BerandaTafsir TematikHikmah Sumpah Allah dalam Surah Al-Lail

Hikmah Sumpah Allah dalam Surah Al-Lail

Setiap sumpah (qasam) dalam Alquran memiliki tujuan, di antaranya sebagai isyarat atas keutamaan sesuatu yang dijadikan sumpah tersebut supaya manusia dapat mengambil pelajaran darinya. Demikian pula, terdapat hikmah dari ayat-ayat sumpah dalam surah Al-Lail yang manusia diharapkan dapat mengambil ibrah darinya. Allah berfirman sebagai berikut.

وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى (1) وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى (2) وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى (3)

Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, dan (demi) penciptaan laki-laki dan perempuan (Q.S. Al-Lail: 1-3).

Malam dan Siang, Laki-laki dan Perempuan

Allah bersumpah dengan malam dan siang beserta sifat masing-masing sebagaimana dilukiskan dalam ayat, “Demi malam apabila menutupi, dan siang apabila terang-benderang”. Keduanya merupakan hal yang sangat bertolak belakang dalam peredaran planet, berlawanan dalam bentuknya, bekas, dan pengaruhnya.

Demikian pula sumpah yang menyebutkan penciptaan makhluk-Nya dengan dua jenisnya berlawanan, “Demi penciptaan laki-laki dan perempuan,” tidak lain untuk melengkapi fenomena keberlawanan dalam nuansa surah ini dan seluruh hakikatnya (Tafsir Fi Zhilalil Quran, 30/286).

Baca juga: Keistemawaan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Tafsir Surah Al-Lail

Syekh Muhammad Ali as-Shabuni terkait tiga ayat pertama menjelaskan bahwa hikmah Allah bersumpah dengan pergantian malam dan siang itu tidak terhitung. Salah satunya dapat dilihat dari bagaimana Allah mengatur peralihan waktu yang digunakan untuk istirahat dan yang digunakan untuk mencari penghidupan (Shafwatut Tafasir, 3/569).

Syekh Mutawalli as-Sya’rawi (15/323) menambahkan, sifat laki-laki dan perempuan tidak saja dimiliki oleh manusia, semua makhluk hidup termasuk di dalamnya hewan dan tumbuhan bahkan benda-benda lain juga memiliki unsur jantan dan betina. Ini merupakan keagungan ciptaan Tuhan.

Diterangkan dalam Awwal al-Marrah fi Atadabburil al-Quran (h. 300) bahwa Allah sengaja menyebutkan sumpah malam sebelum siang, karena waktu penciptaan dan keberadaan malam lebih dahulu daripada siang. Sama halnya laki-laki (Nabi Adam) diciptakan sebelum perempuan (Sayyidah Hawa).

Baca juga: Keistimewaan Surah Ala’la: Surah Favorit Rasulullah

Pergantian siang dan malam yang terus menerus dan tidak akan berhenti yang dijadikan sumpah di ayat ini, menurut mufassirin mengisyaratkan apa yang ada di belakangnya, yaitu kekuasaan yang memutar waktu di alam semesta. Allah yang Maha Kuasa tidak akan membiarkan makhluk-Nya sia-sia (tanpa tugas dan tanggung jawab). Hal ini sebagaimana Allah tidak menciptakan manusia dengan tiada guna.

Penciptaan laki-laki dan perempuan dengan garis jalan kehidupan masing-masing dan jaminan kelestarian dan perkembangannya dengan jalan keturunan tidak ada yang kebetulan. Jika terjadi secara kebetulan, niscaya tidak akan terjadi kesesuaian dan keteraturan di alam semesta. Karenanya, semua ini ada kuasa Allah yang memiliki hikmah dan tujuan di balik penciptaan tersebut.

Usaha Manusia Beraneka Macam

Mayoritas ulama tafsir seperti Wahbah al-Zuhaili (30/557) menerangkan fenomena siang-malam dan lelaki-perempuan menjadi bingkai untuk menjelaskan hakikat amal dan balasannya di dunia dan di akhirat. Allah bersumpah dengan kedua hal itu untuk menegaskan bahwa usaha manusia itu bermacam ragam, hingga balasan dari setiap usaha itu pun beragam. Hal ini sebagaimana disinggung dalam surah Al-Lail ayat 4, “Sungguh, usahamu memang berbeda-beda.”

Dalam Tafsir as-Sya’rawi (15/323) diterangkan, perbedaan tersebut ialah dalam hakikat, berbeda dalam visi, misi, dan motivasi, hingga berbeda pula dalam hasil. Manusia memiliki karakter yang berbeda satu sama lain, berbeda sumber pendapatannya, berbeda sudut pandangnya, berbeda pula sudut perhatiannya, hingga seakan-akan tiap individu manusia itu hidup di alam yang khusus di planet yang khusus baginya.

Baca juga: Keunikan dan Rahasia Lailatulqadar

Menurut Sayyid Qutb bahwa manusia memiliki karakter, pemikiran, dan cita-cita yang beragam, sehingga kemungkinan untuk terjadinya perbedaan sangat besar (Tafsir fi Zhilalil Quran, 30/287). Setiap orang diberikan kebebasan untuk menempuh jalan sesuai dengan pilihannya. Allah sebagai Sang Pencipta yang maha adil akan mengantarkan hamba-Nya pada jalan yang mereka inginkan, baik itu dengan kemudahan maupun dengan kesukaran.

Akan tetapi, setiap orang yang mengikuti suatu satu jalan yang dipilihnya akan meraih konsekuensinya. Yang baik tidak akan sama dengan yang buruk, yang mendapat hidayah tidak sama dengan yang memilih kesesatan. Yang reformis tidak sama dengan perusak, tidak sama antara dermawan yang takwa dengan orang yang pelit dan angkuh. Dan yang jujur dan menenteramkan tidak sama dengan pendusta dan menakutkan, sebagaimana telah ditegaskan di ayat selanjutnya dalam surah Al-Lail. Wallah a’lam bis-shawwab.[]

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU