BerandaTafsir TematikKisah Kelahiran Nabi Ishaq dalam Al-Quran

Kisah Kelahiran Nabi Ishaq dalam Al-Quran

Kisah Nabi Ishaq telah beberapa kali disebutkan dalam Al-Quran. Terdapat tiga surat yang menjelaskan tentang kisah Nabi Ishaq yaitu surat Hud ayat 69-74, surat Adz-Dzariyat ayat 24-30, surat Shad ayat 45-47. Dalam surat-surat tersebut, pembahasan mengenai Nabi Ishaq kebanyakan adalah menyangkut kelahirannya. Tulisan ini akan menceritakan kisah kelahiran Nabi Ishaq dalam Al-Quran.

Kisah kelahiran Nabi Ishaq ini begitu unik. Kelahiran Nabi Ishaq pada awalnya dianggap suatu yang sulit dan mustahil. Ibu Nabi Ishaq, Sarah, sulit mempunyai anak. Namun setelah Nabi Ishaq lahir, kondisinya berbalik. Dari Nabi Ishaq ternyata banyak keturunan yang dilahirkan. Ia bahkan dijuluki cikal bakal Bani Israil. Karena dari keturunannya terlahirlah beberapa orang yang menjadi nenek moyang bangsa Israil. Dan darinya pula banyak nabi yang dilahirkan dari kaum Bani Israil.

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Al-Quran: Refleksi Kepatuhan Terhadap Guru

Kelahiran Nabi Ishaq dan kabar gembira bagi Nabi Ibrahim dan Sarah

Nabi Ishaq adalah putera kedua dari Nabi Ibrahim, sedang ibunya adalah Sarah. Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 133 dan 136, namanya disebut berurutan setelah Ibrahim, Ismail, kemudian Ishaq. Pada mulanya Sarah menduga bahwa ia adalah seorag wanita yang mandul. Karena sampai tua pun ia tidak kunjung memiliki keturunan. Kondisi ini pula yang menyebabkan ia menyuruh Nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar agar memilki keturunan. Dan dari Hajar, lahirlah seorang putra yaitu Nabi Ismail.

Setelah kelahiran Nabi Ismail, Nabi Ibrahim kemudian berdoa kepada Allah agar mengaruniakan putera dari rahim Sarah. Karena Sarah adalah seorang perempuan yang juga taat kepada Allah. Hal ini terbukti dengan reaksi Sarah yang tersenyum ketika mendengar kabar bahwa Allah akan mengadzab kaum Nabi Luth yang membangkang seperti yang diterangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim. Doa Nabi Ibrahim pun didengar oleh Allah.

Dalam Al-Quran, kisah tentang kabar gembira dari Allah untuk Nabi Ibrahim dan Sarah serta akan lahirnya Nabi Ishaq ini terdapat dalam rangkaian surah surah Hud ayat 69-74 dan surat Adz-Dzariyat ayat 24-30. Kisah itu diawali ketika Allah mengutus beberapa malaikat untuk memberi kabar kepada Nabi Ibrahim. Menurut Ibnu Katsir jumlah malaikat yang diutus itu ada 3, yaitu Jibril, Mikail, dan Israfil. Malaikat-malaikat tersebut menjelma menjadi seorang manusia yang sangat tampan dan bertamu ke rumah Nabi Ibrahim.

Baca juga: Kisah Nabi Isa, Lahir Tanpa Ayah Hingga Diangkat ke Langit

Nabi Ibrahim dan Sarah memuliakan tamu-tamu tersebut degan menghidangkan santapan makanan yang terbuat dari daging sapi. Tapi tamu-tamunya tersebut hanya diam, dan Nabi Ibrahim pun ketakutan seperti yang diterangkan Allah dalam surat Hud Adz-Dzariyat ayat 28 dan surat Hud ayat 70. Melihat Nabi Ibrahim yang ketakutan, para tamunya tersebut akhirnya mengaku bahwa sebenarnya mereka adalah malaikat yang diutus Allah untuk menyampaikan kabar kepada Nabi Ibrahim.

Kabar yang pertama adalah akan dibinasakannya kaum Luth yang membangkang. Sontak, Sarah yang pada waktu itu berada di balik tirai berdiri dan tersenyum mendengar kabar itu. Masih menurut Ibnu Katsir, tersenyumnya Sarah ini adalah karena kabar pertama yaitu tentang dibinasakannya kaum Nabi Luth yang membangkang. Penjelasan ini menurut Ibnu Katsir kareana ayat tersenyumnya Sarah dalam surat Hud ayat 71 lebih dahulu dibanding kabar tentang kelahiran Ishaq.

Kemudian para malaikat yang menjelma menjadi tamu tersebut mengabarkan berita kedua bahwa Nabi Ibrahim dan Sarah akan memiliki seorang putera. Dalam surat Adz-Dzariyat ayat 72 dan surat Hud ayat 29 disebutkan bahwa Sarah sangat merasa heran, karena pada saat itu kondisi suaminya sudah sangat tua sedang dirinya juga seorang yang tua dan juga mandul. Namun sekali lagi Allah menjelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 30 dan surat Hud ayat 73 bahwa ini adalah ketetapan dan kuasa Allah SWT.

Kelahiran Nabi Ishaq menjadi awal mula kelahiran kaum Bani Israil dan para nabi

Kelahiran Nabi Ishaq ini adalah suatu yang menggembirakan bagi Nabi Ibrahim dan Sarah. Selain karena yang diidamkan bagi mereka dikabulkan oleh Allah, putra yang dititipkan kepada mereka ini adalah seorang yang alim dan saleh. Seorang yang memiliki akhlak yang tinggi, menyeru manusia pada kebenaran, dan selalu mengingat akhirat seperti yang difirmankan Allah dalam surat Shad ayat 45-46.

Nabi diangkat Allah menjadi seorang nabi yang meneruskan perjuangan dakwah ayahnya. Namun hingga usia ayahnya sudah cukup tua, Nabi Ishaq tidak kunjung menikah. Hal tersebut adalah wajar, karena menurut An-Nafasi dalam Madariku at-Tanzil wa Haqa’iqu at-Ta’wil dan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-Adhim, usia Nabi Ibrahim ketika Nabi Ishaq lahir adalah sekitar 99 tahun. Nabi Ibrahim melarangnya menikahi perempuan di negeri Kana’an karena mereka tidak mengenal Allah. Lalu Nabi Ibrahim menikahkan Nabi Ishaq dengan perempuan yang masih menjadi keluarga jauh. Perempuan itu bernama Rifqah binti Batnail bin Nahur.

Baca juga: Ibrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah

Dari Rifqah ini Nabi Ishaq dikarunia dua orang putra. putra satu bernama Al-’Ish dan satunya bernama Ya’qub. Al-’Ish inilah disebut-sebut sebagai nenek moyang bangsa Romawi. Sedang putra keduanya,Ya’qub diangkat menjadi nabi. Kedua putra Nabi Ishaq tersebut akhirnya melahirkan keturunan-keturunan yang disebut sebagai Bani Israil.

Dalam kajian sejarah silisah para nabi, keturunan-keturunan Nabi Ishaq selanjutnya juga banyak diangkat Allah sebagai Nabi untuk kaum Bani Israil. Putra Nabi Ya’qub juga diangkat menjadi Nabi yaitu Nabi Yusuf. Keturunan selanjutnya yang diangkat menjadi nabi dari golongan Bani Israil adalah Nabi Ayyub, Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Zulkifli, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Ilyas, Nabi Ilyasa, Nabi Yunus, Nabi Zakariya, Nabi Yahya, dan terakhir Nabi Isa.

Wallahua a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...