Dalam kajian Ulumul Quran, ada pembahasan terkait makki dan madani. Yakni, ayat-ayat mana saja yang termasuk makki dan madani. Pengetahuan akan hal ini sangatlah penting dikala menafsirkan Alquran. Dengan menelisik, apakah ayat tersebut termasuk dalam makkiyah atau madaniyah, maka akan membantu untuk mengetahui keadaan sosial, politik dan lainnya.
Ilmu tentang makkiyah dan madaniyah termasuk dalam salah satu ilmu yang mulia. Sebagaimana yang dituliskan oleh Abu al-Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib an-Nisaiburi dalam kitabnya at-Tanbih ‘ala Fadhli ‘Ulumil Qur’an.
“Di antara ilmu-ilmu Alquran yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzulul Qur’an, urutan turunnya di Mekkah dan Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tapi hukumnya Madinah, dan sebaliknya. Dan, yang diturunkan di Mekkah tapi tentang penduduk Madinah, tau sebaliknya…”
Dalam kitab al-Burhan fi ‘Ulumil Qur’an, Az-Zarkasyi menjelaskan, bahwa ada tiga definisi terkait ayat makkiyah dan madaniyah yakni berdasarkan tempat, waktu dan kandungan mukhaththabnya. Pertama, ayat makkiyah adalah ayat yang diturunkan di Mekkah, sedangkan ayat madaniyah adalah ayat yang diturunkan di Madinah.
(Baca Juga: Pesan Az-Zarkasyi bagi Para Pengkaji Ilmu Al Quran)
Kedua, ayat makkiyah adalah ayat yang diturunkan sebelum hijrah sekalipun turun di Madinah, dan ayat madaniyah adalah ayat yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun diturunkan di Mekkah. Ini adalah pendapat yang paling masyhur. Dan, yang ketiga adalah ayat-ayat makkiyah memiliki khithab untuk penduduk Mekkah, dan ayat madaniyah memiliki khithab untuk penduduk Madaniyah.
Seperti pendapat dari Ibnu Mas’ud, mayoritas penduduk Mekkah adalah orang kafir, maka khithab yang digunakan adalah yaa ayyuhan naas. Sekalipun, ada di antaranya adalah orang Islam. Sedangkan di Madinah, mayoritas adalah orang mukmin, maka khithabnya menggunakan yaa ayyuhalladziina aamanuu. Meskipun, ada juga di antaranya orang kafir.
Namun, dalam satu surat tidak selalu seluruhnya mengandung ayat makkiyah atau pun madaniyah. Terkadang, ayat madaniyah ada dalam surat makkiyah. Yang salah satu cirinya yaitu ayatnya berkaitan dengan hukum atau syariat. Sebagaimana dalam surat an-Najm ayat 32, “mereka yang menjauhi dosa-dosaa besar” bahwa setiap dosa konsekuensinya adalah neraka. “dan perbuatan keji” yaitu setiap dosa ada batasannya. “kecuali kesalahan-kesalahan kecil” maksudnya, ada di antara dua batasan dari dosa-dosa.
Ada juga, ayat makkiyah yang berada dalam surat madaniyah. Salah satu cirinya adalah ayat-ayat makkiyah bercerta tentang orang-orang musyrik. Sebagaimana dalam surat al-Anbiya’ ayat 17, di mana ayat ini diturunkan kepada kaum Nasrani di Najran. Dan, surat al-‘Adiyat ayat 1, serta surat al-Anfal ayat 32.
Ada dua cara untuk mengalisis, apakah termasuk dalam makkiyah atau madaniyah. Prtama, dengan cara sima‘i. Yaitu, melalui riwayat shahih yang berasal dari sahabat, yang sezaman dengan saat diturunkannya wahyu serta menyaksikan secara langsung proses turunnya.
Atau, melalui riwayat dari tabi’in yang menerima dan mendengar langsung dari sahabat tentang bagaimana wahyu turun, tempat dan kejadiannya. Dan, memang sebagian besar cara penentuan makkiyah-madaniyyah dengan cara ini.
