BerandaKisah Al QuranKisah Nabi Isa, Lahir Tanpa Ayah Hingga Diangkat ke Langit

Kisah Nabi Isa, Lahir Tanpa Ayah Hingga Diangkat ke Langit

Dalam Al-Quran, kisah Nabi Isa disebutkan dalam surat Ali ‘Imran ayat 49-55, Al-Maidah ayat 110-118, An-Nisa ayat 157-158, dan surat Maryam ayat 16-36. Di sisi Allah kedudukan ia sangatlah mulia. Ketika Isra’ Mi’raj, Rasulullah menemuinya di langit kedua. Ia juga merupakan salah satu nabi yang dijuluki Ulul ‘Azmi. Julukan tersebut diberikan kepada para rasul yang mempunyai ketabahan dan kesabaran luar biasa dalam mengemban risalah.

Nabi Isa merupakan Nabi terakhir yang diutus Allah untuk Bani Israil. Maka tidak heran kalau dalam agama Nasrani, Nabi Isa begitu dimuliakan. Tapi umat nasrani memuliakan Nabi Isa bukanlah sebagai seorang nabi, melainkan sebagai anak Allah yang biasa mereka sebut Yesus. Begitu pula dengan umat Yahudi yang menganggap Nabi Isa adalah anak Allah yang mereka sebut dengan nama Uzair.

Baca juga: Ibrah Kisah Nabi Daud: dari Taubat hingga Manajemen Ibadah

Secara akidah, pandangan umat Islam tidaklah sama seperti umat Yahudi dan Nasrani. Umat Islam memang memuliakan Nabi Isa, namun kedudukannya sebatas sebagai rasul seperti yang ditegaskan Al-Quran. Perbedaan anggapan tersebut sebenarnya berkaitan dengan kisah hidup Nabi Isa sendiri yang jarang diketahui kebanyakan manusia. Dan bagi umat Islam hal tersebut merupakan kekuasaan dan kebesaran Allah. Karena bagi-Nya, mudah saja menciptakan sesuatu yang menurut logika manusia adalah sesuatu yang mustahil.

Diciptakan tanpa ayah dari rahim wanita mulia

Nabi Isa adalah seseorang yang lahir dari salah satu wanita paling mulia di dunia, Maryam bintu ‘Imran. Maryam adalah seorang wanita salihah dan sangat menjaga diriya. Ia mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dengan cara mengasingkan diri dan beriktikaf di Baitul Maqdis.

Suatu hari, Maryam diuji oleh Allah. Ia didatangi malaikat Jibril yang mengabarkan kepadanya bahwa ia akan memiliki seorang anak. Maryam heran, bagaimana mungkin ia akan memiliki seorang anak padahal tidak pernah sama sekali tersentuh oleh laki-laki. Namun, bagi Allah itu adalah hal yang mudah. Hal tersebut akan menjadi bukti atas kuasa Allah yang telah menciptakan alam semesta ini dengan sempurna.

Kuasa Allah pun terjadi. Maryam mengandung, dan ia melahirkan seorang bayi. Bayi tersebut adalah Nabi Isa. Tentu saja kelahiran bayi tersebut mengundang cemoohan dari masyarakat. Maryam mereka fitnah sebagai wanita yang tidak baik-baik karena melahirkan seorang anak tanpa suami.

Baca juga: Kisah Ibnu Muqlah; Berjasa dalam Penulisan Khat dan Mushaf namun Tragis di Karir Politik

Namun Maryam tetap sabar menghadapi cobaan tersebut. Ia bernadzar untuk berpuasa bicara pada hari itu seperti yang terekam dalam surat Maryam ayat 26. Menurut penuturan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, puasa yang dilakukan Maryam bertujuan untuk diam terhadap berbagai lontaran pertanyaan karena pasti masyarakatnya tidak percaya terhadap kejadian ini. Allah pun lantas menghibur Maryam dengan memberikan mukjizat kepada Nabi Isa yang masih bayi untuk bicara, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kaumnya. Kisah Maryam dan kelahiran Nabi Isa ini bisa ditemukan dalam surah 16-36.

Kisah Nabi Isa diangkat ke langit oleh Allah

Nabi Isa adalah seorang rasul yang diutus Allah untuk menyampaikan ajaran yang hak. Ia menghadapi berbagai cobaan berat. Bukan hanya penolakan dari kaumnya yang ia hadapi. Namun cemoohan dan tudingan fitnah bertubi-tubi dari kaumnya juga dirasakannya. Meskipun telah banyak mukjizat yang ditunjukkan Nabi Isa kepada kaumnya. Namun tetap saja, mereka tidak mau percaya kepadanya.

Kisah Nabi Isa yang diangkat ke langit juga dilatarbelakangi atas konspirasi buruk yang dilakukan oleh kaumnya. Hal ini seperti yang dijelaskan Al-Quran “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Q.S. Ali ‘Imran: 54). Raja Romawi yang saat itu telah terkena hoaks buruk akan Nabi Isa akhirnya memerintahkan kaum Bani Israil untuk membunuh Nabi Isa.

Baca juga: Kisah Dzulqarnain dalam Al-Quran, Raja yang Saleh dan Bijaksana

Pada waktu itu, kebencian kaumnya telah memuncak. Karena berbagai fitnah untuk penghentian dakwah tidak berhasil. Nabi Isa bahkan bisa menunjukkan mukjizatnya yang tidak hanya satu seperti yang difirmankan Allah dalam surah Alu ‘Imran: 49, dan Al-Maidah: 110. Kebencian tersebut akhirnya membuat kaumnya berencana untuk membunuh Nabi Isa.

Nabi Isa dan pengikut setianya yang dalam al-Quran disebut ­­al-harawiyyun seringkali berkumpul di Baitul Maqdis untuk beribadah, belajar, berdiskusi, dan dalam rangka mengasingkan diri dari perilaku keji kaumnya. Ketika itu mereka sedang berada di Baitul Maqdis. Namun seorang pengikut Nabi Isa telah berkhianat dan mengatakan kepada kaum Bani Israil tentang keberadaan Nabi Isa.

Dalam situasi yang mencekam tersebut, apalah daya manusia jika kuasa Allah berkehendak lain. Allah menyelamatkan Nabi Isa dengan mengangkatnya naik ke langit. Kemudian Allah menyerupakan wajah seorang yang berkhianat tersebut persis seperti Nabi Isa. Akhirnya, mereka pun menyalib Nabi Isa dan membunuhnya. Kisah ini Allah ceritakan dalam surah An-Nisa’ ayat 157-158.

Baca juga: Kisah Nabi Idris: Pelopor Berbagai Ilmu dan Inovasi Umat Manusia

Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam Tafsir ad-Durrul Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur, Nabi Isa ini diangkat ke langit oleh Allah dan akan diwafatkan di akhir zaman sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Ibn Abbas. Pendapat ini senada dengan hadis riwayat Hasan Al-Bashri “Sungguh telah tetaplah bukti bahwa beliau (Nabi Isa Ibn Maryam) itu hidup. Ada suatu khabar hyang telah sampai dari Nabi Muhammad, ‘Sesungguhnya ia (Nabi Isa) itu akan turun (ke bumi), dan membunuh dajjal’. Kemudian Allah mewafatkan Nabi Isa setelah itu.” (Fakhruddin al-Razi, Mafatih al-Ghayb).

Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...