsir surat Ali Imran ayat 7)
Pendapat pertama ini seperti tercermin dari ungkapan pengarang Tasir al-Jalalain ketika tiap kali sampai pada pembahasan huruf muqatta’ah, ia menuliskan:
اللَّه أَعْلَم بِمُرَادِهِ بِذَلِكَ
Allah yang lebih mengetahui akan maksudnya.
Sedangkan pendapat kedua menganggap huruf muqatta’ah sebagaimana ayat Alquran lain yang memiliki kandungan makna yang dapat diungkap. Mufassir yang mampu mengungkap kandungan makna dari huruf muqattaah adalah mereka yang dijuluki ulul albab, yaitu yang mendalam keilmuannya dan tinggi spiritualitasnya sehingga mendapatkan pancaran ilham dari Allah Swt.
Argumentasi yang dikemukakan kelompok kedua sebagaimana yang dinyatakan ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib ialah bahwa mustahil Allah menurunkan ayat-ayat Alquran yang tidak dapat dipahami maknanya, sedangkan ia adalah pedoman bagi umat Islam.
Selain itu, mereka juga merujuk pada QS. Ali Imran: 7 di atas, sama seperti yang dilakukan kelompok pertama. Hanya saja kelompok kedua ini memandang bahwa huruf wau pada kalimat “wa al-rasikhun fi al-‘ilm” bukan berfaedah ibtida’, melainkan ‘atf pada kata “Allah” sebelumnya. Sehingga apabila diterjemahkan menjadi, “tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya…”.
Demikian ‘dialog’ seputar pemaknaan huruf muqatta’ah di kalangan ulama tafsir. Adapun beberapa penafsiran atas huruf muqatta’ah dari kelompok yang meyakininya akan dipaparkan lebih lanjut di artikel berikutnya.