BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranJalan Panjang Penelitian Manuskrip Sana’a (Bagian 2)

Jalan Panjang Penelitian Manuskrip Sana’a (Bagian 2)

Kali ini penulis hendak meringkas alur penelitian manuskrip Sana’a sejak dekade 1980-an dan perkembangannya hingga hari ini. Pada awal penemuannya di tahun 1972, penelitian atas manuskrip Sana’a berjalan cukup lambat. Baru pada milenium ketiga pembacaan kritis internal teks menjadi signifikan.

Media dan Manuskrip

Sejak awal penemuannya hingga tahun 2002, penelitian tentang manuskrip Sana’a berjalan sangat lambat lantaran akses untuk mendapatkan kopian manuskrip sangat terbatas. Para sarjana Barat hanya mampu menggunakan folio-folio yang tersebar di tempat-tempat pelelangan.

Di luar dari dunia akademik, media mengeluarkan isu-isu yang tidak pantas tentang penerimaan umat muslim terhadap eksistensi manuskrip Sana’a. Pada akhir dekade 1990-an, muncul anggapan bahwa pemerintah Yaman membatasi dan menekan tim peneliti dari Jerman untuk tidak menyebarluaskan hasil riset mereka.

Toby Lester dari The Atlantic, saat mewawancarai Gerd-R. Puin, menulis kalimat “detailed examinationis something the Yemeni authorities have seemed reluctant to allow” yang bagi M.M. Azami nampak “memicu sensasi yang menyenangkan dan juga luapan kemarahan yang mendalam mengenai karya Puin.

Media Barat nampaknya cukup trauma dengan fatwa mati bagi Salman Rushdie dan persekusi terhadap Nasr Hamid Abu Zayd. Mereka memosisikan pemerintah Yaman sebagaimana saat Gereja Katolik menghukum Galileo Galilei.

Padahal faktanya tidak demikian. Gerd-R. Puin sendiri membantah posisi media Barat dalam suratnya kepada Qādī al-Akwa. Ditambah, penerimaan pemerintah Yaman di tahun-tahun berikutnya nampak berkebalikan dari asumsi media; sangat menerima dan suportif terhadap sarjana Barat sebagaimana dijelaskan oleh Sadeghi-Goudarzi (2012: 34-36).

Misalnya, Sergio Noseda dan Alba Fedeli dalam proyek yang dikenal dengan Amari Project berhasil mendapatkan izin dari Presiden Yaman untuk memotret folio DAM 01-27.1 di Sana’a. Selain itu Ursula Dreibholz yang ditugaskan sebagai kepala konservator oleh pemerintah Yaman menolak klaim Lester dan mengatakan bahwa pemerintah Yaman sangat suportif.

Baca juga: Mengenal Sejarah Manuskrip Sana’a (Bagian 1)

Penelitian atas Manuskrip

Pada tahun 2003, di tempat dan waktu yang terpisah, Yasin Dutton, Sergio Noseda, dan Alba Fedeli mempublikasikan hasil penelitian mereka terhadap manuskrip ini. Masing-masing meyakini bahwa manuskrip Sana’a berasal dari setidaknya paruh kedua abad pertama Hijriyah.

Berdasarkan dua folio dari Bonhams 2000 dan David 86/2003, Fedeli membaca scriptio inferior dan menemukan bahwa bacaan dalam manuskrip ini berbeda dengan bacaan mushaf yang saat ini tersedia, dan dekat dengan bacaan Ibn Mas’ud. Namun dia enggan untuk segera mengatakan bahwa ini adalah mushaf Ibn Mas’ud mengingat data yang dia dapatkan sangat sedikit.

Dunia Barat bukan satu-satunya yang meneliti manuskrip Sana’a. Razān Ghassan Ḥamdūn juga meneliti 40 folio yang tersedia di Perpustakaan Timur atau al-Maktaba al-Sharqiyya di Sana’a. Dia melakukan kajian filologis dan kebahasaan dari scriptio superior yang lebih mudah diakses baginya, menggunakan gambar-gambar yang diberikan oleh ayahnya Profesor Ghassan Hamdoun.

