Modernitas kehidupan semakin menyuguhkan beragam tantangan bagi generasi kini yang tengah melakukan proses bertumbuh dan berkembang, apabila tidak disikapi secara bijak. Khususnya media sosial yang begitu akrab digenggam di mana pun dan kapan pun. Sebagai solusi, tindakan continuous activity atau melakukan aktivitas secara berkesinambungan merupakan sebuah upaya efektif dalam mengatasi hal ini.
Manusia memang membutuhkan jeda dari segala aktivitas yang dilakukan. Namun, menjadi fatal apabila memperpanjang waktu jeda dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Maka tidak salah, jika ini menjadi penghambat seseorang bertumbuh dan berkembang di masa-masa emasnya. Berkenaan dengan persoalan ini, Allah menegaskan dalam Alquran surah Al-Insyirah ayat 7 berikut
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain).
Continuous Activity dalam Ibadah Mahdah
Ibnu ‘Abbas, Qatadah, al-Dahhak, Muqatil, dan al-Kalbi mengarahkan makna ayat di atas bahwa jika seseorang telah melaksanakan salat fardu, hendaknya ia melanjutkannya dengan memohon pertolongan kepada Allah. Adapun al-Sya’bi menafsirkan bahwa apabila seseorang telah selesai tasyahud akhir, hendaknya ia berdoa untuk urusan dunia dan akhiratnya [Tafsīr al-Baghawī, 8/466].
Dalam artian, hendaknya setelah melaksanakan ibadah salat, seseorang tidak tergesa-gesa beranjak seolah tidak membutuhkan permohonan-Nya. Melainkan aktivitas tersebut disambung dengan bersimpuh memanjatkan doa-doa kepada-Nya.
Baca juga: Tafsir Surah Al-Ashr: Waktu yang Hilang Tidak Akan Kembali Lagi
Sebagaimana disampaikan oleh Ali al-Shabuni dalam tafsirnya, manakala seseorang telah menyelesaikan urusan-urusan dunia dan beragam kesibukannya, dan telah menjeda atas hal-hal itu, maka hendaknya ia beralih dan bangkit untuk beribadah dengan gairah serta pikiran yang jernih. Kemudian ia mencurahkan niat dan keinginan kepada-Nya [Muhktaṣar Tafsīr Ibnu Kaṡīr, 2/553]. Dalam kondisi demikian, seorang hamba dapat benar-benar merasakan kedekatan dengan-Nya dan memanfaatkan waktu tersebut untuk introspeksi serta memperkuat hubungan spiritual.
Lebih jauh lagi, momen setelah ibadah salat merupakan waktu khusus untuk merenungi dan memohon pertolongan-Nya dalam segala aspek kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Dengan begitu, ibadah salat tidak hanya menjadi rutinitas wajib setiap muslim, tetapi dapat pula menjadi sarana menguatkan iman dan ketakwaan, serta meningkatkan kualitas hidup secara komprehensif. Di sinilah letak moralitas terbentuk.
Continuous Activity sebagai Upaya Manajemen Waktu
Melihat penggunaan huruf fa’ pada lafaz fanṣab menggiring makna bahwa sebaiknya menyisakan waktu istirahat sesingkatnya atau secukupnya; tidak terlalu lama. Sebab, dalam kaidah bahasa Arab, huruf fa’ ini merupakan huruf ‘aṭaf (kata sambung) yang menunjukkan rentang waktu yang sebentar. Berbeda dengan lafaz thumma, yang mengindikasikan waktu jeda yang panjang.
Ibnu Asyur dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa surah Al-Insyirah ayat 7 ini didasarkan supaya memudahkan strategi Rasulullah yang kesulitan dalam dakwahnya. Makna dari ayat ini adalah bahwa ketika seseorang telah menyelesaikan satu pekerjaan yang bertujuan jelas manfaatnya, maka hendaknya melanjutkan ke pekerjaan yang lain. Sehingga ia mampu mengisi seluruh waktunya dengan perbuatan-perbuatan yang hebat [Al-Taḥrīr wa al-Tanwīr, 30/416-417].
Baca juga: Hikmah Allah Bersumpah dengan Waktu Dhuha dan Malam yang Gelap
Waktu akan terus tergerus, dan manusia tidak akan mampu mengembalikannya. Dalam proses bertumbuh dan berkembang, salah satu upaya yang perlu dilakukan ialah dengan cara manajemen waktu. Mengatur waktu mana yang seharusnya digunakan untuk melakukan pekerjaan yang manfaat, dan mana waktu yang perlu digunakan untuk menjeda sejenak dari kesibukan duniawi maupun ukhrawi. Keduanya harus seimbang, dalam artian diporsikan sesuai kadarnya masing-masing.
Prinsip ini mengajarkan bahwa seyogiyanya waktu yang dianugerahkan oleh-Nya dipergunaan untuk hal yang bermanfaat, bukan malah terbuang secara sia-sia. Dengan demikian, seseorang akan terus-menerus menghasilkan produktivitas atas manfaat yang ia kembangkan, sehingga mampu memaksimalkan kontribusi bagi kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat.
Kesimpulan
Surah Al-Insyirah ayat 7 mengajarkan manusia supaya memperlakukan waktu sebijak mungkin secara continuous activity atau berkesinambungan. Melaksanakan ibadah mahdah sebagai upaya meningkatkan kualitas ketakwaan seorang hamba, yakni beribadah kemudian berdoa; serta melaksanakan ibadah ghairu mahdah sebagai wujud dari ketakwaan dengan cara memanfaatkan waktu dengan hal-hal baik dan bermanfaat, seperti belajar, bekerja, dan lain sebagainya. Betapa waktu merupakan suatu hal yang luar biasa apabila dimanfaatkan sebaik dan sebijak mungkin.
Wallāhu a’lamu.