BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiTafsir Tarbawi: Dua Kunci Memunculkan Keberkahan Ilmu untuk Pelajar

Tafsir Tarbawi: Dua Kunci Memunculkan Keberkahan Ilmu untuk Pelajar

Kunci untuk memunculkan keberkahan ilmu bagi pelajar adalah beramal shalih dan tidak menyekutukan Allah swt. Kedua hal ini penting mengingat betapa banyak para pelajar setelah menimba ilmu cukup lama, akan tetapi tidak berkah atau tidak manfaat ilmunya. Bisa jadi, ada yang salah dalam menempuh proses mencari ilmu sehingga tidak muncul keberkahannya.

Karena itu, keberkahan ilmu sangatlah penting bagi pelajar karena dengan modal tersebut akan menjadikan kita semakin dekat kepada Allah swt sebagaimana hadits nabi saw, “barang siapa yang bertambah ilmunya dan tidak bertambah hidayahnya, maka ia akan semakin jauh dari-Nya”. Dengan melandaskan Q.S. al-Kahfi [18]: 110, artikel ini mengulas dua kunci untuk memunculkan keberkahan ilmu bagi pelajar. Simak selengkapnya di bawah ini.

Amal Shalih

Kunci keberkahan ilmu yang pertama adalah beramal shalih sebagaimana yang Allah sampaikan dalam firman-Nya,

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا…..

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya (Q.S. al-Kahfi [18]: 110).

Baca Juga: Menghormati Guru Adalah Bagian dari Jihad

Merujuk pada ayat di atas, barang siapa yang bertakwa dan memiliki rasa khauf (takut) kepada Allah, memperhatikan betul perbuatan maksiatnya dan berharap pahala atas ketaatannya, maka hendaknya ia menjadikan amal shalih sebagai perantara untuk meraih ridha-Nya. Kata al-Tabari, tidak cukup hanya beramal shalih, melainkan harus dilandasi dengan keikhlasan (fal yukhlis lahul ‘ibadah). Di samping itu, dalam tafsir Mafatih al-Ghaib, Ar-Razi mengatakan:

مَنْ حَصَلَ لَهُ رَجَاءٌ لِقَاءِ اللهِ فَلْيَشْتَغِلُ بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ

“Barang siapa yang menginginkan keberhasilan dapat berjumpa dengan Allah, maka sibukkanlah dirimu dengan amal shalih”.

Dalam konteks pelajar, bentuk amal shalih dapat diwujudkan dengan giat belajar, tirakat (riyadhah), melawan rasa malas, bersedekah dalam makna; memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, tekun beribadah dan lain sebagainya. Hal-hal semacam itu yang nantinya ketika selesai nyantri atau bersekolah atau berkuliah, akan memunculkan keberkahan ilmunya dengan sendirinya.

Tidak Menyekutukan Allah Swt

Kunci yang kedua adalah tidak menyekutukan Allah swt sebagaimana Ia tegaskan dalam firman-Nya di bawah ini,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ

Barang siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya. (Q.S. al-Kahfi [18]: 110)

Konteks ini ayat ini berkaitan dengan sahabat Jundub bin Zuhair al-Amiri yang agak ke-PD-an dengan amalnya sendiri sebagaimana dijelaskan oleh Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib dan Syekh Nawawi Banten dalam Tafsir Marah Labid. Sahabat Jundub lalu bilang pada Rasulullah,

إِنِّيْ أَعْمَلُ الْعَمَلَ للهَ تَعَالَى فَإِذَا اِطَّلَعَ عَلَيْهِ أَحَدٌ سَرَّنِيْ

“Aku akan beramal karena Allah. Karena itu, jika Allah melihat amalku, maka itu akan membuatku bahagia.” Lalu Nabi menjawab,

إِنَّ اللهَ لَا يَقْبَلُ مَا شورك فيه

“Allah itu tidak akan menerima amalan yang di dalamnya terdapat unsur menyekutukanku” (HR Thabrani). Artinya, sahabat Jundub masih merasa ingin dianggap bahwa Allah melihat amalnya. Namun di lain kesempatan Nabi juga bilang padanya,

لَكَ أَجْرَانِ أَجْرُ السِّرِّ وَأَجْرُ الْعَلَانِيَةِ

“Kamu mendapatkan dua pahala, yaitu pahala menyembunyikan amal dan memperlihatkannya” (HR Ibnu Majah).

Baca Juga: Tiga Lingkungan Belajar yang Harus Diperhatikan Oleh Pelajar

Dalam hal ini, tidak semua amalan yang disembunyikan tidak baik dan baik juga, dan sebaliknya amalan yang ditampakkan tidak sepenuhnya buruk juga. Artinya, jikalau amalan itu memang sengaja kita tampakkan dengan tujuan agar orang lain berpotensi meniru apa yang kita lakukan, itu sah-sah saja.

Menurut al-Razi, yang dimaksud dengan musyrik atau menyekutukan Allah adalah seseorang menjadikan sekutu sebagai mitra bagi apapun yang diperbuatnya, apakah mencari ilmu, beribadah maupun bekerja. Karena itu, lanjut al-Razi, bagi pelajar hendaknya tidak menjadikan selain Allah Swt sebagai mitra bagi apapapun pekerjaannya. Sekutu yang dimaksud dapat berupa materialisme, tujuan keduniaan, harta, tahta, reputasi, pangkat, jabatan, wanita, dan semacamnya karena hal tersebut dilarang oleh agama sebab dapat mengotori rasa keikhlasan kita kepada Allah Swt. Wallahu A’lam.

Senata Adi Prasetia
Senata Adi Prasetia
Redaktur tafsiralquran.id, Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya, aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas seringkali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116 memberikan...