Mengenalkan suatu ilmu hanya lewat pengertian adalah cara pengenalan secara global. Pengenalan yang diperolehnya juga hanya secara umum. Para ulama memiliki cara lain untuk mengenalkan suatu ilmu secara lebih mendetail. Salah satunya yaitu dengan mengenalkan 10 dasar penting suatu ilmu atau lebih dikenal dengan Mabadi’ ‘Asyrah. Berikut perincian 10 dasar penting Ilmu Tafsir.
10 Dasar Penting Ilmu Tafsir
Beberapa ulama di mukadimah beberapa fan kitab, mengenalkan Mabadi’ ‘Asyrah untuk memudahkan pemula mengenal fan ilmu yang akan dibahas oleh kitab tersebut. Salah satunya adalah Imam As-Shaban; pengarang Hasyiyah As-Shaban atas Syarah Asymuni ‘Ala Alfiyah Ibn Malik. Imam As-Shoban menyusun syair berikut:
إِنَّ مَبَادِئَ كُلِّ عِلْمٍ عَشْرَةٌ *** اَلْحَدُّ وَالْمَوْضُوْعُ ثُمَّ الثَّمْرَةُ
وَنِسْبَةٌ وَفَضْلَةٌ وَالْوَاضِعُ *** وَالْاِسْمُ الْاِسْتِمْدَادُ حُكْمُ الشَّارِعُ
مَسَائِلُ وَ الْبَعْضُ بِالْبَعْضِ اكْتَفَى *** وَ مَنْ دَرَى الْجَمِيْعَ حَازَ الشَّرَفَا
“Sesungguhnya dasar tiap ilmu ada sepuluh, *** yaitu pengertian, objek kajian dan kegunaan”
“Posisi, keutamaan, peletak, *** nama, sumber penggalian, dan hukum mempelajari”
“Serta gambaran sekilas masalah yang dipelajari. Sebagian orang mengambil cukup sebagian dari 10 dasar tersebut. *** Dan siapa yang mengerti keseluruhannya, maka ia memperoleh kemuliaan”
Baca juga: Ulumul Quran: Asal Usul dan Sinonimitas Kata Alquran
Mengacu keterangan kitab Faidul Khabir, berikut 10 dasar penting Ilmu Tafsir (Faidul Khabir/9):
Pertama, pengertian, yakni adalah ilmu yang membahas berbagai hal dari Al-Quran. Mulai dari proses penurunan, proses penyampaian, lafadz serta selainnya.
Kedua, objek kajian. Objek kajian Ilmu Tafsir adalah Al-Quran. Hal ini sedikit berbeda dengan berbagai kajian tafsir di dunia akademik yang menjadikan kitab tafsir sebagai objek kajian Ilmu Tafsir. Bahkan mulai berkembang jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, yang seakan mulai membedakan mana yang fokus terhadap Al-Quran dan mana yang fokus terhadap kitab tafsir.
Ketiga, manfaat mempelajari. Yakni dapat digunakan untuk memahami makna Al-Quran dan mengamalkannya.
Keempat, posisi di antara ilmu yang lain. Ilmu Tafsir termasuk ilmu agama dan bahkan pemimpin para ilmu. Hal ini dikarenakan Ilmu Tafsir digunakan untuk memahami Al-Quran yang merupakan sumber utama ajaran Islam.
Kelima, keutamaan ilmu tersebut. Ilmu Tafsir adalah ilmu yang paling utama sebab digunakan untuk mempelajari Al-Quran. Dan tidak ada satupun ilmu agama yang tidak merujuk terhadap Al-Quran.
Baca juga: Pro Kontra Munasabah Al-Quran dan Cara Menyikapinya
Keenam, penggagas ilmu tersebut. Penggagas Ilmu Tafsir adalah Allah ta’ala dan Nabi Muhammad. Hal ini melihat bahwa benih-benih Ilmu Tafsir sudah ada dalam Al-Quran dan hadis.
Ketujuh, nama ilmu tersebut. Dinamai Ilmu Tafsir dan ada juga yang menamai Ilmu Usul Tafsir.
Delapan, sumber pengambilan ilmu tersebut. Sumber pengambilan Ilmu Tafsir adalah Al-Qur’an sendiri, hadis serta berbagai karya sastra Arab.
Sembilan, hukum mempelajari ilmu tersebut. berdasar keterangan Imam As-Suyuthi, mempelajari ilmu tafsir hukumnya fardhu kifayah (Al-Itqan/2/495)
Sepuluh, gambaran secara umum dari hal-hal yang dibahas dalam ilmu tersebut. Yaitu hukum-hukum syariat, aqidah, serta perumpamaan dan nasihat-nasihat dari Al-Quran.
Muhammad ibn Alawi Al-Maliki dalam kitab Faidul Khabir selain menerangkan hal-hal di atas, juga menerangkan pentingnya mempelajari Ilmu Tafsir. Mengutip dari Imam Al-Alusi, Ilmu Tafsir amat penting sebab menjadi jalan memahami syariat Islam yang termaktub dalam Al-Quran. Dalam memahami Al-Qur’an, seseorang tidak bisa mengabaikan Ilmu Tafsir (Faidul Khabir/10).
Baca juga: Selisih Keutamaan Antar Ayat dan Surat dalam Al-Quran, Benarkah Ada?
Para sahabat nabi saja, sebagai orang Arab yang amat mengenal Bahasa Arab dengan berbagai dinamika keilmuannya, sering bertanya kepada Nabi Muhammad mengenai makna Al-Quran. Mereka sering tidak bisa memahami bahkan salah faham terhadap makna Al-Quran. Sebagaimana kasus ‘Adiy ibn Hatim terkait ayat yang menyebut perihal al-khait al-abyad dan al-aswad. Bila sahabat Nabi saja kesulitan dan membutuhkan penjelasan dalam memahami Al-Quran, apalagi kita yang notabene tidak menguasai Bahasa Arab? Wallahu a’lam[]