BerandaKisah Al QuranKisah Nabi Yahya dalam Al-Quran: Dapat Hikmah dan Maksum Sejak Kecil

Kisah Nabi Yahya dalam Al-Quran: Dapat Hikmah dan Maksum Sejak Kecil

Nabi Yahya adalah nabi sekaligus rasul yang diutus untuk kaum Bani Israil. Ia merupakan nabi kaum Bani Israil sebelum Nabi Isa. Ia anak dari Nabi Zakariya yang diutus di tanah Palestina. Kisah Nabi Yahya tersebut 5 kali dalam Al-Quran, yaitu pada Surat Ali Imran (3): 39; Maryam (19): 7, 12-15; dan Surat Al-Anbiya’ (21): 89-90.

Kelahiran Nabi Yahya

Nabi Yahya adalah putra dari Nabi Zakariya. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dalam mengemban risalah dari Allah sebagaimana dengan apa yang didoakan oleh Nabi Zakariya. Permintaan Nabi Zakariya ini dilatarbelakangi karena kemandulan istrinya seperti yang diutarakan Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim yang ia kutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas. Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar juga turut memberikan pendapat bahwa ketika itu Nabi Zakariya juga sudah sangat tua, usianya diperkirakan sekitar 90 tahun lebih.

Sebagaimana fitrah manusia yang menginginkan keturunan, Nabi Zakariya pun ingin memiliki keturunan. Di samping itu juga agar nantinya ada dari keturunannya yang melanjutkan perjuangannya. Lantas ia pun berdoa kepada Allah agar dikaruniai seorang anak sebagaimana difirmankan Allah dalam Surat Al-Anbiya’ ayat 89.

Dalam lanjutan Surat Al-Anbiya’ ayat 90, yang berisi salah satu fragmen kisah Nabi Yahya, Allah mengabulkan doa Nabi Zakariya tersebut dengan menganugerahkan seorang saleh yang bernama Yahya. Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa Nabi Zakariya memang seorang yang khusyuk, hanya menggantungkan segala harapan kepada Allah, dan selalu bersegera dalam mengerjakan amal saleh hingga ia dipuji Allah sebagaimana yang tercantum dalam Surat Al-Anbiya ayat 90.

Baca juga: Kisah Kelahiran Nabi Ishaq dalam Al-Quran

Kemudian dalam Surat Ali Imran ayat 39, Allah juga menceritakan bahwa Ia mengutus malaikat untuk mengunjungi Nabi Zakariya yang sedang shalat di mihrab. Malaikat itu membawa kabar gembira bahwa Nabi Zakariya akan dikaruniai seorang anak bernama Yahya. Nama Yahya menurut Buya Hamka berasal dari bahasa Ibrani “Yohanes” yang diarabkan. Nama tersebut belum pernah dipakai oleh seorang pun sebelum Nabi Yahya.

Tak lama kemudian, janji Allah pun menjadi kenyataan, istri Nabi Zakariya mengandung. Kemudian lahirlah seorang putra bernama Yahya. Putra yang bernama Yahya ini Allah janjikan sebagai orang membenarkan kalimat-kalimat Allah, menjadi seorang pemimpin yang terpelihara, dan menjadi seorang nabi yang saleh seperti yang termaktub dalam Surat Ali Imran ayat 39. Diangkatnya Yahya menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah ini sekaligus menjadi jawaban bagi doa yang senantiasa dipanjatkan Nabi Zakariya. Nabi Yahya pun kelak melanjutkan risalah yang diemban ayahnya.

Baca juga: Doa Al-Quran: Doa Agar Memiliki Keturunan dari Nabi Zakaria

Diberikan hikmah dan dimaksumkan sejak kecil

Ketika putra yang bernama Yahya tersebut lahir, sifat-sifat istimewa yang Allah janjikan pun hadir. Yahya kecil telah dikaruniai beberapa keistimewaan tersendiri oleh Allah seperti yang diceritakan dalam rangkaian Surat Maryam ayat 12 – 15.

يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآَتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا . وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا . وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا . وَسَلَامٌ عَلَيْهِ وْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا

“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa, dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong (bukan pula) orang yang durhaka. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.”

Menurut penjelasan Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar, hikmah yang diberikan Allah kepada Nabi Yahya kecil adalah berupa wahyu dan diangkatnya menjadi rasul sejak usia belia. Nabi Yahya juga seorang yang sejak kecil dihilangkan nafsu-nafsu duniawinya seperti tidak mau bermain-main layaknya anak-anak kecil seusianya. Menurut hadis riwayat Ma’mar ketika dirinya yang masih belia tersebut diajak main oleh teman sebayanya, ia menjawab “aku tidak diciptakan Allah untuk bermain-main saja”. Buya Hamka juga menuturkan bahwa Nabi Yahya juga tidak terpengaruh kepada perempuan yang elok rupawan.

Baca juga: Kisah Nabi Musa dan Doa-Doa yang Dipanjatkannya dalam Surat al-Qashash

Mufassir Ibnu Asyur dalam kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir berpendapat berbeda mengenai hikmah Nabi Yahya ini. Menurutnya, hikmah tersebut adalah seruan Allah kepada Nabi Yahya agar berpeang teguh kepada Taurat sepanjang hidupnya dan mendakwahkan kepada kaumnya untuk mengikuti ajaran Taurat.

Dalam Ruh al-Ma’ani, al-Alusi sependapat dengan Ibnu Asyur mengenai hikmah Nabi yahya tersebut. al-Alusi juga menambahkan penjelasan yang ia kutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas bahwa Nabi Yahya diberikan kefahaman kitab Taurat sejak usia 7 tahun dan ditumbuhkan oleh Allah semangat beribadah sejak usia kecil.

Nabi Yahya selain diberikan kecerdasan dan hikmah untuk mengerti kitab Taurat sejak kecil, ia juga dimaksumkan Allah sejak lahir. Menurut pengertian, maksum adalah terjaganya seorang hamba dari perbuatan dosa dan maksiat. Menurut al-Baidhawi dalam Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, Nabi Yahya adalah seorang yang semenjak lahir terjaga dari setan, terjaga dari azab ketika di alam kubur, serta terjaga dari kebangkitan kiamat serta azab neraka.

Kemaksuman Nabi Yahya ini juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim yang dikutip dari hadis riwayat Ibnu Abbas. Dalam hadis tersebut Rasulullah bersabda “tidak ada seorang pun dari anak Adam melainkan pernah berbuat dosa atau berniat melakukan suatu dosa, selain Yahya ibnu Zakaria. Dan tidaklah layak bagi seseorang mengatakan bahwa diriku lebih baik daripada Yunus ibnu Mata” (HR Ahmad). Wallahu a’lam[]

Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Miftahus Syifa Bahrul Ulumiyah
Peminat Literatur Islam Klasik dan Kontemporer
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...