Setiap datang bulan Rabiul Awwal, suasana di banyak daerah di Indonesia terasa berbeda. Dari hiruk-pikuk Sekaten di Yogyakarta, ramainya Grebeg Maulid di Solo, sampai lantunan salawat Diba’an di setiap penjuru desa, semua itu adalah ekspresi bentuk cinta umat Islam kepada Nabi Muhammad Saw.
Tradisi Nusantara
Sejak awal, Islam di Nusantara dikenal ramah terhadap budaya lokal. Walisongo, misalnya, tidak serta-merta menghapus tradisi masyarakat, melainkan mengisinya dengan nilai Islam. Dari situ lahirlah warna-warni tradisi Maulid di Indonesia. Di antara tradisi yang paling meriah adalah Sekaten di Yogyakarta, acara ini ditandai dengan gamelan yang dimainkan di alun-alun, lalu masyarakat berbondong-bondong datang. Dahulu, ini cara Walisongo menarik perhatian masyarakat agar mau mendengar dakwah Islam, yang kemudian berlanjut menjadi perayaan besar pada bulan Maulid.
Selanjutnya ada Grebeg Maulid di Solo, acara tersebut merupakan gunungan hasil bumi yang diarak dan dibagikan kepada masyarakat, sebagai simbol syukur dan semangat berbagi. Terakhir, Salawat Diba’an dan Barzanji, yang berisi lantunan doa, pujian, dan kisah kelahiran Nabi yang hidup di pesantren sampai kampung-kampung. Tradisi ini sudah menjadi budaya yang begitu melekat di Indonesia, nyaris hampir di semua pelosok desa merayakan Maulid Nabi dengan pembacaan shalawat yang ditutup dengan makan bersama/bagi-bagi berkat kepada warga sekitar.
Semua tradisi ini adalah cara umat Islam untuk bersyukur atas rahmat Allah, sekaligus mengekspresikan rasa cinta kepada Nabi. Lalu, bagaimana Alquran memandang tradisi di bulan maulid tersebut?
Baca Juga: Dalil Maulid Nabi dalam Al-Quran (6): Surah Al-Ahzab Ayat 56
Maulid dan Pesan Alquran
Menariknya, Alquran sudah lebih dulu memberikan isyarat bahwa kegembiraan atas nikmat Allah adalah ibadah. Dalam Q.S. Yunus:58, Allah menegaskan:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Al-Ṭabari menjelaskan dalam tafsirnya bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad Saw untuk berkata kepada orang-orang: “Dengan karunia Allah” maksudnya adalah Islam yang Allah anugerahkan kepada manusia. “Dan dengan rahmat-Nya” maksudnya adalah Al-Qur’an yang diturunkan kepada mereka, yang mengajarkan apa yang sebelumnya tidak mereka ketahui, serta membimbing kepada agama. (Al-Tabari, Jami’ul Bayan, hlm. 105)
Ayat ini mendorong umat Islam untuk bergembira dengan rahmat Allah diatas segala-galanya. Dan rahmat terbesar bagi manusia adalah lahirnya Nabi Muhammad Saw, sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-Anbiya:107:
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Jadi, rasa syukur dan suka cita dalam tradisi Maulid sebenarnya punya dasar kuat dalam Alquran. sebagaimana dijelaskan dalam tafsir al-Ṭabari, “karunia Allah” dalam ayat Q.S. Yunus:58 dimaknai sebagai Islam, dan “rahmat-Nya” dimaknai sebagai Alquran. Keduanya adalah anugerah terbesar bagi umat manusia, yang nilainya jauh lebih tinggi daripada harta dunia yang dikumpulkan.
Dengan cara pandang ini, kebahagiaan yang ditunjukkan umat Islam saat memperingati kelahiran Nabi bukanlah sekadar tradisi budaya, melainkan bentuk kegembiraan atas hadirnya Rasulullah yang membawa Islam dan Alquran itu sendiri. Artinya, semangat Maulid sangat selaras dengan pesan Qur’ani, yakni bergembira dengan rahmat Allah lebih baik daripada sibuk mengejar harta dunia.
Baca Juga: Inilah Potret Perayaan Maulid Nabi dalam Al-Quran
Penutup
Dari Sekaten sampai salawat di kampung, Maulid di Nusantara adalah wujud rasa syukur atas hadirnya Nabi Muhammad Saw. Alquran sudah menegaskan bergembira dengan rahmat Allah adalah perbuatan mulia. Maka, tradisi Maulid, dengan segala warna budayanya, bukan sekadar seremonial semata, ia adalah cara umat Islam menghidupkan ayat, merayakan rahmat terbesar Allah, dan meneguhkan cinta kepada Rasulullah Saw.