BerandaKisah Al QuranKisah Al-Quran tentang Tiga Bangsa Besar yang Dimusnahkan

Kisah Al-Quran tentang Tiga Bangsa Besar yang Dimusnahkan

Kisah tentang tiga bangsa besar berikut peradabannya yang dibinasakan oleh Allah Swt adalah sekelumit kisah Al-Quran yang banyak dilupakan. Kisah tersebut diingatkan kembali oleh Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar pada khutbah iftitah (pidato pembuka) dalam rangka memperingati Harlah (hari lahir) NU ke-98 di Masjid Istiqlal Jakarta pada 16 Rajab 1442 H bertepatan dengan Sabtu tanggal 2 Februari 2021 kemarin. Pidato Kiai Miftach ini diunggah di channel YouTube NU Online bertajuk Bangsa yang Dihancurkan dalam Al-Quran-Pidato Iftitah Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.

“Kebesaran yang pernah terjadi di dunia ini. Hadharah atau peradaban yang pernah mengemuka, hanya karena sebuah kesalahan, atau dua kesalahan, atau tiga kesalahan, mereka bisa hancur berkeping-keping.” Begitulah Kiai Miftah memulai berkisah. Ia kemudian melanjutkan kisahnya dengan mengutip QS. Al Fajr [89]: 6-14:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (6) إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ (7) الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ (8) وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ (9) وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ (10) الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ (11) فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ (12) فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13) إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (14)

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Ad? Yaitu penduduk Iram yang memiliki bangunan-banguan menjulang tinggi, yang belum pernah dibangun seperti itu di bangsa-bangsa lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan kaum Fir’aun yang memiliki pasak-pasak, yang berbuat sewenang-wenang dalam bangsa. Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam bangsa itu. Karena itu, Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab.”

Dalam QS. Al Fajr [89] ayat 6 sampai 14 di atas, disebutkan bangsa-bangsa yang hancur adalah kaum ‘Ad, kaum Tsamud dan kaum Firaun. Kisah tiga bangsa besar ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Arab ketika QS. Al Fajr [89]: 6-14 diturunkan kepada mereka. Kaum ‘Ad dan Tsamud masing-masing bertinggal di tanah Arab. Peristiwa kehancuran kedua kaum ini mereka dengar secara mutawatir dari generasi ke generasi. Al-Quran juga telah memberitakan puing-puing kehancuran yang dialami dua kaum ini dalam QS. Al Ankabut [29]:38. Begitupun kisah kebinasaan Fir’aun dan bala tentaranya. Demikian masyhurnya berita tentang kehancuran bangsa-bangsa besar itu, seolah mereka menyaksikan sendiri bagaimana kejadiannya.

Baca Juga: Pandangan Muhammad Ahmad Khalafullah Tentang Kisah Al-Quran

Kaum ‘Ad, Kaum Tsamud dan Kaum Fir’aun

Pertama, kisah tentang kaum ‘Ad. Menurut keterangan Al-Qurtubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, kaum ‘Ad merupakan kabilah dari suku bangsa Arab keturunan ‘Ad bin ‘Aus bin Iram bin Syalikh bin Arfakhsyaz bin Sam bin Nuh. Rasul yang diutus di tengah-tengah kaum ‘Ad adalah Nabi Hud AS, yang masih satu garis keturunan dengan mereka. Mereka hidup pada kisaran tahun 2450-2320 SM. Al-Baqi dalam Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim mencatat, kata ‘Ad dengan arti kaum ‘Ad terulang sebanyak 24 kali dalam Al-Quran.

Kaum ‘Ad adalah bangsa yang hebat. Mereka punya potensi dan juga kekuatan besar. Di antara yang mereka miliki adalah sumber daya alam melimpah seperti yang disebutkan dalam QS. Al Syu’ara [26] :132-134. Modal sumber daya alam dan didukung dengan sumber manusia yang maju, membuat kaum ‘Ad berambisi menjadi bangsa super power dengan peradaban yang kokoh. Ambisi itu mereka ejawantahkan dengan membangun kota Iram yang begitu menakjubkan dengan berbagai infrastrukturnya dan istana megah dengan tonggak-tonggak besar yang tak ada tandingannya. Dengan segala potensi-potensi itulah, mereka mampu membuat kemajuan dalam bidang tata bangunan.

