Belajar Al-Quran melalui tulisan latin tidaklah salah. Namun terdapat kelebihan dan kekurangannya. Tulisan ini tidaklah ingin mengejek sebagian umat muslim yang kebetulan tidak sempat belajar membaca Al-Quran, sehingga amat bergantung kepada Al-Quran yang ditulis dengan tulisan latin.
Tidak juga hendak membahas tentang hukum menulis maupun membaca Al-Quran dengan tulisan latin. Belajar membaca tulisan arab memang tidak bisa sekali langsung bisa. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, bergantung keadaan serta kesempatan si pelajar.
Tulisan ini hanya hendak menginformasikan dibalik Al-Quran dengan tulisan latin, ada kelebihan-kelebihan dan kekurangan. Harapannya, pembaca yang sudah bisa membaca tulisan Arab dan merasa asing dengan Al-Quran latin, bisa tahu keadaan orang yang biasa menggunakan Al-Quran dengan tulisan latin. Dan bagi pembaca yang terbiasa membaca Al-Quran dengan tulisan latin, bisa lebih “semangat” belajar Al-Quran dengan tulisan Arab atau setidaknya bisa lebih antisipatif.
Al-Quran tulisan latin dapat mendekatkan umat muslim yang belum bisa membaca tulisan arab terhadap Al-Quran. Mereka, misalnya, bisa menghafal bacaan salat lewat Al-Quran yang dilengkapi tulisan latin. Namun, ada banyak hal juga dari Al-Quran yang tak bisa kita nikmati dengan tulisan latin. Ada banyak hal yang hilang dari Al-Quran tulisan latin. Dan yang hilang ini nilainya jauh dari kemudahan yang bisa kita peroleh dari Al-Quran tulisan latin.
Mereka Yang Terpaksa Menggunakan Tulisan Latin
Setiap umat muslim tentunya memiliki keinginan dapat membaca tulisan Arab dengan baik dan benar. Namun, tidak semuanya memperoleh keinginan tersebut. Salah satunya umat muslim yang baru masuk Islam atau mukalaf. Selain itu, umat muslim yang kebetulan tidak memperoleh pendidikan Islam dengan baik sejak kecil. Keduanya, tatkala ingin bisa membaca Al-Quran bersama usia mereka yang sudah dewasa, tentu akan terbantu dengan Al-Quran tulisan latin. Terlebih saat berada di tengah-tengah majlis rutinan semacam Majlis Yasinan.
Baca juga: Inilah Karakteristik dan Keunikan Tulisan Mushaf Al-Quran
Maka menjamurlah semacam buku saku yang berisi bacaan tahlil serta Surat Yasin yang dilengkapi tulisan latin. Selain itu, menjamur pula buku yang memuat Juz Amma yang dilengkapi tulisan Arab dan latin. Kebutuhan akan doa-doa juga mendorong penyedia website keislaman, mendorong penulisnya mencantumkan tulisan latin pada setiap ayat Al-Quran dan bacaan doa yang dicantumkan. Tujuannya yang paling utama adalah memudahkan pembacanya yang tidak bisa membaca tulisan Arab, untuk menghafal, mengamalkan, maupun mendiskusikan ayat yang baru mereka baca.
Ketidakmampuan membaca tulisan arab serta keterbatasan kesempatan untuk belajar, adalah alasan utama mengapa Al-Quran tulisan latin tetap banyak dibutuhkan. Ini barangkali bisa menjadi pertimbangan bagi yang sudah bisa membaca tulisan Arab dengan baik, untuk lebih toleran terhadap yang yang masih belum bisa membaca tulisan Arab. Yang dibutuhkan problem ini adalah solusi, bukan kekerasan dalam bertindak dan bersikap.
Hal ini berbeda dengan kasus anak-anak usia sekolah dasar yang lebih gemar belajar Al-Quran lewat tulisan latin. Untuk anak-anak yang masih berada di bangku sekolah, masih banyak kesempatan untuk belajar membaca tulisan Arab. Maka sudah seyogyanya para guru dan orang tua, menjauhkan mereka dari Al-Quran tulisan latin.
Yang Hilang dari Al-Quran Latin
Namun, kelebihan yang diperoleh dari Al-Quran tulisan latin juga disertai beberapa problem. Penggemar Al-Quran tulisan latin tidak bisa mengeja dengan benar bacaan panjang dan pendek lafad-lafad dalam Al-Quran. Meski ada strategi menandai mana bacaan panjang dan mana bacaan pendek dengan menambahkan jumlah huruf vocal, tapi hal itu tetap tidak bisa menunjukkan secara tempat panjang suatu huruf.
Apabila panjang satu alif bisa ditandai dua huruf vocal, seperti بَابٌ ditulis baabun, maka bagaimana panjang dua alif atau bahkan satu alif setengah? Semisal lafad جَاءَ apakah ditulis jaa-a, atau jaaa-a? Belum lagi bacaan-bacaan yang tak lazim, seperti bacaan isymam atau mengucapkan huruf dengan bibir mengerucut. Sebagaimana lafad لَا تَأْمَنَّا yang terdapat dalam Surat Yusuf ayat 11 apakah ditulis laa tak maunna? Atau ditulis man-unna? Atau bacaan Tashil seperti lafad أَأَعْجَمِيٌّ apakah ditulis aajamiy, atau ditulis aha’jamiy?
Baca juga: Mengetahui Spesifikasi Tiga Mushaf Al Quran Standar Indonesia
Tidak ketinggalan dalam soal makhraj huruf. bagaimana mengucapkan makhraj huruf ج yang tepat? Padahal dalam kaidah makhraj, huruf ج diucapkan tanpa adanya angin yang keluar dari mulut. Lalu bagaimana dengan makhraj huruf ت yang dalam ketentuannya ada desisnya. Apakah ditulis ta, tha, atau etha? Problem-problem ini menjadi agak serius mengingat ada diantara akibatnya adalah kemungkinan merubah lafal yang seharusnya, yang juga berdampak pada perubahan makna.
Walhasil, menjaga Al-Quran adalah tugas semua umat muslim. Dan bersikap toleran pada yang masih belajar Islam maupun yang pengetahuan Islamnya masih dangkal, Juga merupakan ajaran Nabi Muhammad saw. Bagi yang belum bisa membaca tulisan arab, meski sekarang masih menggunakan Al-Quran latin, maka jangan berhenti untuk belajar membaca Al-Quran tulisan Arab dengan baik dan benar. Dan bagi yang sudah bisa, bantulah yang belum bisa dengan ramah serta mendekatkan mereka pada Islam bukan malah sebaliknya. Wallahu A’lam.