BerandaKisah Al QuranKisah Nabi Idris: Pelopor Berbagai Ilmu dan Inovasi Umat Manusia

Kisah Nabi Idris: Pelopor Berbagai Ilmu dan Inovasi Umat Manusia

Peradaban manusia dewasa ini terus berkembang. Majunya ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi terus diciptakan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang hari ini semakin kompleks sejatinya bertujuan untuk memudahkan urusan manusia itu sendiri. Ia menjadi solusi bagi problem manusia dari zaman ke zaman. Namun apabila kita membaca sejarah umat manusia, siapakah sebenarnya yang pertama kali mulai mengembangkan ilmu dan inovasi teknologi?

Jika menggali kisah dalam Al-Quran, disebutkan nama seorang Nabi dari generasi awal yang menurut para mufassir adalah pelopor ilmu dan inovasi bagi umat manusia. Dia adalah Nabi Idris. Secara silsilah, beliau ini cucu dari Nabi Adam dan Kakek dari Nabi Nuh. Nabi Idris juga seorang Nabi periode awal, ia Nabi ketiga setelah Nabi Adam an Nabi Syit.

Nama Nabi Idris tersebut dua kali dalam Al-Quran yaitu pada surah Maryam ayat 56 dan surah Al-Anbiya’ ayat 85. Di dalam berbagai kitab tafsir dijelaskan bahwa Nabi Idris ini adalah sosok yang berilmu, banyak beramal, dan selalu berdzikir kepada Allah. Beliau dalam peradaban manusia ini banyak melahirkan inovasi-inovasi berkat ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga apa yang telah dipelopori olehnya bisa dilanjutkan dan dimanfaatkan oleh manusia hingga hari ini.

Baca juga: Surat Asy-Syuara Ayat 65 – 68: Kisah Kehancuran Firaun dan Tentaranya

Dari Ahli Nujum, Menciptakan Pena, Hingga Menciptakan Baju Jahitan

Nabi Idris adalah seorang yang diberikan mukjizat oleh Allah berupa dapat mengetahui ilmu nujum (perbintangan). Akhsin Sakho mengatakan bahwa Nabi Idris adalah orang pertama yang berbicara ilmu astronomi. Namun, Nur Hidayatullah Al-Banjary mengatakan Nabi Idris bukan ahli astronomi, melainkan astrologi. Di luar perdebatan tersebut Nabi Idris tetaplah seorang ahli nujum yang menjadi pelopor bagi ilmu falak hari ini.

Nabi Idris sangat ahli di di bidang ilmu hisab dan peredaran bintang. Ia sering melakukan observasi terhadap arah rasi bintang, dan tanda-tanda alam. Beliau adalah penemu rasi bintang orion dan bintang waluku sebagai penunjuk musim. Melalui pengetahuannya tersebut Nabi Idris bisa memprediksi datangnya banjir besar yang akan terjadi pada kaumnya melalui isyarat langit. Nabi Idris juga menemukan arah mata angin sebelah uatara padahal waktu itu kompas belum ditemukan. Ilmu nujum Nabi Idris ini sayangnya disalahgunakan oleh para penyihir yang berguru pada Harut dan Marut.

Selain ahli dalam ilmu nujum, Nabi Idris juga seorang yang yang pertama menulis dengan pena. Pada zaman dahulu memang belum tercipta alat tulis, meskipun terdapat beberapa orang berilmu yang fasih dalam secara lisan. Jadi ilmu pada waktu itu tidak bisa diabadikan secara turun temurun. Berkat inovasinya ini, ilmu mulai ditulis dan tulisan mulai berkembang.

Baca juga: Kisah Bani Israil Pasca Kehancuran Firaun dan Bala Tentaranya dalam Al-Quran

Nabi Idris adalah seorang yang gemar mendalami kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Adam dan Nabi Syit. Dalam Tafsir Al-Qurthuby dijelaskan bahwa Nabi Idris menerima 30 suhuf dari Allah. Beliau memanglah seorang yang gemar belajar dan terus menuntut ilmu pengetahuan, baik dari kalam Allah, maupun ayat kauniyah-Nya.

Nabi Idris adalah manusia yang mula-mula memakai baju berjahit, yang pada waktu itu masih terbuat kulit binatang. Menurut penjelasan Ibnu Katsir Nabi Idris selalu berdzikir di setiap ia memasukkan jarum ke bajunya. Tak hanya itu Nabi Idris juga menemukan obat-obatan dan membuat takaran timbangan. Ia adalah orang yang bersemangat mencari hikmah kehidupan serta berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi umat manusia.

Diangkat Derajatnya oleh Allah sampai di Langit Keempat

Nabi Idris adalah orang yang saleh. Ia giat bekerja keras, memperbanyak amal, dan senantiasa berdzikir kepada Allah. Allah menyebutnya dalam Al-Quran sebagai orang yang jujur sebagimana firman-Nya:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.” (Q.S. Maryam: 56).

Dalam ayat lain nama Nabi Idris juga disebutkan Al-Quran setelah Nabi Ismail dan Dzulkifli:

وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِ ۗ كُلٌّ مِّنَ الصّٰبِرِيْنَ

 “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al-Anbiya: 85).

Baca juga: Nilai Kesetaraan Hingga Evaluasi Diri; Qiraah Maqashidiyah Kisah Nabi Adam

Beliau adalah orang yang sabar. Sabar meghadapi berbagai cobaan kehidupan maupun sabar dalam menuntut ilmu. Atas kasalehannya tersebut Allah mengangkat derajat Nabi Idris ke tempat yang begitu mulia, seperti yang difirmankan Allah dalam surah Maryam ayat selanjutnya:

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

“Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Q.S. Maryam: 57).

Pada Tafsir Jalalayn dijelaskan dalam ayat tersebut yang dimaksud diangkat martabatnya adalah naiknya Nabi Idris ke langit. Beliau berkedudukan di langit keempat. Pada hadis-hadis tentang Isra’ Mi’raj juga diterangkan bahwa Rasulullah SAW menemui Nabi Idris di langit ke empat.

Baca juga: Ibrah Kisah Nabi Yusuf, Penjara sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah

Ada satu cerita menarik yang diriwayatkan Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas. Ia mengisahkan bahwa Nabi Idris diberikan izin oleh Allah untuk mengetahui neraka dan mencicipi surga. Beliau juga pernah memintakepada Allah agar diperpanjang usianya sehingga bisa memperbanyak amal dan dzikir. Ia juga bersahabat dengan malaikat maut, sedang keinginannya dikabulkan oleh Allah. Nabi Idris tidak dicabut nyawaya di dunia melainkan dibawa naik ke langit. Dan ketika sampai di langit keempat, barulah nyawaya dicabut.

Kisah Nabi Idris ini begitu mulia. Ia bisa dijadikan teladan bagi kita hari ini untuk giat mencari ilmu dan inovasi. Karena janji Allah memanglah benar, Allah akan mengangkat derajat seorang yang tekun mencari ilmu ke tempat yang mulia di sisi-Nya. Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...