Kisah kedua adalah tentang kaum Tsamud. Mereka merupakan suatu bangsa yang datang menggantikan kaum ‘Ad. Sama seperti kaum ‘Ad, kaum Tsamud pun memiliki kekuatan dan pengelolaan sumber daya yang mapan (QS. Al A’raf [7]:74). Nama Tsamud dinisbatkan kepada salah seorang leluhur mereka, yaitu Tsamud bin Amid bin Iram. Nama lain dari Tsamud adalah Ashab al-Hijr.

Muhammad Bayumi Mahran dalam Dirasah Tarikhiyyah min al-Qur’an al-Karim fi Bilad al-‘Arab menjelaskan, kisah tentang kaum Tsamud lebih banyak diberitakan secara detail dalam kitab-kitab sebelum Al-Qur’an. Mereka hidup kira-kira sekitar abad ke-8 SM. Nabi Salih AS adalah rasul yang diutus kepada mereka untuk mendakwahkan tauhid. Selain memiliki kekuatan fisik, kaum Tsamud juga mahir di bidang seni pahat. Karena itu, mereka bisa memotong batu-batu besar di lembah untuk dijadikan tempat tinggal. Dengan kemampuan seni memahat, mereka mengukir relief-relief cantik di dinding istana-istana mereka.

Kisah yang terakhir yaitu tentang Fir’aun dan para pengikutnya. Nama Fir’aun adalah gelar yang disandangkan kepada para raja Mesir. Sementara yang dimaksud dalam QS. Al Fajr [89]: 10 adalah raja pada masa Nabi Musa AS, atau yang lebih dikenal dengan sebutan raja Ramses II. Al-Quran menyebut kata Fir’aun sebanyak 74 kali. Menurut Sa’id Muhammad dalam Asbab Halak al-Umam al-Salifah Kama Waradat fi al-Qur’an al-Karim, kisah seputar Fir’aun merupakan kisah yang paling sering diceritakan oleh Al-Quran dibandingkan dengan kisah-kisah yang lain.

Konon, Fir’aun memiliki pasukan dengan jumlah banyak, kuat dan solid. Ia berhasil menciptakan peradaban yang tak kan terlupakan oleh orang-orang yang hidup setelahnya. Kesuksesan Fir’aun ditopang oleh para teknokrat handal di bawah komando Haman. Tidak hanya itu, ia juga memiliki pakar ekonom, ahli futurologi, peramal dan ahli sihir yang semuanya membantu Fir’aun menyulap Mesir menjadi salah satu bangsa yang disegani.

Baca Juga: Hikmah Kisah-kisah dalam Al-Quran menurut Manna’ Al-Qaththan

Belajarlah dari Kisah Umat Terdahulu

Ada beberapa sebab mengapa tiga bangsa besar itu dimusnahkan oleh Allah SWT. “Kezaliman, ini pangkal kehancuran. Yang kedua al-tuqhyan, sewenang-wenang, penekanan-penekanan tanggan besi. Yang ketiga al-fasad, kerusakan. Merusak ini bukan menghancukan bangunan, tetapi mengisi kemaksiatan, memperbanyak kedurhakaan, mungkarat dan sebagainya. Yang keempat al-istikbar, kesombongan. Semua tadi telah diungkapkan dalam surah Al Fajr.” Kiai Miftach memungkas kisahnya.

Dari pernyataan Kiai Miftach ini, kita mengerti bahwa sebab dimusnahkannya tiga bangsa besar umat terdahulu itu adalah karena empat hal; kezaliman, arogansi, vandalisme, dan kesombongan. Kita sebagai generasi penerus dari bangsa yang besar ini, Indonesia dengan segala peradaban yang ada di dalamnya, harus belajar dari tragedi pemusnahan kaum ‘Ad, kaum Tsamud dan kaum Fir’aun serta semua peradaban maju dari kaum-kaum itu. Semoga kita bisa memetik hikmah dari kisah-kisah ini dan menjadikannya sebagai pelajaran untuk terus berbenah diri demi keutuhan dan keselamatan bangsa tercinta. Amin.

Wallahu a’lam 

Fawaidur Ramdhani
Fawaidur Ramdhani
Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dan Dosen Ma’had Ali UIN Sunan Ampel Surabaya. Minat pada kajian tafsir Al-Quran Nusantara, manuskrip keagamaan kuno Nusantara, dan kajian keislaman Nusantara
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...