BerandaUlumul QuranEmpat Pembagian Surah Alquran

Empat Pembagian Surah Alquran

Ketika membaca Alquran, pernahkah Anda memperhatikan Alquran cenderung dimulai dengan surah-surah panjang, kemudian disusul dengan surah-surah pendek? Iya, memang seperti itulah surah-surah Alquran diurutkan.

Lalu, siapakah yang mengurutkannya? Para sahabat Nabi, bukan oleh Nabi sendiri. Setidaknya itulah pendapat mayoritas ulama, sebagaimana yang dicatat oleh al-Suyuti dalam al-Itqan (hal. 138).

Jadi, ketika Khalifah Usman bin Affan membentuk tim penyusun mushaf, dia menginstruksikan susunan Alquran dimulai dari surah-surah terpanjang (al-Tiwal), kemudian surah-surah yang lebih pendek.

Nah, berdasarkan panjang dan urutannya, ada empat pembagian surah dalam Alquran; al-Tiwal, al-Mi’un, al-Matsani, dan al-Mufassal. Berikut ulasannya yang sebagian besar dikutip dari kitab Mabahits fi Ulum al-Qur’an (hal. 138-139).

al-Tiwal

al-Tiwal adalah tujuh surah panjang yang posisinya di urutan awal mushaf setelah surah Alfatihah, yaitu; surah Albaqarah, Ali Imran, Annisa, Almaidah, Alan’am, Ala’raf, dan Alanfal-Albara’ah. Surah Alanfal dan Albara’ah dalam hal ini dianggap satu kesatuan karena keduanya tidak dipisah oleh basmalah.

Ketujuh surah tersebut tergolong surah madaniyyah atau yang turun setelah Nabi hijrah ke Madinah. Bagaimana pun juga, salah satu karakteristik ayat atau surah madaniyyah adalah panjangnya ayat atau surah tersebut, seperti tujuh surah ini.

al-Mi’un

Setelah tujuh surah al-Tiwal, urutan berikutnya adalah surah-surah al-Mi’un yang rata-rata panjangnya tidak sepanjang surah al-Tiwal. al-Mi’un berarti surah-surah yang jumlah ayatnya kisaran 100-an ayat atau mendekati seratus, terambil dari kata mi’ah yang berarti 100.

Seperti al-Tiwal, jumlah surah al-Mi’un juga ada tujuh, yaitu; surah Yunus, Hud, Yusuf, Arra’ad, Ibrahim, Alhijr, dan Annahl (Asma’ al-Qur’an al-Karim wa Asma’ Suwarihi wa Ayatihi, hal. 75).

al-Matsani

Selanjutnya, surah-surah yang lebih pendek dari kategori surah al-Mi’un  dan lebih panjang dari surah al-Mufassal yang disebut dengan surah al-Matsani. Jumlah ayat dalam surah-surah al-Matsani di bawah 100 ayat.

Kata al-Matsani maknanya adalah sesuatu yang diulang-ulang. Surah-surah ini dinamakan al-Matsani karena sering dibaca berulang-ulang dibandingkan dengan surah-surah al-Tiwal dan al-Mi’un yang relatif lebih panjang.

al-Matsani juga adalah nama lain dari surah Alfatihah. Sebab, surah urutan pertama dalam Alquran ini diwajibkan untuk dibaca secara berulang di setiap rakaat salat.

Baca juga: Mengenal Nama-nama Lain Surah Al-Fatihah dan Penjelasan Hadisnya

al-Mufassal

Kategori terakhir dalam pembagian surah Alquran adalah al-Mufassal yang artinya sesuatu yang terpisah-pisah. Dinamakan demikian, karena jarak antarsurahnya pendek-pendek, sehingga terkesan banyak pemisahnya (baca: basmalah).

Jika diperhatikan, tidak hanya jarak antarsurah al-Mufassal saja yang pendek-pendek, jarak antarayatnya juga demikian. Tidak heran kemudian surah-surah ini yang biasa dipilih para pemula dalam belajar membaca atau memulai menghafal Alquran. Sebab, surah-surah pendek relatif lebih mudah dibaca dan dihafalkan dibandingkan surah-surah panjang.

Selain pendek-pendek, karakteristik surah-surah al-Mufassal ini menurut al-Suyuti juga jarang ditemukan di dalamnya ayat mansukh (ayat yang kandungan hukumnya dihapus atau diganti).

Surah al-Mufassal dibagi lagi menjadi tiga bagian; tiwal (panjang), awsat (sedang), dan qisar (pendek). Tiwal al-Mufassal dimulai dari surah Qaf (pendapat lain mengatakan surah Alhujurat) sampai surah Annaba’ (pendapat lain mengatakan surah Alburuj).

Awsat al-Mufassal dimulai dari surah Annaba’ (pendapat lain mengatakan surah Alburuj) sampai surah Adduha (pendapat lain mengatakan surah Albayyinah). Sedangkan qisar al-Mufassal dimulai dari surah Adduha (pendapat lain mengatakan surah Albayyinah) sampai dengan surah Annas atau surah terakhir.

Khusus ketika membaca surah-surah qisar al-Mufassal, pembaca dianjurkan menyelah-nyelahinya dengan bacaan takbir. Ini sebagaimana diceritakan oleh al-Khattabi yang dikutip al-Suyuti dalam al-Itqan (hal. 140).

Penutup

Empat pembagian surah di atas adalah hasil pemikiran para ulama. Memang ada beberapa riwayat yang memberitahukan bahwa Nabi pernah menyinggung istilah surah-surah al-Tiwal dan sebagainya, namun hanya sebatas itu keterlibatan Nabi dalam hal ini. Oleh karena itu, formasi ini ada banyak versi. Contohnya bisa kita lihat bagaimana variatifnya susunan surah dalam mushaf-mushaf para sahabat.

Penentuan panjang atau pendeknya surah di atas tidak didasari jumlah ayat, tetapi lebih kepada panjang keseluruhan surah tersebut. Meski dalam penyusunannya, tidak benar-benar mutlak berdasarkan panjang surah. Sebab, ada surah yang lebih panjang, namun diletakkan di urutan surah yang lebih pendek darinya.

Misalnya, surah Al’asr adalah surah terpendek dalam Alquran, tapi tidak diposisikan di urutan paling akhir. Begitu pula surah Alfatihah yang termasuk surah pendek, namun berada di urutan pertama dalam mushaf. Apa kategori surahnya? dan kenapa diletakkan di urutan paling awal?

Terlepas dari itu semua, adanya pembagian ini dapat mempermudah kita memilih surah untuk keperluan tertentu seperti disinggung sebelumnya. Jika ingin belajar membaca Alquran, bisa memulai dari surah-surah akhir yang relatif pendek-pendek misalnya.

Baca juga: Menghafal Al-Qur’an di Somalia: Semangat, Sejarah dan Metodenya

Lukman Hakim
Lukman Hakim
Pegiat literasi di CRIS Foundation; mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...