Yang cukup menarik adalah Razān sama sekali tidak menyadari signifikansi penelitiannya. Para peneliti Barat pun tidak tahu dengan penelitian yang Razān lakukan. Di kemudian hari, diketahui bahwa manuskrip yang dia kaji ternyata adalah satu bundel yang sama dengan yang tersedia di Dār al-Makhṭūtāt atau DAM 01-27.1.

Pada tahun 2009, Stanford University mengadakan konferensi berjudul Evidence for the Early History of the Qur’an yang mendiskusikan manuskrip-manuskrip awal Alquran. Asma Hilali mendiskusikan aspek filologi dan kebahasaan, sementara Behnam Sadeghi melakukan pembacaan kritis terhadap Sotheby 1993 atau Stanford 2007 dan hasil penanggalan radiokarbonnya.

Di tempat yang berbeda, Elisabeth Puin, istri dari Gerd-R. Puin, juga melakukan kajian atas manuskrip DAM 01-27.1 dan meragukan bahwa Sotheby 1992/David 86/2003 dan Sotheby 1993/Stanford 2007 merupakan bagian dari bundel yang sama.

Progres Penelitian

Hasil penelitian Sadeghi bersama Uwe Bergmann kemudian diterbitkan dalam jurnal Arabica Brill dengan judul The Codex of a Companion of the Prophet and the Qurʾān of the Prophet pada tahun 2010. Di tahun yang sama, Elisabeth Puin, juga menerbitkan hasil penelitiannya menggunakan kopian yang disimpan oleh sang suami di bawah judul Ein früher Koranpalimpsest aus Ṣanʿāʾ (DAM 01-27.1). Teil III: Ein nicht-ʿuṯmānischer Koran.

Selain keduanya, Asma Hilali, menggunakan bahan yang sama dari papernya saat konferensi setahun sebelumnya. Dia menerbitkan jurnal berjudul Le palimpseste de Ṣanʿā’ et la canonisati on du Coran: nouveaux éléments. Ketiga sarjana tersebut secara tajam menganalisis teks bawah dan mengurai beragam perbedaannya dengan mushaf Utsmani yang kanonik.

Dua tahun kemudian, Sadeghi, kali ini dengan Mohsen Goudarzi, menuliskan dan memberikan informasi berharga yang sangat membantu kita akan rekonstruksi tulisan scriptio inferior manuskrip ini, melalui jurnal berjudul Ṣan‘ā’ 1 and the Origins of the Qur’ān.

Pada tahun-tahun berikutnya, Asma Hilali masih bergelut dengan manuskrip Sana’a  dan menghasilkan banyak karangan tentangnya. Di antaranya berbentuk tulisan jurnal berjudul Was the Ṣanʿāʾ Qurʾān Palimpsest a Work in Progress?, The Writing Process in a 7th Century Qur’an Manuscript, maupun buku The Sanaa Palimpsest: The Transmission of the Qur’an in the First Centuries AH.

Penelitian terakhir berkaitan dengan codex ini dilakukan oleh Éléonore Cellard pada tahun 2021 dengan judul The Sanʿaʾ Palimpsest: Materializing the Codices yang dengan baik merekonstruksi kemungkinan proses penyusunan dan penjilidan lembar-lembar manuskrip. Ini nampak sepele namun penting agar mampu membuat gambaran tentang susunan surat maupun ayat–agar tidak taken for granted dari sumber-sumber literatur yang sudah ada sebelumnya. Allahu a’lam.

Baca juga: Genealogi Kajian Tafsir di Kawasan Yaman: Masa Nabi dan Sahabat (1)

Muhamad Raa
Muhamad Raa
Alumnus Universitas Muhammadiyah Jakarta. Peminat kajian Alquran, Hadis, Syiah, dan Ushul Fikih.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU