BerandaTafsir TematikHikmah Sirah Nabawiyah sebagai Pedoman Hidup

Hikmah Sirah Nabawiyah sebagai Pedoman Hidup

Manusia dapat mengemban tugas sebagai khalifah di bumi jika dia memahami tuntunan Allah Swt. dengan baik, salah satunya melalui Sirah Nabawiyah. Perjalanan hidup Nabi Muhammad saw. dapat menjadi pedoman agar manusia tidak salah dalam melangkah atau mengambil kebijakan. Nabi saw. menjadi panutan bagi kita semua karena sabdanya selalu selaras dengan apa yang beliau perbuat. Dalam Alquran, tuntunan menjadikan Nabi saw. sebagai pedoman hidup tertera para QS. Al-Ahzab ayat 21, yang menegaskan diri Nabi saw. Sebagai teladan baik.

Pesan Surat al-Ahzab Ayat 21

Allah Swt berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.” (Al-Aḥzāb [33]:21)

Surah tersebut menegaskan bahwasanya Allah menjadikan Nabi Muhammad saw. sebagai role model  bagi kita semua.  Sungguh mustahil jika Allah membuat sebuah teori tanpa eksekutor sebagai contoh bagi keseluruhan umat manusia. Dalam Tafsir al-Misbah, ayat tersebut diperuntukkan bagi orang Quraisy yang ingkar akan risalah Rasulullah saw, karena seharusnya mereka meneladani sikap dan mengikuti wahyu yang di bawa oleh Nabi. (Tafsir al-Misbah, jilid 11, 242)

Baca juga: Rekomendasi Buku-Buku Sirah Nabawiyyah yang Penting Diketahui

Ahmad Mustafa al-Maraghi menjelaskan bahwa contoh teladan baik dengan norma-norma yang dipaparkan ada dihadapan kita semua (pribadi agung Nabi Muhammad saw.), tinggal bagaimana kita merealisasikan sesuai dengan konteks zaman. Kebanyakan, seseorang yang berusaha untuk meneladani Rasulullah dalam kehidupannya adalah mereka yang percaya akan datangnya hari akhir.

Contoh nyata keteladanan nabi Muhammad saw. dapat dilihat dari kisah seseorang dari suku badui yang awalnya hanya berminat meminta harta rampasan perang berupa domba. Dalam benak orang tersebut, tidak ada niatan sama sekali untuk memahami agama Islam. Hal ini terdengar materialistik. Hanya saja, kemurahan hati Nabi Muhammad saw. membuat persepsi berubah, sehingga badui tersebut luluh dan mengajak yang lain untuk masuk ke dalam agama Islam. Cerita tersebut menggambarkan kebaikan pribadi Nabi yang toleran dan murah hati tanpa memandang ras, suku, bahkan agama.

Sirah Nabawiyah Sebagai Faktor Pendukung dalam Memahami Konteks Ayat

Sirah Nabawiyah juga menjadi aspek untuk memahami konteks dari penurunan Alquran. Sebagaimana diketahui, Alquran diturunkan oleh Allah tidak dalam ruang kosong, sehingga sejarah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami penurunan ayat. Sebagai contoh, QS. Albaqarah [2]: 191 jika  dipahami secara teks maka akan menjadi label kebenaran dalam meneror non muslim, padahal mereka termasuk orang yang hidup di suatu negara dan dilindungi oleh pemerintah.

Baca juga: Meneladani Rasulullah Saw. Melalui Konsep Uswah, Qudwah, dan Ittiba’

Dalam kitab tafsir al-Jami’ li Ahkam Alquran karya al-Qurtubi, ayat tersebut menjelaskan tentang pembunuhan yang boleh dilakukan dalam situasi peperangan. Bahkan, peperangan untuk melindungi diri (defensif) diharuskan meskipun sampai pada wilayah haram. Ayat tersebut tidak melegitimasi legalitas membunuh orang kafir yang dilindungi oleh pemerintah atau kafir zimmi. Sirah Nabawiyah yang juga diserap dari riwayat hadis, menjadi penjelas bagi Alquran untuk tidak semena-mena dalam menghilangkan nyawa seseorang. (Tafsir al-Qurthubi, jilid 2, 794)

Tidak hanya itu, Alquran yang menjelaskan sesuatu secara umum perlu menggunakan Sirah Nabawiyah untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam dan detail. Seperti dalam surah Alqalam tentang sifat Nabi Muhammad yang berbunyi:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ

“Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Alqalam [68]:4)

Keagungan akhlak Rasulullah bisa dijadikan sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia untuk mendapatkan kebaikan dunia khususnya akhirat. Sirah Nabawiyah menjelaskan spesifikasi pekerti agung yang dimiliki Nabi saw. sebagai contoh konkrit yang kemudian dapat diimplementasikan dalam berkehidupan.

Buku karangan Yasir Qadhi yang berjudul Muhammad saw. Teladan Sempurna bagi Umat Manusia, memberikan sebuah gambaran  tentang kemuliaan Nabi Muhammad saw. Tindakan yang dilakukan oleh Nabi bisa menjadi inspirasi berupa regulasi atau ketentuan di masa sekarang. Seperti kebijakan bernegara di Kota Madinah terhadap beberapa agama yang bersifat plural.  Sebagai pemimpin, Nabi mampu memberikan kepuasan bagi seluruh agama. Keadilan dijunjung tinggi dengan wawasan yang luas sehingga kebijakan-kebijakan tersebut dapat diterima oleh semua kalangan. (Muhammad saw. Teladan Sempurna bagi Umat Manusia, 247)

Baca juga: Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat 21: Dakwah Rasulullah itu Menyampaikan Kebenaran dengan Cara yang Benar Pula

Beberapa pasal dari piagam Madinah mendukung terbentuknya sebuah kedamaian dalam negara yang plural. Seperti pasal 45 yang mengharuskan seseorang mukmin untuk menyambut baik perjanjian perdamaian yang diajukan. Sangat berbanding terbalik dengan motivasi teroris yang membawa konsepsi jihad untuk menanamkan rasa takut kepada kelompok lain.

Penutup

Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir menjadi penyempurna ajaran-ajaran sebelumnya. Sirah Nabawiyah atau perjalan hidup Nabi Muhammad saw. merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh umat muslim. Melalui Sirah Nabawiyah, kita tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga praktis. Nabi Muhammad saw. memberikan contoh nyata dalam menerapkan Alquran di kehidupan sehari-hari. Dengan meneladani perjalanan hidup baginda Nabi, kita dapat mengambil hikmah serta memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan menyeluruh.

Achmad Rowie
Achmad Rowie
Mahasiswa Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Al-Balad ayat 11-13: Keseriusan Alquran terhadap Penghapusan Budak

0
Keberadaan budak di zaman ini memang sudah tidak ada lagi, karena hal tersebut bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) dan nilai-nilai moralitas. Namun, sebelum...