Kedua, qiyasi. Yaitu, dengan cara meneliti dan menelusuri seluruh ayat dan surah, kemudian diambil kesimpulan menyangkut karakteristik makkiyah-madaniyyah. Metode ini menelusuri dan mendata apa saja karakteristik ayat atau surah makkiyah dan apa saja karakteristik ayat atau surah madaniyyah. Jika dalam sebuah surah makkiyah terdapat ayat yang memiliki karakter madaniyyah atau mengandung petunjuk bahwa ayat itu turun di Madinah maka mereka (para ulama) menyebut ayat itu sebagai madaniyyah. Dan, begitu pula sebaliknya.
Dalam penjelasan az-Zarkasyi, ada 85 surat yang termasuk Makkiyah dan 29 surat Madaniyah. Berikut uraiannya;
1) Al-Alaq; 2) Nun; 3) Al-Muzammil; 4) Al-mudatsir; 5) Al-Lahab; 6) At-Takwir; 7) Al-A’la; 8) Al-Lail; 9) Al-fajr; 10) Ad-dhuha; 11) Al-Insyirah; 12) Al-‘asr; 13) Al-‘adiyat; 14) Al-kautsar; 15) At-takatsur; 16) Al-Ma’un; 17) Al-kafirun; 18) Al-Fil; 19) Al-Falaq; 20) An-Nas; 21) Al-Ikhlas; 22) An-Najm; 23) ‘Abasa; 24) Al-Qadr; 25) Asy-Syams; 26) Al-Buruj; 27) At-Tin; 28) Al-Quraisy; 29) Al-Qari’ah; 30) Al-Qiyamah; 31) Al- Humazah; 32) Al-Mursalat; 33) Qaf; 34) Al-Balad; 35) At-Thariq; 36) Al-Qamar; 37) Shad; 38) Al-a’raf; 39) Al-Jin; 40) Yaasin; 41) Al-Furqon; 42) Fatir; 43) Maryam; 44) Thaha; 45) Al-Waqi’ah; 46) Asy-Syu’ara; 47) An-Naml; 48) Al-Qasas; 49) Al-Isra; 50) Yunus; 51) Hud; 52) Yusuf; 53) Al-Hijr; 54) Al-An’am; 55) Ash-Shaffat; 56) Luqman; 57) Saba; 58) Az-Zumar; 59) Al-Mu’min; 60) Fussilat; 61) Asy-Syura; 62) Az-Zukhruf; 63) Ad-Dukhan; 64) Al-Jatsiyah; 65) Al-Ahqaf; 66) Adz-Dzariyat; 67) Al-Ghasyiyah; 68) Al-Kahf; 69) An-Nahl; 70) Nuh; 71) Ibrahim; 72) Al-Anbiya; 73) Al-Mu’minun; 74) As-Sajdah; 75) At-Thur; 76) Al-Mulk; 77) Al-Haqqah; 78) Al-Ma’arij; 79) An-Naba; 80) An-Nazi’at; 81) Al-Infithar; 82) Al-Insyiqaq; 83) Ar-Rum.
Ada beberapa perbedaan dalam akhir surat yang turun di Mekkah. Menurut Ibnu ‘Abbas surat yang terakhir turun di Mekkah yaitu surat Al-‘Ankabut. Menurut adh-Dhahak dan ‘Atha’ adalah Al-Mu’minun. Sedangkan, menurut Mujahid yakni surat Al-Muthafifin.
Dan, 29 surat Madaniyah yakni; Al-Baqarah, Al-Anfal, ‘Ali-Imran, Al-Ahzab, Al-Mumtahanah, An-Nisa, Al- Zalzalah, Al-Hadid, Muhammad, Ar-rad’u, Ar-Rahman, Al-Insan, Ath-Thalaq, Al- Bayyinah, Al-Hasyr, An-Nashr, An-Nur, Al-Hajj, Al-Munafiqun, Al-Mujadalah, Al-Hujurat, At-Tahrim, As-Shaff, Al-Jumu’ah, At-Taghabun, Al-Fath, At- Taubah, Al-Maidah, dan Al-Mutoffifin. Demikianlah penjelasan terkait makki dan madani. []